Hantaman keras terdengar kala kepalan tangan Jeonghan meninju wajah Yuto terlebih dahulu.
Yuto meringis, lalu balas menyerang dengan melakukan sabetan.
Sabetan demi sabetan itu hanya melintasi tubuh Jeonghan yang menghindar dengan baik. Jeonghan berlutut, kemudian menggunakan kaki kanannya untuk berputar. Lalu ia menghantam bagian belakang kaki Yuto hingga lelaki itu jatuh.
Baru saja Jeonghan ingin mencengkram tangan Yuto, Yuto menyabetkan belatinya ke belakang. Jeonghan melompat mundur ketika Yuto menegakan tubuhnya dan berulang kali mencoba menyerang tenggorokan Jeonghan.
Jeonghan terlihat lebih lincah. Ia menyambar pergelangan tangan Yuto dengan cepat menariknya mendekat sambil melayangkan tendangan keras beruntun ke perut.
Yuto terdorong ke belakang, tapi tangannya masih di cengkram kuat malah membuat ia terbanting. Yuto merasa tubuhnya nyeri. Padahal ia lebih unggul perihal senjata. Maka ia mencoba berputar ke depan dan kembali memberikan serangan.
Ketika Yuto hendak menusuk belatinya ke dada, Jeonghan bergeser ke kiri. Dengan gerakan cepat di sambarnya tangan Yuto untuk di putar ke belakang dan di patahkan.
Suara tulang bergemeretak terdengar nyaring. Yuto meraung keras, kesakitan.
Eva yang melihat itu hanya bisa melongo. Kemampuan mas Jeonghan meningkat pesat, pikirnya. Namun, seketika ia jadi menoleh memperhatikan Sana yang berjalan mendekat. Keningnya mengernyit saat Sana berhenti dan memasang kuda-kuda.
"Lo mau bertarung? Dan sejak kapan lo bisa bela diri?" tanya Eva agak bingung.
Sana mengangkat bahu, "Entahlah. Aku lupa. Ini juga dipaksa oleh orang itu" dengusnya tak senang.
"Lo merasa terpaksa padahal lo juga ingin melihat gue dan Yuta berpisah kan?"
"Kau benar" sahut Sana seraya terbahak. "Tapi entah mengapa aku tau ini akan berakhir tidak seperti keinginanku. Aku akan membiarkanmu bersama Yuta bila kau bisa mengalahkan ku sekarang. Dan aku tau kau bisa"
Mata Eva menyipit, memperhatikan dengan detail apakah wanita itu berbohong. Tapi yang di dapatinya hanya tatapan meyakinkan yang ia sendiri bimbang harus percaya atau tidak.
"Ya sudahlah" ucap Eva akhirnya menyanggupi.
Mereka berdua berdiri berhadapan dengan tangan sama-sama kosong dan saling memasang kuda-kuda siap yang stabil.
Eva masih dalam keadaan tenang menunggu agar Sana terlebih dahulu menyerang.
Detik berikutnya, tinju di layangkan lurus ke wajah Eva. Wanita itu refleks melompat mundur menjauhi tinju Sana. Ia lalu maju dan menerjang dengan tangan terkepal kuat hendak balas menyerang wajah Sana.
Sana tak tinggal diam, ia menyilangkan kedua tangannya di depan wajah. Eva tersenyum lalu mengubah arah serangannya. Ia memutar pinggangnya dan menendang lurus perut Sana yang terbuka tanpa pertahanan.
Debaman terdengar. Sana tersuruk ke aspal dengan lengan kiri yang jadi tumpuan. Belum sempat ia bangkit, Eva mengangkat kaki ingin menginjaknya sehingga ia membatalkan niatnya untuk bangkit dan tetap terbaring di atas aspal.
Saat itulah terdengar suara beberapa mobil dari kejauhan.
Yuta keluar dari mobil dengan tatapan cemas, bersamaan pula dengan keluarnya Jaehyun dan para pria berpakaian serba hitam dari mobil lain yang berbeda-beda.
Eva tersenyum lebar saat Yuta berlari ke arahnya dan langsung memeluknya erat. Seakan-akan dirinya akan menghilang jika suaminya itu tidak memeluknya dengan begitu eratnya.
"Mereka siapa?" Eva mengernyit dan berusaha melepas pelukan ketika para pria berpakaian serba hitam itu meringkus Yuto, Sana, dan anak buahnya.
"Err" Yuta tampak bingung menjelaskannya, "Mereka antek-anteknya Jaehyun"
"Lah, maksudnya?" Eva masih mengernyit tidak mengerti.
"Udah lah, gak usah di pikirㅡEH? INI KENAPA KOK MEMAR?" tunjuk Yuta pada bagian tubuh Eva sebelah kiri yang terlihat ada memar dari siku sampai pergelangan tangan dan di area betis.
"Ah, ini tadi aku lompat dari mobil dan bergesekan dengan aspal maka nya memar"
Yuta melotot, "ASTAGA, YANG! NEKAT BANGET LONCAT DARI MOBIL"
Jeonghan yang mendengar itu jadi tersenyum geli melihat interaksi keduanya.
"Ya kalo cuma diem aku gak bakalan ketemu mas Jeonghan. Lagian kenapa pake ngerepotin mas Jeonghan sih?"
Yuta melirik sesaat ke arah Jeonghan yang agak terperanjat karena tiba-tiba di sebut, "Karena dia memiliki peluang yang sangat besar untuk menyusul dan karena kamu sebelumnya emang lagi bersamanya" ia menghela nafas, lalu kali ini benar-benar menatap Jeonghan tepat, "Terima kasih banyak atas bantuannya. Aku rasa ucapan terima kasih tidak akan cukup untuk pak Jeonghan yang sudah berbaik hati menyelamatkan istriku yang merepotkan ini" ucapnya yang membuat Eva mendengus.
Jeonghan terkekeh ringan, "Tidak apa. Aku senang bisa membantu. Lagipula mbak Eva juga pernah membantu ku, jadi anggap saja ini sebagai balas budi"
"Baiklah, berarti impas" Yuta tersenyum dan merangkul istrinya, mendekat. Melihat itu, Jeonghan mengangguk mengiyakan sambil membalas senyumnya agak miris.
"Eh, mereka mau di bawa kemana?" tanya Eva ketika mereka yang tadi di ringkus dipaksa berdiri dan memasuki mobil bergantian.
"Biar Jaehyun yang urus. Kamu diem aja deh" sahut Yuta.
Eva mencebikkan bibirnya karena merasa kurang puas akan jawaban itu. Ia ingin menggali lebih dalam, tetapi Yuta sepertinya enggan menjawabnya.
"Gue ambil alih dari sini, kalian bisa pulang" ujar Jaehyun yang datang menghampiri mereka dan langsung mendapat anggukan setuju oleh Yuta.
"Nah, ayo kita pulang!" Yuta menggenggam erat tangan Eva.
"kajjaㅡeh, mas Jeonghan ikut aku dan Yuta ya. Kami anter pulang. Ban belakang mobil mas kan dah meleduk" ucap Eva yang teringat akan hal itu.
"Ah, iya. Ayo pak!" ajak Yuta pada Jeonghan yang meringis merasa tidak enak.
.
.
.
Canggung.
Setidaknya itu yang dirasakan Jeonghan saat berada di dalam mobil lelaki bermarga Nakamoto itu. Tadinya ia sudah menolak dan bersikeras bisa mencari transportasi lain, misalnya memesan taksi atau minta dijemput salah satu temannya. Namun hal itu tidak diperbolehkan pasangan yang ada didepannya ini. Berbagai kalimat tolakan nan ajaib terlontar dari kedua sejoli itu sampai Jeonghan yang hanya menyimak jadi pusing sendiri.
Jeonghan tahu kalau Eva memang suka ceplas-ceplos, dan ketika wanita itu dipadu-padankan dengan Yuta yang sama banyak omongnya, mereka menjadi sangat serasi. Bahkan lelaki yang bernama Jaehyun tadi mengatakan padanya agar maklum saja bila mendengar perdebatan tidak penting mereka.
Jaehyun?
Ah, tunggu sebentar. Sepertinya namanya tidak asing. Kening Jeonghan mengernyit, mencoba mengingat-ingat.
Jaehyun itu maksudnya Jung Jaehyun? Lelaki yang merupakan suami dari wanita yang Mingyu sukai?
Jeonghan tiba-tiba memikirkan Dongsaeng bongsor nya itu karena belakangan ini Mingyu terlihat kehilangan semangat hidupnya. Usut punya usut wanita bernama Chindy itu tengah mengandung. Jeonghan jadi ikut menerawang, membayangkan Eva mengandung nanti.
Akankah keadaannya berubah persis sama seperti Mingyu saat ini?
***
Yosh, aku baru lepas dari rantai kesibukan yang menjerat di real..
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Life After Married - Yuta NCT
FanfictionSpin off : Life After Married [NCT] Bernaung di bawah status bernama pernikahan memang tidak akan menjanjikan hidup kita berdua jauh dari masalah. Ada kalanya kesabaran, kesetiaan dan kepercayaan kita satu sama lain di uji...