2. Pagi yang Suram

6.7K 984 102
                                        

Hyunjae Lee langsung menutup matanya ketika sampai di kelas. Ia datang pukul tujuh seperti biasa, hanya ia lupa bahwa sejak hari Senin sekolahnya sudah tak biasa. Di bangku paling depan dekat jendela, sosok Roseanne menatapnya. Sama seperti kemarin, tatapan matanya memohon. Hyunjae menggeleng dan sosok itu menghilang. Lelaki itu menghela napas, Roseanne selalu muncul ketika di sekolah. Tatapan itu memohon dan Hyunjae paham, hanya saja ia realistis. Bahkan jika Hyunjae tahu alasan Roseanne mati, dia tak dapat melakukan apapun. Melihat bagaimana media dan polisi langsung tutup mulut tentu Hyunjae paham bahwa ada orang berkuasa yang menutupi kasus ini.

Bagi seorang Hyunjae Lee, melawan orang-orang itu jelas tak mungkin. Ayahnya hanyalah supir bus dan ibunya berjualan buah. Dilihat dari perekonomian dan politik, tentu Hyunjae tak akan bisa membantu Roseanne. Kecuali ayahnya adalah seorang menteri seperti Kim Doyoung, atau seorang pemimpin perusahaan elektronik seperti Jung Jaehyun, atau minimal seorang kepala sekolah seperti ayahnya si kembar Hwang. Roseanne memilih penolong yang salah.

Mata lelaki itu mengedar pada sebuah pohon cemara. Myoi Mina tengah bermain dengan boneka anehnya. Di hadapan Mina, Roseanne duduk. Lelaki itu masih menatap ke arah mereka ketika Mina menatap lurus ke arahnya. Hyunjae tahu apa yang ada dipikiran Mina, tetapi bahkan Mina pun tak akan dapat melakukan apapun. Ayahnya Mina seorang dokter utama sekaligus direktur di Rumah Sakit Seoul dan Mina tak akan dapat berkutik dari ayahnya. Bahkan meski gadis itu sering membawa tarot dan boneka voodoo, Mina tak akan bisa melawan orangtuanya untuk membantu Roseanne.

"Kau datang pagi seperti biasa." Sapa Jung Chaeyeon sambil menaruh tasnya. Gadis itu menoleh, menaruh sekotak susu cokelat di meja Hyunjae seperti pagi sebelumnya. "Jangan salah sangka, susu ini akan basi besok jadi tentu aku harus berbagi dibanding terbuang percuma."

Bahkan Hyunjae sudah mengikuti ucapan gadis itu dalam kepalanya. Keluarga Jung Chaeyeon memiliki sebuah toserba di depan rumahnya, sehingga seringkali ia membawa makanan yang hampir kadaluarsa. Makanan yang Chaeyeon bawa biasanya akan ia bagikan pada Hyunjae yang duduk di belakangnya, Yoojung yang duduk di samping kanannya, dan Lee Dokyeom yang duduk di depannya. Oh, ada juga untuk Roseanne Park yang sering lupa sarapan.

"Ah," Chaeyeon kembali memasukkan marshmellow ke dalam laci mejanya.

Hyunjae yang menangkap pergerakan Chaeyeon menelirik dengan alis terangkat, "ada apa?"

Chaeyeon menoleh, menunjukkan marshmellow yang ia bawa pada Hyunjae. "Aku lupa jika Roseanne sudah tak ada. Aku membawa ini karena ingat dia menyukainya."

Hyunjae langsung mengambil marshmellow dari tangan Chaeyeon. "Kalau begitu biarkan aku yang memakannya."

Senyum Chaeyeon langsung tercipta. "Terima kasih." Ujarnya sambil berdiri dan menaruh kotak susu di meja teman-temannya.

Satu per satu murid kelas 1-3 mulai masuk. Hingga hanya ada dua bangku yang kosong, milik Roseanne di paling depan dan milik Lalisa di samping Hyunjae. Lelaki itu melirik ke arah jam kemudian keluar jendela, Lalisa tengah berjalan sambil sibuk menguncir rambutnya. Gadis itu selalu datang pukul 7.50.

Chaeyeon menoleh dan mengikuti arah pandang Hyunjae. "Aku kasihan padanya." Ujar Chaeyeon tiba-tiba. Gadis itu kini membalikkan tubuhnya, menghadap Hyunjae. "Musim dingin lalu ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja dan kali ini sahabatnya yang meninggal. Sekarang dia malah tinggal sendiri karena ibunya sudah berkeluarga lagi."

Di tempatnya biasa duduk, Roseanne kembali menatap Hyunjae. Bahkan, Mina Myoi yang duduk di sisi kanan Roseanne ikut menatap ke arahnya. Hyunjae melengos. Pintu terbuka, Lalisa masuk.

Kedatangan Lalisa mendapat perhatian cukul banyak. Namun hanya Hwang Yeji yang ditatap langsung olehnya. Roseanne Park berjalan, berdiri di samping Lalisa. Gadis berambut emas itu memeluk Lalisa sesaat hingga membuat Lalisa membeku.

school 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang