16. Melangkah Untuk Berhenti

11 3 0
                                    


Hari ini Miracle sudah berada di rumah sakit menunggu ibunya. Ia hanya duduk termenung di dalam ruangan yang sunyi dan tenang ini. Untuk menghilangkan rasa bosannya, Miracle memilih untuk membaca novel yang ia pinjam diperpustakaan minggu lalu tapi belum juga ia baca.

Tak terasa waktu menunjukan pukul dua belas siang. Perutnya sudah meronta ingin diberi makanan. Ia pun menutup buku yang sudah habis dibacanya, lalu bangkit dari duduknya.

“Bu, Ira keluar dulu ya sebentar mau beli makanan. Ibu mau nitip nggak? Ibu pasti juga laper kan?” Miracle mengatakan dengan nada pelan di telinga ibunya. Meskipun sampai saat ini ibunya masih dalam keadaan koma.

Melihat ibunya yang tidak menjawab perkataannya. Miracle menarik tubuhnya dan kembali berdiri tegap.
“Ya sudah kalau ibu nggak mau nitip apa-apa. Aku keluar sebentar ya bu. Ibu baik-baik di sini.” Miracle akhirnya memutuskan keluar dari ruangan, berniat pergi ke kantin rumah sakit.

Di tengah langkahnya menuju kantin. Ia berpapasan dengan laki-laki paruh baya yang telah berjasa atas pengobatan ibunya di rumah sakit.
“Kamu Miracle kan?” laki-laki itu bertanya.

“Iya pak saya Miracle. Ada apa bapak datang ke sini?”

“Saya rasa kamu sebaiknya berhenti untuk menjadi pembimbing Reynald, anak saya.”

“Hah! Ta- tapi kenapa pak? Kenapa tiba-tiba?” Miracle terlihat syok medengar pernyataan yang menohok hatinya.

“Intinya saya tidak mau kamu menjadi pembimbing anak saya.”

“Pak, tapi apa salah saya? Bukankah saya sudah menjalankan tugas saya dengan baik? Setidaknya, saya sudah berhasil membuat Reynald masuk kuliah, mau belajar, dan ikut ulangan. Bukankah itu yang bapak mau? tapi kenapa tiba-tiba bapak mau saya berhenti jadi pembimbing Reynald?” Miracle tidak tahu harus berbuat apalagi selain memohon agar Leroy mau menarik kata-katanya.

“Karena kamu sudah lancang pacaran dengan anak saya.”

Deg.

Karena itu kah? Karena itu Miracle harus berhenti membimbing Reynald. Apakah masalah jika ia berpacaran dengan Reynald?

“Kenapa pak? Apakah saya salah pacaran sama Reynald ?”

“Jelas salah! Salah besar. Kamu itu harus ingat siapa kamu dan siapa Reynald. Kalian itu tidak selevel. Dan juga kamu harus tahu kalau Reynald sudah saya jodohkan dengan perempuan yang sudah jelas memiliki segalanya, yang tentunya tidak sebanding dengan kamu.”

Miracle sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Miracle sudah tidak punya harapan lagi. Semuanya sudah berakhir. Seharusnya ia sadar sedari awal. Harusnya ia hanya fokus untuk membimbing saja. Maka, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Tunggu ! lalu bagaimana dengan ibunya?

“Lalu bagaimana dengan ibu saya pak?”

“Ya jelas saya sudah tidak memiliki kewajiban untuk membiayai perawatan ibu kamu.”

“Pak. Saya mohon pak, jangan lakukan ini pada saya. Saya butuh uang untuk perawatan ibu saya, ibu saya sedang kritis pak.”

“Saya tidak mau tahu lagi urusan  kamu! "

"Pak tolong bantu saya, kalau harus berpisah dengan Reynald bisa membuat saya kembang bekerja. Maka, akan saya lakukan Pak." Miracle masih terus memohon.

"Saya tidak punya kesempatan kedua untuk kamu, kesalahan kamu sudah melampaui batas. Berhenti memohon pada saya." Leroy pun melenggang pergi dari hadapan Miracle yang kini sedang berdiri mematung.

Rasa lapar yang membuat langkah Miracle keluar menuju kantin kini telah sirna entah kemana. Ia kini memutar langkahnya kembali menuju ruangan ibunya. Dalam langkahnya air matanya tak bisa dibendung lagi dan dengam cepat Miracle mengapus dengan kasar air mata yang jatuh tanpa diminta itu.

you are miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang