The Undying Feelings

1.5K 188 140
                                    

WARNING: Ini adalah alternate universe ya, walaupun settingnya Indonesia, tapi presidennya bukan presiden kita, kapolrinya juga kaga, apalagi mentrinya. semua masalah yang disebutkan di ff ini hanyalah REKAYASA! Jadi jangan baper apalagi berantem masalah politik. thank you

8 Tahun yang lalu

"Maafin aku, Can."

Can susah payah menahan air mata. Harusnya hari ini berakhir bahagia, karna sudah lama mereka tidak sempat jalan berdua, tapi kenapa malah berakhir begini? "Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin-kemarin, kenapa pas kamu udah mau berangkat gini baru bilang?"

Jo mengenggam tangan Can, menarik Can agar duduk lebih dekat dengannya, "karna kemaren aku nggak yakin bakal dapatin beasiswa itu, aku nggak mau bilang sebelum pasti dan bikin kamu galau. Maaf kalo cara aku gini malah bikin kamu tambah sedih."

Can menghapus air matanya yang akhirnya jatuh juga. "terus kita gimana?"

Jo terdiam. Ini yang ingin ia katakan pada Can sebenarnya, tapi rasanya berat.

Sangat berat

"Aku mau kita putus."

Air mata Can kontan berhenti menetes, tubuhnya kaku. Can tidak menyangka hal itu yang akan keluar dari mulut Jo. Can menatap Jo nanar. "Tega banget kamu," bisiknya. Dilepaskannya tangan Jo yang menggenggam tangannya dengan kasar.

Jo kembali menarik Can untuk mendekat. "dengar dulu penjelasan aku," mohon Jo lembut. Tidak mendapat perlawanan dari Can, Jo melanjutkan. "Aku nggak yakin kita bisa LDR, Can. Inggris itu jauh. Aku nggak mau mengekang kamu disini, aku nggak mau kita berantem terus karna kita pasti bakal curigaan, sepercaya apapun kita satu sama lain. Aku mau kamu bahagia, dan LDR nggak bakal bikin kita bahagia. Aku juga nggak mau nanti kita berantem, abis itu putus dengan cara yang nggak baik. Aku nggak bisa kalau suatu saat kamu bakal benci aku. Aku mohon, aku mohon kamu mau ngabulin permintaan aku."

Sebulan kemudian, Can mengantarkan Jo ke bandara, bersama keluarga Jo. Mereka jalan dalam diam. Jo tampak sedang memikirkan sesuatu, sementara Can sibuk menahan tangis. Pada saatnya ia pergi, Jo memeluk Can, mengecup keningnya sambil mengatakan, "I'm sorry, Head turner."

Can menangis selama satu jam di toilet bandara hari itu.

...

Kalau kalian bertanya pada Can, hanya ada 2 cinta yang benar-benar berkesan bagi Can. Yang pertama adalah Tin, karna Tin adalah cinta pertama. Tin adalah orang pertama yang mampu membuat Can terpesona hanya dalam sekali pandang. Tin adalah orang pertama membuat Can tau apa rasanya naksir seseorang. Tin, cinta pertama yang tak tergapai, si pemeran utama pria dalam cerita remaja klasik.

Untuk yang kedua, Jo Kavin orangnya. Jo bukanlah pacar pertama Can, tapi Jo adalah orang pertama yang benar-benar berjuang untuk mendapatkan Can. Jo adalah seniornya di kampus dulu. Mahasiswa tampan yang supel. Semua orang menyukainya, temannya ada dimana-mana, bahkan kabarnya pacarnya ada dimana-mana. Saat Jo menunjukkan ketertarikannya terhadap Can, reaksi Can yang pertama adalah defensif. Tidak percaya dengan cowok itu. Dia playboy, itu yang ada dipikiran Can.

Tapi Jo berhasil membuktikan bahwa dirinya tulus dan dia tidak punya niat untuk mempermainkan Can. Mereka pun pacaran setelah pendekatan yang melelahkan selama berbulan-bulan. Tapi tarik ulur yang bikin baper itu tidak disesali Can, karna selama mereka pacaran, Can adalah orang yang paling bahagia sedunia.

"Kamu tuh kalau jalan ada aja yang nengok, di muka kamu ada magnet ya?" itu yang dikatakan Jo ketika seminggu pertama mereka pacaran. "You're a real head turner." Candanya.

The Legal AngleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang