Sepulang sekolah Lalisa berjalan sendiri menuju selatan. Langkahnya cepat dan ringan menuju rumah keluarga Park. Lalisa masih berdiri di depan sebuah toko kelontong saat ia melihat sebuah mobil di depan rumah keluarga Park. Ia tak kenal mobil tersebut, kemungkinan sedang ada tamu. Tunggu, Lalisa langsung mengeluarkan ponselnya dan memotret plat nomor mobil sedan hitam tersebut.
Tak lama, seseorang keluar. Tiga orang berpakaian hitam, kemungkinan bodyguard. Lalisa masih terus memotret orang-orang tersebut. Hingga seorang yang hanya Lalisa lihat di televisi keluar dari rumah keluarga Park. Tangannya gemetar saat memotret orang tersebut. Untunglah, hasil fotonya bagus. Gadis itu langsung bersembunyi ke dalam toko sambil mengirim pesan pada Hyunjae soal foto-foto tersebut.
Selang lima belas menit Lalisa baru melanjutkan langkah menuju rumah keluarga Park. Gadis itu mengetuk pintu, berhati-hati. Alice, kakak Roseanne yang membuka pintu dengan wajah lelah. "Halo, Lalisa. Masuklah." Wanita berumur 24 itu membuka pintu lebih lebar dan Lalisa masuk.
"Kakak terlihat lelah. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Lalisa.
Alice menggeleng, "hanya ada tamu yang membuat lelah."
"Tamu?" Pancing Lalisa.
Alice hanya tersenyum dan Hana Park--ibu dari Alice dan Roseanne--menghampiri. Tangan wanita berumur 40 akhir itu terbuka lebar. "Selamat sore, Lalisa. Kau sudah makan?"
Lalisa menggeleng dengan senyum polosnya. "Belum, tapi belum lapar juga. Aku dan Hyunjae berencana makan malam di sini jika boleh."
Hana Park tertawa kemudian mengusap puncak kepala Lalisa hangat. "Tentu. Ah, barang yang kamu tanyakan coba langsung kamu cari di kamar Roseanne."
Lalisa mengangguk kemudian pamit ke kamar Roseanne. Gadis itu berhenti saat membuka pintu kamar Roseanne. Kamarnya masih rapi dan aroma vanila menguar dengan kuat. Gadis itu menarik napasnya kuat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar itu. Bayangan akan canda tawanya bersama Roseanne muncul. Lalisa terjatuh di atas karpet beludru dan tangisnya kembali pecah.
Alice berdiri di sisi pintu kemudian menyandarkan tubuhnya. Hatinya sakit melihat Lalisa menangis. Lalisa dan Roseanne tumbuh bersama di depan matanya, melihat salah satunya tiada dan yang lain hancur membuat Alice terluka. Gadis itu akhirnya memilih mundur dan masuk ke dalam kamarnya.
Hyunjae Lee masih berada di kelas saat Lalisa mengirimkan pesan padanya. Foto-foto yang Lalisa kirim membuatnya terkejut. Jarinya langsung mencari nama dari foto yang Lalisa kirim. Lelaki itu mendongak, menatap Roseanne yang hanya dapat memberikan tatapan sedih.
"Kau mengenalnya?" Roseanne mengangguk. "Siapa dia? Apa ada hubungannya dengan Guru Hwang?"
Lagi, Roseanne mengangguk. Sebelum pertanyaan selanjutnya sempat Hyunjae tanyakan, sosok Roseanne sudah menghilang. Lelaki itu menghela napas dan mulai merapikan barang-barangnya. Ia harus menyusul Lalisa sekarang.
"Oh, Lee Hyunjae, kamu belum pulang?" Pertanyaan itu datang dari Kim Jisoo--wali kelas mereka. "Ini sudah semakin sore. Kau harusnya pulang cepat saat tak ada kelas malam."
Lee Hyunjae berdiri dan menyampirkan tasnya di bahu. "Kalau begitu sampai jumpa besok, ssaem."
Kim Jisoo mengangguk dan membiarkan Hyunjae berjalan melewatinya. "Oh, Hyunjae, jika kau ingin belajar di hari Minggu, kau bisa ke perpustakaan."
Hyunjae menoleh, heran. "Dan peraturan baru saja mengatakan bahwa perpustakaan akan direnovasi."
Seolah baru ingat, Kim Jisoo menepuk kepalanya. "Ah, kau benar. Aku lupa karena sering melihat Roseanne belajar di perpustakaan pada hari Minggu." Setelah mengatakan itu Kim Jisoo berbalik, menuju kantor guru.

KAMU SEDANG MEMBACA
school 2019
FanfictionRoseanne Park mungkin sudah tidak ada, tetapi kematiannya belum juga mendapat jawaban yang pasti.