Suara denting bel yang terus-menerus berbunyi membuat Eva mau tidak mau bangkit dari tidurnya meski perutnya terasa sangat nyeri. Bahkan ia tidak sanggup untuk berdiri karena menahan nyeri yang keterlaluan. Tadinya ia mengira bahwa lewat tidur akan menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa nyeri itu namun yang ada justru sebaliknya, ia malah merasa semakin tersiksa. Dia memang sudah biasa mengalami kram perut menjelang datang bulan, tapi tidak pernah sesakit ini. Saat ini sakit yang ia rasakan berkali-kali lipat dari biasanya. Perutnya seakan ditusuk belasan belati secara bersamaan dan berulang-ulang.
Suara bel itu tak kunjung berhenti, sambil tertatih dengan bertumpu tangan pada dinding ia mencoba menggapai kenop pintu dan berusaha membukanya walau kepayahan. Keringatnya bermunculan pertanda sebegitu sulit ia melakukan kegiatan sederhana tersebut.
Ia sempat mengira orang yang bertamu adalah sahabat-sahabatnya tetapi itu tak mungkin karena Chindy dan Elsa tadi sudah berkunjung bersama anak mereka masing-masing sebelum ia tidur dan jelas-jelas sekarang ia melihat perawakan seorang lelaki di saat tubuhnya tidak seutuhnya bisa berdiri tegak.
"Kau benar tinggal disini? Aku kira Hoshi menipuku dengan memberi alamat yang salahㅡeh astaga!" Jeonghan yang berdiri di depannya terperanjat kaget mendapati keadaan Eva sudah setengah sadar dengan kedua lengan meremas perutnya sendiri dan langsung terduduk di ambang pintu setelah ia tidak mampu lagi menopang tubuhnya.
"KAU KENAPA HAH?" Jeonghan berujar panik sambil berlutut dihadapan Eva yang tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun selain ringisan sakit. Matanya melebar ketika melihat cairan kental berwarna merah luruh di betis wanita itu. Tanpa membuang waktu lebih, ia langsung bergerak membopong Eva menuju rumah sakit.
"ASTAGA EPPA!" pekikan khas perempuan terdengar tatkala Jeonghan berlari ke arah mobilnya. Ia melirik sesaat sebelum memasukkan Eva secara hati-hati ke dalam mobil.
"Aku akan membawanya ke rumah sakit terdekat. Susul saja nanti dan Tolong hubungi suaminya!" pinta Jeonghan kepada Chindy yang baru saja memekik nyaring dan menghampiri sisi mobilnya dengan tergopoh, untungnya wanita itu cepat tanggap mengiyakan dan membiarkan Jeonghan menjalankan mobilnya tanpa menghalangi.
***
Rasanya Yuta ingin menyetir sendiri dan menerobos semua kendaraan yang menjadi penghalang jalannya ketika ia melihat ponsel yang baru dinyalakan berisi banyak pesan masuk dikirim oleh para tetangga merangkap sahabatnyaㅡmemberitahu bahwa sang istri masuk rumah sakit sesaat setelah dirinya memasuki mobil usai tiba di bandara beberapa saat lalu dengan barang bawaan yang lumayan banyak. Tadinya ia sudah membayangkan istrinya terkejut karena kepulangannya, namun yang ia dapati malah kabar tidak menyenangkan.
Firasatnya mendadak tidak baik, tertekan pikiran yang ikut kacau. Berkali-kali ia meminta si supir untuk mempercepat laju mobil agar lekas sampai di sebuah rumah sakit yang diberitahukan sahabat-sahabat padanya.
Saat sudah tiba ditempat yang di tuju ia langsung turun begitu saja dan berlari tergesaㅡmeninggalkan supir keluarganya yang memanggil-manggil namanya walau tak di gubris. Ia terus berlari mencari keberadaan si istri tanpa mempedulikan kegaduhannya yang cukup mengganggu banyak orang, hingga akhirnya menemukan ruang UGD.
Yuta mendapati Chindy dan Jaehyun yang duduk di sofa agak tersentak ketika melihat dirinya membuka pintu secara brutal, lalu matanya beralih memperhatikan Eva terbaring lemah di atas ranjang dengan napas naik-turun teratur dan ada selang infus di tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Life After Married - Yuta NCT
FanfictionSpin off : Life After Married [NCT] Bernaung di bawah status bernama pernikahan memang tidak akan menjanjikan hidup kita berdua jauh dari masalah. Ada kalanya kesabaran, kesetiaan dan kepercayaan kita satu sama lain di uji...