Ch. 13

2K 185 37
                                    

Aroma anyir yang menguar langsung membuat para lelaki bringas yang ada ditempat itu merasakan mual. Tak terkecuali pada satu-satunya perempuan muda yang ada disana, namun indera penciuman nya seolah mati karena mendapati tubuh kurus lelaki itu terhempas ke tanah dengan darah terus mengalir di perutnya yang terdapat tikaman pisau.

Para lelaki bringas itu terkesiap dan langsung berlari meninggalkan lapangan futsal yang sudah tidak digunakan lagi itu.

Sedangkan si perempuan, matanya membelalak lebar dengan tertatih ia menghampiri lelaki yang sialnya masih bisa tersenyum kearahnya walaupun didera sakit. Perempuan itu mendekap si lelaki dan terus memanggil namanya agar tetap terjaga disela air matanya yang mengucur hebat.

Lelaki itu dengan kepayahan mengangkat tangannya untuk menghapus air mata si perempuan, "J-ja-ngan m-me-nang-is noo-na" ucapnya pelan dan terbata. hingga si perempuan meraung memecah kesunyian malam itu kala tangan si lelaki jatuh terkulai dan matanya yang perlahan berangsur-angsur menutup.

"TIDAKKKK!" Eva menjerit histeris, langsung terjaga dari tidurnya. Nafasnya putus-putus dengan peluh membanjiri tubuhnya yang gemetaran.

Yuta yang tidur disampingnya terlonjak kaget, matanya mengerjap mencoba memahami apa yang terjadi langsung membawa istrinya tersebut dalam pelukannya dan mengucapkan kalimat-kalimat penenang yang tulus dengan penuh kasih sayang.
Mengetahui bahwa Eva mimpi buruk lagi seperti dulu setelah hidupnya kembali tenang membuat Yuta mengumpat dalam hati, menyalahkan Jeonghan yang telah membawa Eva kembali kedalam traumanya. Ingin rasanya Yuta memutar waktu agar wanitanya tersebut tidak usah bertemu dengan Jeonghan.

Tapi toh, nasi sudah menjadi bubur. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menenangkan istrinya yang masih gemetar hebat.

"Tenang, yang. Itu cuma mimpi. Ada aku disini"

Eva agak mulai tenang walau masih terisak kecil.

"Aku ada disini, sayang. Aku akan terus ada disini. Kamu gak sendiri!" Yuta mencium kening Eva dengan tulus. 

***

Besok paginya Yuto benar-benar datang kerumah pasangan Nakamoto. Selama diperjalanan ia terus mendumel tidak jelas sendiri, sampai ketika Yuta membuka kan pintu, ia langsung menutup mulutnya rapat.

Yuto nyelonong menuju dapur, berasa di rumahnya sendiri. Dirumahnya tidak ada bahan masakan dan belum sempat belanja dia tuh, maklum masih lajang. Ia berharap  Eva sudah membuatkan sarapan sehingga dia bisa ikut sarapan, tapi yang ia temui hanya kesunyian dan kosongnya meja makan.

"Nii-san, Eva kemana?" tanyanya.

"Ada dikamar" jawab Yuta sambil menenggak kopi.

"Wah, pasti kelelahan abis itu kan?" muka Yuto mesem-mesem yang jidatnya langsung disentil Yuta.

"Iya dia kelelahan. Tapi bukan gara-gara itu, geblek. Dia bantuin orang kelahi lawan preman, abis itu tebak apa yang terjadi"

Yuto terkejut, "pasti ke inget traumanya ya?"

Yuta mengangguk, "Malem tadi juga dia mimpi buruk inget tragedi itu"

"Terus apa bisa aku bantu?" tanya Yuto.

"Cariin perempuan yang bersedia jadi guru buat gantiin Eva. Gue udah minta Eva berhenti ngajar sama tantenya yang punya yayasan, tapi tantenya bilang, Eva boleh berhenti kalau ada penggantinya. Tolong cariin ya?" 

"Gampang. Terus keadaan Eva sekarang gimana?"

"Udah balik normal lagi"

"Syukurlah" lega Yuto.

[END] Life After Married - Yuta NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang