13 tahun yang lalu
"Batalin aja, Can. Bilang aja lo nggak jadi gabung, bilang kalo lo nggak bisa."
Can memutar mata, Gun kenapa lebay banget sih. Can yang ditolak aja sellow. "Gue udah janji, Gun. Janjinya sama guru lagi. Masa dibatalin sih."
"Tapi di klub debat ada dia, Can."
"Klub debat rame, Gun. Nggak cuma gua sama dia aja, gua yakin dia nggak bakal sadar kok."
Gun menghela napas kelas. "Kalo lo dipermaluin lagi gimana? Kalo cewek-cewek yang naksir dia ngelabrak lo gimana?"
Can ngakak. Gun ini kalau mikir suka kejauhan. "Sinetron kali, Gun. Udah ah, gue ke ruang debat dulu ya. Gue janji bakal hati-hati," Can meyakinkan Gun yang masih tampak ragu. "Tenang aja, gue nggak bakal kena napa kok."
Tapi Can salah besar. Gun benar, Tin sadar Can ada di klub yang sama dengannya dan mempermalukannya di depan seluruh anggota klub debat.
"Dih, ngapain dah lu ada disini? Ngikutin gue?"
Can gelagapan. "Nggak kok. Aku direkomendasiin sama guru buat masuk klub ini."
Tin melengos, "Risih nih gue ada stalker."
Wajah Can merah padam, sebagian anggota klub menertawainya, sebagian lagi berbisik bisik, jelas sedang menggosipkannya. Can memutuskan untuk duduk di pojok, jauh dari Tin, dan sebisa mungkin tidak terlalu aktif dalam kegiatan. Gun benar, seharusnya Can batalin saja rencananya untuk gabung di klub sialan ini.
Tapi, dipermalukan Tin bukan satu-satunya prediksi Gun yang benar. Ada satu ketakutan Gun yang kemudian merubah hidup Can selamanya. Cewek-cewek yang naksir Tin, datang untuk melabraknya.
...
"Ini pertama kalinya kita undang panelis lebih dari satu orang, jadi sekali lagi tolong semuanya benar-benar ikuti rundown, jangan sampai molor karna acara setelah kita juga live. Pete, langsung potong panelis kalau sudah bertele-tele dan tidak substansial."
Pete mengiyakan arahan Can. Mereka sedang briefing dengan seluruh kru dua jam sebelum Live.
"Untuk sound, tolong benar-benar diperhatikan mic yang mau kita pakai, karna tadi pagi News Report sempat ilang suaranya beberapa detik, tolong pastikan mic yang kita pakai nggak rusak. Untuk wardrobe, jangan kasih Pete jas yang terang, background kita kaca soalnya, nanti kalau jasnya terang susah kontras kamera." Can serius ngasih instruksi kepada krunya. "Itu aja dari gue, ada masukan nggak?"
"Kita rubah posisi duduk ya, Can," saran Mas Alan. "Lawyernya kita tarok di sebelah kanan Pete, soalnya angle-nya jadi lebih bagus."
Can mengangguk-angguk, "Oke. Yang lain nggak keberatan kan?" tanya Can kepada kru yang manut saja kepada pertimbangan Mas Alan. "oke, kalau gitu perlengkapan tolong ubah posisi kursi ya."
Mendapat respon positif, Can menutup briefing "Oke, begitu tapping buat This Week's Issue selesai, semuanya langsung ke pos masing-masing ya. Oh ya, James, tolong alert front desk untuk kasih tau kalau tamu kita udah datang."
"Oke mas."
"Sip, semua boleh bubar sekarang. Semangat semuanya."
"Lo udah siap bakal disepik sama Tin?"
Can mendengus, kesel denger Pete bawa-bawa soal itu. Pete ngikutin Can jalan ke studio sementara yang lain balik ke ruangan mereka.
"Gue bakal pastiin kalau dia nggak punya kesempatan buat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legal Angle
RomanceCan, seorang produser acara TV yang tengah kesulitan menaikkan rating acaranya, bertemu kembali dengan cinta pertama yang dibencinya. Can tidak mau dekat-dekat lagi dengan si brengsek itu, tapi mungkin hanya Tin yang mampu membantunya menaikkan rati...