5 Tahun Kemudian.Gadis itu menggerutu sambil sesekali memijit betisnya yang sakit. Kopernya teronggok di sebelah tubuhnya diabaikannya. Tak peduli bahkan jika koper tersebut nantinya hilang dibawa orang. Ia sedang sangat kesal. Sudah satu jam ia menunggu sambil berdiri, dan adiknya belum juga tampak batang hidungnya. Kakinya yang sudah mau patah tidak dapat dikompromi lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk melangkah menuju sebuah kafe di bandara itu dan mendudukkan dirinya di salah satu meja di sana.
"Dimana Si Baka itu?! Kubunuh jika bertemu nanti!" makinya sambil mengutak-atik handphonenya guna meninggalkan pesan pada adik bodohnya kalau ia menunggu di kafe bandara. Kacamata hitamnya yang sedikit melorot, ia benarkan kembali posisinya dengan jari telunjuknya.
Sedikit menunduk kikuk dan merapatkan syal ke wajahnya saat mengetahui beberapa orang yang saling berbisik sambil menatapnya karena mendengar umpatannya. Biar bagaimanapun, ia tahu dulu ia adalah mantan artis populer sebelum pindah ke Amerika. Karenanya ia harus berhati-hati. Apalagi saat ini ia pulang ke Jepang tanpa sepengetahuan ibunya. Bisa tamat riwayatnya jika Sang Ibu tahu ia ada di negara ini.
Ia menghela nafas, mengingat hal itu. Suara ponsel yang berdering, membuat lamunannya buyar dan kemudian dengan segera ia mengalihkan perhatiannya pada benda persegi di pangkuannya itu. Nama Sang Adik yang tertera di layar ponsel itu membuat adrenalinnya terpacu untuk segera mengangkat panggilan tersebut dan memaki seseorang yang berada di seberang sana. Tapi menyadari kalau ia tak bisa berbuat seenaknya di Negeri Sakura tempatnya dulu pernah menjadi sorotan publik, mau tak mau membuatnya mencoba untuk menekan suaranya.
"Hei bodoh! Dimana kau?! Kau pikir berapa lama aku sudah menunggumu?!" umpatnya dengan suara yang ditekan sepelan mungkin. Itu terdengar seperti sebuah bisikan ancaman. Tapi, bukannya sebuah permintaan maaf yang ia dapatkan dari orang diseberang sana, melainkan sebuah pertanyaan tanpa rasa bersalah yang membuatnya naik darah seketika.
"Ah, kau sudah sampai di Jepang? Baguslah. Aku sedang dalam situasi buruk yang mendesak, bisakah kau menolongku?"
"Baka–!" Ia langsung menggigit bibir bawahnya saat ia menyadari suaranya terlalu keras. Maniknya melirik ke sekelilingnya sebelum kemudian kembali berbicara dengan pelan. "Apa maksudmu!? Jadi sia-sia aku menunggumu selama satu jam di sini sampai kakiku mau patah?! Cepat jemput aku atau akan kupatahkan kakimu kalau ketemu nanti!"
Sudah habis kesabarannya. Pertanyaannya itu menunjukkan perkataannya untuk meminta dijemput hari ini, seakan angin lalu bagi pemuda di seberang sana.
"Aku mohon?! Ini menyangkut hidup dan matiku di tangan Nii-san dan Kaa-san."
Gadis itu berdecak. Sedikit panik dan khawatir saat mendengar nama ibunya disebut."Memang kenapa, sih?"
"Jadi kau mau membantuku?! Oh terima kasih banyak!"
"Apa–?!"
"Nii-san menyuruhku untuk mengurus proyek Mall Diamond dan bla bla bla yang tak kumengerti. Tapi hari ini aku tak bisa menghadiri meetingnya. Gantikan aku untuk rapat proyeknya ya? Alamatnya akan kukirim lewat SMS."
"Hei–!"
"Aku berjanji akan menjemputmu dan mengantarmu ke apartement barumu setelah itu. Aku berharap banyak padamu. Semangat, Nee-chan! Aku mencintaimu. Bye!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
Storie d'amoreSaat memutuskan untuk kembali ke dunia yang dulu telah membesarkan namanya, Sakura, Sang Mantan artis terkenal tak menyangka takdir yang mengikutinya akan membuka kisah lama yang tanpa sadar ia kubur dalam-dalam. Sekali lagi ia melihatnya. Tapi kini...