Ch. 8

2.9K 250 19
                                    

Setelah diseret paksa oleh Yuta, kini Eva malah tertidur di sofa tak jauh dari Yuta yang masih sibuk bekerja. 

Pintu ruangannya tiba-tiba diketuk membuat Yuta mengalihkan perhatian dan mengernyit sekilas, "Masuk!" ucapnya pada orang tersebut.

Lupa dia kalo istrinya tidur sangat tidak indah dengan kaki jatuh menggantung di sofa dan tas jinjing yang terletak tepat di wajahnya.

Yuta mengangkat alis melihat ternyata salah satu pegawai disini yang juga merangkap sebagai temannya, yaitu lelaki bernama lengkap Adachi Yuto yang mengetuk pintu barusan, "Ada apa?"

"Lah? Kan Nii-san yang minta aku kesini pas aku senggang?" Yuto melirik sekilas kearah Eva, "Gak pegel istri Nii-san tidur begitu?"

Yuta terkesiap, "Lah iya juga ya?" ia menatap Eva yang masih pulas.

"Ckckck, dasar suami tidak berperasaan. Langsung aja ada apa? Gak mungkin Nii-san manggil aku tanpa sebab"

Tatapan Yuta langsung serius, "Gue mau minta tolong, tapi nanti gue kasih taunya. Ada istri gue!"

"Oke" Yuto mengangguk sekilas, jarang-jarang Yuto bisa melihat lelaki yang sudah ia anggap kakak itu bisa seserius ini. Sepertinya hal yang dihadapinya bukan hal yang bisa diabaikan.

"Nii-san, beberapa hari ini aku ada ngeliat orang yang kayaknya ngikutin nii-san" Yuto kembali membuka percakapan.

Yuta menghela napas, "Sebenernya itu yang mau gue omongin. Tapi nanti aja"



***

Jeonghan mengacak rambutnya kasar, melihat yayasan perguruan pencak silat tempat dia mempelajari beladiri itu kini ditutup karena pihak pengurus sudah pindah tugas yang usut punya usut terjadi lantaran memiliki masalah dengan salah satu perguruan silat yang sudah berdiri lama.


Dirinya masih tergolong pemula dalam bela diri silat. Seharusnya dia naik sabuk saat ujian tanding yang diadakan tidak lama lagi, namun sepertinya itu tidak akan terjadi. Sepertinya dia harus mencari perguruan lain.

Disaat orang lain memilih beladiri seperti karate, taekwondo, wushu, kungfu, muaythai, tinju, aikido, atau yang lainnya. Dia justru memilih mempelajari beladiri asli dari negara indonesia itu. Entah kenapa saat ia iseng melihat berbagai macam beladiri di youtube dia malah tertarik dengan beladiri dengan berbagai macam teknik jurus itu.

Jeonghan duduk diatas matras, merogoh ponselnya saat ada telepon masuk.

"Halo" ucapnya ketika sudah terhubung.

"Han, lo dimana?"

"Di tempat latihan. Kenapa, Bum?"

Si penelpon yang bernama im Jaebum itu mendengus, "Pantesan gue samperin dikantor enggak ada. Tumben banget lo, siang udah latihan? biasanya milih malem hari"

Jeonghan menghela napas kasar, "Latihan apanya? Barusan gue dikasih tau kalo perguruannya ditutup. Lo bisa gak ajarin gue silat?" 


"Lah, seriusan? mian, gue gak bisa. Lagipula basic kita beda, gue taekwondo astaga mana nyambung sama silat"

"Iya juga sih. Kalo gitu bantu nyari perguruan dong?"

"Gue usahain deh. Pencak silat, kan nama beladirinya?"

"Iya. Makasih ya!"

"Oke bos, yaudah nanti gue kabarin kalo nemu "

"Sip" lalu telepon diputus secara sepihak oleh Jeonghan.

Kini hening merayapi Jeonghan yang tengah seorang diri.

Pikirannya menerawang, tiba-tiba saja seorang wanita memenuhi isi kepalanya.

Eva



Jeonghan terperanjat, kenapa dia bisa-bisanya memikirkan wanita itu?


Dia tak menampik kalau wanita itu memang mengisi relung hatinya sejak awal pertemuan mereka.

Tapi toh dirinya juga tak bisa menggapai wanita itu, biarlah dia merasakan perasaan itu untuk dirinya sendiri.







***


"Yang!"

"Yang, bangun" Yuta menepuk lengan Eva, membuat wanita itu sedikit terusik dan bergumam tidak jelas lalu mencoba menepis tangan yang terus menepuk lengannya itu.

"Astaga malah lanjut tidur"

cup

Eva refleks langsung membuka matanya lebar——kantuknya hilang, dihadapannya kini terlihat Yuta menggeleng-geleng dibuat agak prihatin.

"Harus dikasih kecupan dulu ya baru bangun?!" Yuta masih geleng-geleng.

Eva mencubit pipi Yuta dengan geram lalu beranjak bangun dari sofa. "Jam berapa ini?"

"Jam enam lewat sepuluh, mau langsung pulang atau makan dulu diluar?" tanya Yuta.

"Pulang aja, leher ku pegel. Harusnya siang tadi aku beneran pulang aja daripada kamu tahan disini!"

"Ya gimana ya, aku kalo kerja sambil mandangin kamu tuh rasanya adem gak ngerasa capek"

"Halah ba—"

cup

"Gak boleh nyebut bacot, kamu gak boleh ngomong kasar"

Eva yang masih membelalak karena kembali diberi kecupan oleh Yuta itu mendelik, "Siapa yang mau bilang itu? Aku aja mau bilang basi tadinya"

"Sama aja gak boleh!" Yuta menarik pergelangan lengan Eva lalu menggandengnya, mengajak pulang.



.



.





.











Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuto Pentagon



[END] Life After Married - Yuta NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang