The Intimate Act

1.7K 193 55
                                    

"Kamu nggak perlu ikut meeting lah, kamu kan sibuk lagian kita udah biasa meeting sendiri," Can protes pada Tin yang ditemuinya di lantai satu ketika dirinya selesai membeli kopi. Tin memutuskan untuk ikut rapat mingguan mereka sebelum Legal tayang dua hari lagi.

"Aku cuma mau bantu kamu aja, kamu baru aja masuk, badan kamu juga belum fit, kan? Kalo ada aku kan kamu nggak perlu mikir banyak, aku bisa kasih masukan buat episode besok."

Can terdiam sejenak. Sebenarnya dengan ada Tin dirinya memang terbantu, tapi dia nggak mau terus-terus merepotkan Tin. Tin kan punya kesibukannya sendiri. "Kamu nggak apa-apa ikut meeting disini emang? Kamu nggak ada kerjaan emang di kantor?"

Tin tersenyum sambil mengacak rambut Tin pelan. "Aku kesini mau bantuin kamu, Can. Bukan jadi budak kamu. Kalo aku nggak bisa aku pasti nggak akan kesini."

"Ya udah, ayok. Yang untuk besok emang masih butuh banyak revisi, nanti kamu aja yang ngatur semua materi acaranya ya, aku males mikir."

Tin senyum aja, nggak ngebahas Can yang tadinya nggak mau dibantuin tapi sekarang malah semangat babuin dia. Tin sendiri ikhlas dibabuin sama Can. Namanya juga bucin.

Rapat langsung dimulai ketika mereka mereka memasuki pantry ujung, tim legal dan Pete sudah siap untuk mengikuti rapat.

"Kita langsung aja, ya," mulai Can, diamini oleh semua peserta rapat. "Jadi kita kurang dimana aja nih, selain di daftar pertanyaan?" tanya Can.

"Nggak ada sih, mas. Panelisnya sudah fix, tapi salah satu panelisnya itu agak ngegas kalo ngomong, jadi kita harus siap-siap cari cara buat nenangin dia." Ujar Cherreen.

"Oke, nanti sekalian kita bahas soal Ini pas bahas isi acara." Ucap Can. "kita kan bahas tentang nikah muda, contoh kasusnya ada banyak, James udah kasih materinya ke Pete?" tanya Can, melirik orang-orang yang bersangkutan.

"Udah, mas."

"Ada pertanyaan, Pete?"

Pete menggeleng, "Sejauh ini nggak ada, tapi gue harus baca list pertanyaannya dulu buat ngerti bener duduk permasalahnya."

"Oke. Ada hal yang perlu dibahas lagi sebelum kita masuk ke materi?"

Yacht mengangguk. "Sponsor minta ukuran baju mas Tin sama Bang Pete, mas."

"Sponsor?" tanya Tin.

"Iya dong," Can menjawab dengan bangga. "Kita dapet sponsor dari clothing line khusus cowok, besok wardrobe kamu sama Pete dari mereka."

"Ganteng dong aku besok, dapet baju dari sponsor, emang siapa sih sponsornya?"

"Gantenglah, nggak dapet baju dari sponsor juga ganteng kok."

Masookkkk

"Eh tolong ya bapak-bapak kalo pacaran jangan di depan para jomblo gini," Sammy protes keras. Sialan si Sammy, bikin Can salting aja, padahal dia nggak niat flirting sama sekali sama Tin. Dia cuma muji dengan jujur.

Tin santai aja ngakak, "Sammy cemburu aja," ujarnya, bikin Sammy makin cemberut.

"Jadi narsum kita besok siapa aja nih?" tanya Tin mengalihkan pembicaraan.

"Dari LSM Perempuan yang jadi salah satu penggugat ke MK, mas sama anggota DPR," jawab Cherreen.

"Fokus pertanyaannya kemana aja, Sam?" tanya Tin yang langsung mengambil alih pimpinan rapat tanpa sadar. Can hanya membiarkan Tin, merasa lebih baik memang Tin yang menghandle.

"Sejauh ini fokus pertanyaan itu di undang-undang pernikahan sama batas usia menikah yang masih jadi perdebatan, mas."

Tin bergeser mendekat pada Can, membaca list pertanyaan dari balik bahu Can. Jarak mereka sangat dekat, Can bisa merasakan nafas Tin yang teratur, wangi parfum mahalnya, panas tubuhnya. Tin tidak melakukan apa-apa, hanya membaca kertas yang dipegangnya, tapi Can merasa tidak nyaman. Bagaimana pun dia pernah naksir Tin, secara seksual dia tentu tertarik pada Tin, dia tidak pernah menampik kalau Tin itu tampan. Dekat dengan Tin begini tentu membuatnya kurang nyaman. Walaupun mereka sekarang sangat dekat, hubungannya dengan Tin tidak seplatonik hubungannya dengan Ae atau Pete, masih ada sesuatu yang mengganjal diantara mereka.

The Legal AngleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang