The Placeholder

1.6K 190 43
                                    

"Gue putus sama Jo."

Jane melongo sementara Mark ngakak. "Anjir! Gue harus bayarin liburan Mark dong?! Nggak iklas gue!"

Can memutar bola matanya malas. Pastilah Jane lebih peduli sama taruhannya dengan Mark daripada soal masalah percintaan Can. "Ya kalo gue nggak jadian sama Tin yah nggak ada yang menang berarti," ungkap Can.

"Yaah," protes Mark cepat, "jadian dong Can. Pengen liburan gratis nih gue."

"Well.."

"Well apa?" tuntut Jane yang penasaran sama jawaban ambigu Can. "Spill, bitch."

Can mendengus. "Tapi janji lo berdua dengerin sampe abis dan nggak motong. DAN nggak menjudge gue macem-macem nanti."

"Kalo ngejudge sih gue nggak janji ya, lu kan bego, gue selalu ngejudge lu kok, tapi nggak depan muka lu aja."

Can keki sama Jane, jahat banget itu kuntilanak. "Ya udah, kalo mau ngejudge dalem ati aja, gue males berdebat soal ini soalnya."

Jane dan Mark hanya mengangguk. Jadilah Can menceritakan soal putusnya dia dengan Jo dan soal perjanjiannya dengan Tin.

"Anjir apa rasanya dicium Tin, Can?" tanya Mark yang bikin Can otomatis melempar bantal sofa kearahnya.

"Gue juga penasaran, kalo lo bales enak berarti?" serang Jane lagi.

"Mesti banget jawab nih?" tanya Can kesal.

"Ya iyalah." Jawab Jane dan Mark serempak.

Can berpikir sebentar, menimbang jawaban yang tepat "ya biasa aja sih, bibir sama bibir nemplok aja gimana menurut lo? Nggak ada yang spesial spesial banget. Nggak tau ya kalo dia ngeluarin skill nya, mantap kali."

Jane dan Mark ngakak puas. "Nggak pengen coba, Can?"

"Ya pengen sih, kapan lagi sama cowok secakep Tin."

Jane tertawa sambil menepuk paha Can keras, "You're such a whore," makinya.

"Tapi gue serius, gue nggak apa-apa nih coba-coba sama Tin? Gue kok ngerasa yang gue lakuin salah dan malah makin nyakitin dia ya?"

"Lu kenapa sih nggak mau sama Tin?"

Can menatap Mark kesal. "Ya lo tau kenapa!"

Mark menghela napas kesal. "Maksud gue, kenapa lo nggak coba buka hati lo? Lo sendiri yang bilang kalo Tin itu baik banget orangnya, nggak kaya dulu. siapa tau jodoh lo itu emang dia kan?"

"Terus terang gue bingung, Mark," ungkap Can. "Gimana juga masih ada perasaan bitter setiap gue ngeliat dia, masalah dihidup gue tuh nggak banyak tapi akarnya dari dia semua. Gue bisa maafin dia, tapi gue masih trauma dengan sikap dia dulu, gue masih nganggap dia itu cuma menilai orang dari fisik, walaupun gue yakin dia sekarang nggak kaya gitu, tapi rasanya gue nggak bisa lepas dari masa lalu. Sekarang gue udah bisa melupakan masalah dulu, gue udah bisa membedakan Tin yang dulu sama Tin yang sekarang. Tapi untuk punya hubungan lebih sama Tin gue nggak siap."

Mark mengangguk mendengarkan penjelasan Can. "Terus apa motivasi lo buat nyoba sama Tin kalo gitu?"

"Supaya Tin mau move on dari gue, kalo Tin udah nyoba dan nggak berhasil, seenggaknya he finds his closure dan kita bisa move on."

"Dan lo rela kehilangan Tin kalo itu terjadi?"

"Sejujurnya, enggak."

Mark dan Jane terdiam. "Terus?" Tanya Jane.

"Tapi kalo itu harus, ya gue harus ikhlas kehilangan satu orang teman."

"Kalo ternyata Tin berhasil ngeluluhin hati lo?"

The Legal AngleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang