“ Lo mendingan pulang aja! Nggak guna banget lo di sini.” Sentak laki-laki itu dengan angkuhnya yang kini sedang duduk menyila di atas sofa.
“ Sembarangan kamu bilang aku nggak guna. Buktinya tadi aku nolongin kamu.” Miracle kini sendang duduk di bawah sofa tengah menata buku yang sekiranya dapat digunakan untuk membimbing nanti.
Sedangkan laki-laki itu terlihat acuh memandang malas kearah Miracle yang sedang menata buku di atas meja. Ia lebih fokus pada film yang kini sedang ia tonton.
“ Kamu yang namanya Reynald Joudian Leroy kan ?”
“ Katanya mau bimbing tapi nggak tau siapa yang mau dibimbing. Aneh !” Ia hanya tersenyum miring meremehkan Miracle.
Tiba-tiba tanpa di duga sebuah bolpoin berhasil mendarat mulus tepat di dahi laki-laki yang bernama Reynald itu. membuat si empunya mengaduh.
“ Kamu itu dari tadi suka banget bikin orang kesel ya?” Miracle sangat dongkol pada Reynald.
“ Harusnya gue yang kesel. Karena lo adalah tamu yang tak diundang.”
Reynald membalas perlakuan Miracle dengan melempar Bolpoin dan mendarat tepat di wajah Miracle.
Tidak mau memperkeruh suasana Miracle lebih memilih diam bersabar menghadapi laki-laki absurd di depannya itu.
“ udah! Sekarang kita mulai belajarnya.” Titah Miracle yang sudah membuka buku siap untuk menerangkan materi.
“ Males!”
“ kamu nggak boleh males buat belajar. Belajar itu penting buat masa depan kamu lebih cerah.” Miracle berkata secara tegas seolah-olah berusaha untuk menggretak lawan bicaranya itu, meskipun hasilnya nihil.
“ Tapi ada syaratnya.” Ucap Reynald yang terdengar menantang.
“ kenapa harus ada syaratnya sih. Di sini aku kan cuman bimbing kamu, kamu tinggal nurut apa susahnya sih.” Miracle benar-benar geram saat ini.
“ kalo lo nggak mau juga nggak masalah. Gue tinggal bilang sama papah kalo pembimbingnya ini nggak becus terus papah pecat lo deh. Bereskan ?”
" Coba aja kalau berani "
" Ya jelas berani lah. Apa yang perlu gue takutin? " Reynald langsung mengambil benda pipih miliknya. Lalu mencari kontak milik papahnya dan berniat untuk menelponnya.
Apa yang terjadi jika Reynald benar-benar mengadu seperti itu pada papahnya. Jika ia di pecat, lalu apakah bantuannya dengan membiayai ibu di rumah sakit juga akan di cabut?
Miracle tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ia tidak mau melihat ibunya kembali tergeletak di rumah tanpa perawatan intensif. Mau tidak mau ia harus meneriman permintaan Reynald.
“ Jangan! Iya Apa syaratnya? "
Reynald melirik Miracle dengan tangan yang masih menggenggam HP miliknya. Padahal ia hanya berpura-pura untuk menelpon papahnya, tapi perempuan itu terlihat sangat ketakutan.
" syaratnya lo harus mau jadi pembimbing plus BABU gue.” Reynald tampak begitu bahagia, ia tertawa terbahak-bahak ketika megatakan syarat tersebut.
Miracle menarik napasnya dalam-dalam, membiarkan laki-laki itu tertawa sepuasnya di atas penderitaan orang lain. Miracle harus banyak-banyak bersabar kali ini. Semua ini ia lakukan demi ibunya. Ya, Miracle sayang pada ibunya.
“ oke aku setuju.” Miracle menjawab mantap.
Terkejut mendegar penyataan yang terlontar dari Miracle. Reynald memandang perempuan itu sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
you are miracle
Teen FictionMiracle Yustina, perempuan yang memiliki semangat hidup yang tinggi demi menggapai cita-cita dan harapannya yang sudah ia gantung setinggi mungkin di cakrawala. kehidupan yang damai harus berubah dikala ia harus berurusan dengan seorang laki-laki y...