9. Pacaran?

24 10 4
                                    


“ Makasih ya kamu udah mau nganter aku ke sini.” Miracle dan Reynlad baru saja keluar dari mobil dan kini mereka sedang berjalan di pelataran rumah sakit.

“ ya kali gue biarin lo pergi sendiri ke sini.” Reynald terlihat begitu acuh, matanya menatap lurus dan kedua tangannya dimasukan ke dalam saku hoodie nya. Miracle sudah terbiasa dengan sikap acuh Reynald, jadi ia tidak merasa kesa sama sekali dengannya.

Mereka tiba di depan ruangan Tina, ibu Miracle yang dirawat di rumah sakit. “ Gue pulang dulu.” Reynald beniat untuk segera pulang.

“ Kamu nggak mau masuk dulu? sebentar aja deh. Biar ibu aku kenal sama kamu.” Tidak ada jawaban dari Reynald.

“ ya mau ya?” Miracle memohon dengan penuh harap kepada Reynald. Reynald menghela napas dan mengangguk lalu membuntuti Miracle masuk ke dalam ruangan ibunya.

Senyum Miracle memudar kala melihat ibunya yang masih setia dengan mata yang tertutup. Hati Miracle kembali tersayat melihat pemandangan tersebut.

Reynald yang berdiri di belakang perempuan itu hanya menatap iba pada ibu Miracle yang masih dalam keadaan koma.

Ketika tadi Miracle mengajaknya masuk untuk mengenalkan dirinya pada ibunya, ia sedikit heran. Bukankah ibunya sedang koma, namun karena tidak mau menyinggung hati Miracle. Akhirnya, ia menurut saja untuk masuk ke dalam ruangan itu.

“ kayaknya ibu aku lagi tidur deh. Lain kali aja ya kamu ke sininya.”

“ Mir ibu lo itu koma bukan tidur. " sangat berat Reynald mengatakan itu, tapi ia tidak mau Miracle bersikap seolah-olah ibunya sedang baik- baik saja.

Tidak ada jawaban. Hanya suara tangisan yang tiba-tiba terdengar.

“ Bisa gak usah nangis gak sih lo ?” terdengar tega memang. Tapi percayalah Reynald hanya tidak ingin melihat perempuan menangis. Ia benci itu.

Miracle reflek langsung menghapus air matanya yang tiba-tiba mencelos dari matanya. “ Maaf. Ng… kamu boleh pulang Rey.”

Jujur Reynald senang ketika Miracle hanya menangis dalam hening. Ia tidak mau melihat lagi Miracle yang teriak-teriak tak jelas seperti orang gila. “ lo nggak papa gue tinggal ?”

“ nggak apa-apa kok.”

"Gue pulang. " Reynald mengusap rambut Miracle sebelum dia benar-benar pulang.

***

Reynald dan Miracle kini sedang berjalan menyusuri koridor kampus. Miracle juga kaget ketika pagi-pagi Reynald sudah berada di rumah sakit.

Tentunya Reynald datang karena dia ingin menjemput Miracle. Alasannya ia tidak sabar lagi mengikuti bimbingan oh ayolah dia tidak serius dengan hal itu.

Seperti sesuatu yang aneh ketika Reynald berjalan bersama Miracle. Tatapan tak suka selalu saja ia dapat dari kaum hawa di kampusnya yang suka dengan Reynald.

Seolah olah mereka tidak terima dengan kenyataan jika kini Miracle berjalan bersebelahan dengan idola mereka.

Miracle hanya bisa berjalan menunduk, sedangkan Reynald tentu laki-laki itu sangat tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Di tengah perjalanan mereka tepatnya di sebuah lorong menuju kelas mereka. Mereka berpapasan dengan perempuan yang membuat Miracle terlihat begitu ketakutan.

“ pagi Rey tumben banget kamu masuk kuliah.” Perempuan itu menyapa Reynald.

Reynald terpaksa berhenti karena perempuan itu, ia masih setia dengan wajah cueknya di hadapan perempuan itu.

you are miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang