Hyunjin menatap ke arah papan tulis tanpa minat. Jarinya memutar pulpen beberapa kali. Pelajaran Sejarah tak masuk ke otaknya, malah masa lalu tentang dirinya dan Lalisa yang ia ingat. Hyunjin memang sempat dekat dengan Lalisa saat liburan musim panas. Tidak sengaja sebetulnya. Keduanya bertemu di rumah duka. Gadis itu baru selesai berdoa di depan abu kremasi orangtuanya, sementara Hyunjin ada di sana untuk menikmati angin.
Rumah duka tersebut berada di atas bukit, sehingga cocok untuk menikmati udara segar. Hari itu, Hyunjin hanya melirik Lalisa dan gadis itu tersenyum untuk kemudian mengajaknya makan kue beras. Itu kali pertama Hyunjin makan kue beras pedas dan juga pertama kali ia berbincang cukup panjang selain dengan keluarganya.
Kebersamaan mereka sesingkat liburan musim panas. Ketika Lalisa tahu bahwa Hyunjin adalah saudara dari Minhyun gadis itu tiba-tiba menjauh. Lalisa menjauh dan mengabaikannya. Hyunjin bahkan tak tahu apa masalah mereka, hingga hari itu. Jika diingat, pantas saja Lalisa membencinya. Minhyun menyakiti Roseanne, sementara Hyunjin membelanya.
Kalau boleh jujur, Hyunjin suka saat mereka bersama. Ketika mereka bersama, Hyunjin merasa hidup dan bebas. Hanya saja itu tak mungkin terjadi. Ada yang harus ia jaga, sama seperti Lalisa yang menjaga Roseanne.
Lelaki itu menyisir rambutnya ke belakang, wajahnya kesal. Kalau saja malam itu Hyunjin tak mengatakan hubungan keluarga mereka, juga rahasia keluarganya mungkin tak akan seperti ini jadinya.
“Hwang Hyunjin, kamu baik-baik saja?” Kim Jisoo menatap muridnya, khawatir. “Kalau kamu sakit, kamu bisa-”
Hyunjin menggeleng, “saya baik-baik saja, ssaem. Hanya penjelasan ssaem tadi terlalu cepat.”
Kim Jisoo langsung meminta maaf, tak enak kemudian mengulang materi yang dirasa terlalu cepat. Untung saja Hyunjin tak kehilangan fokusnya meski pikirannya tak ada di sana.
Dari belakang, Lalisa menatap punggung Hyunjin kemudian menunduk. Jika Hyunjin tak memiliki kaitan dengan keluarga Hwang mungkin mereka akan menjadi teman baik. Jika Roseanne masih hidup, mereka bertiga pasti akan menghabiskan waktu bersama. Satu penyesalan yang Lalisa rasakan adalah ia tak sempat bercerita pada Roseanne tentang Hyunjin.
Sejak tadi Hyunjae sudah tidur. Awalnya tak mengantuk, namun di kelas mereka bukan sosok Roseanne yang ia lihat dan sosok ini terlihat menyeramkan dengan aura merah yang menguar. Biasanya Hyunjin bisa memilih hal yang mau dilihat dan tidak, namun kenapa sosok ini masih menampakkan diri?
Kalau dilihat dari auranya, sosok ini kemungkinan menaruh dendam. Namun, kenapa berkumpul di kelas ini? Apa karena ada Roseanne? Namun, ia malah tak ada di sini.
“Kalau begitu, dipertemuan selanjutnya kita akan membahas film mengenai revolusi. Aku harap kalian sudah membaca teorinya terlebih dahulu karena aku akan meminta laporannya.” Ujar Kim Jisoo sambil memeluk bukunya. “Nikmati makan siang kalian.”
“Baik, Bu.” Sahut murid kelas 1-3.
Lalisa menoleh ketika memasukkan bukunya ke dalam loker. Pulpennya ia ulurkan dan menoel pundak Hyunjae beberapa kali hingga lelaki itu menoleh. “Kau tak mau makan?”
Hyunjae mengacak rambutnya terlebih dahulu kemudian melirik ke depan. Untung sudah tak ada. “Makan. Bawa bekal?” Tanyanya pada Lalisa dan gadis itu menggeleng sebagai jawaban.
“Aku kesiangan dan tak punya makanan.” Balasnya dengan wajah memelas. “Kau akan membelikan makan siangku 'kan?”
Chaeyeon yang duduk di depan Hyunjae langsung menoleh. “Tentu. Hyunjae uangnya banyak!”
Hyunjae langsung mendecih, sementara Lalisa terkikik. “Aku yang ditanya, bukan kamu.”
Chaeyeon merengut, “kamu harusnya bersyukur karena aku menambah nilai plus dirimu yang banyak minusnya tahu!”
Hyunjae langsung memutar manik matanya, sebal. Lelaki itu berdiri dan menatap Lalisa. “Kalau tidak bangun sekarang waktu makan siang kita habis.”
Lalisa kemudian berdiri dan menghampiri Hyunjae juga Chaeyeon yang berjalan lebih dulu. “Aku dengan besok akan ada anak baru.” Ujar Chaeyeon, membuka percakapan.
“Di tengah semester begini? Aneh sekali.” Sahut Hyunjae. “Ah, sekolah ini memang aneh sih.”
Tentu yang Hyunjae maksud adalah sosok yang ia lihat tadi pagi. Chaeyeon menoleh ke arah Lalisa, “aku harap kau tak marah karena kudengar mereka akan membuat anak baru duduk di bangku Roseanne.”
Lalisa hanya tersenyum kecil. Toh ia tak bisa melarang orang lain duduk di bangku tersebut. “Kenapa aku harus marah? Itu hak mereka.”
Chaeyeon kini menoleh ke arah Hyunjae yang hanya meliriknya sambil menggeleng. Gadis itu langsung mengigit bibir bawahnya, merasa bersalah. “Oh, selamat siang Hwang ssaem.” Sapa Chaeyeon.
Hyunjae langsung menoleh ke arah Lalisa. Raut wajah gadis itu langsung pucat. Dengan cepat Hyunjae merangkul Lalisa, lengannya menutup hidung gadis itu. Aroma vanila menguar dari lengan baju Hyunjae dan Lalisa langsung merasa aman. Di hadapannya Hwang Minhyun melirik ke arah Lalisa kemudian tersenyum. “Jangan bermesraan di koridor, ya. Kasihan teman kalian.”
Hyunjae hanya tersenyum, memamerkan giginya. “Kalau bermesraan lebih baik di perpustakaan, ssaem. Lebih sepi dan tak ada yang tahu.”
Mata Lalisa melebar ketika mendengar ucapan Hyunjae. Lelaki ini pasti sudah gila! Apalagi wajah Minhyun yang mengeras untuk beberapa saat kemudian senyumnya tercipta lagi. “Tentu, tentu. Tapi ingat, pakai pengaman.”
Lalisa hanya memegang lengan Hyunjae, erat. Hyunjae tak mengatakan apapun, malah kembali berjalan. Sementara Chaeyeon menatap keduanya bingung.
Mereka berpacaran? Sejak kapan?
huhu hyunjae manis banget
makin peka yah kamu
tim mana?
hyunjin apa hyunjae wkwk
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
school 2019
FanficRoseanne Park mungkin sudah tidak ada, tetapi kematiannya belum juga mendapat jawaban yang pasti.