Tahun 850
Hari kelulusan bagi para kadet ke-104 yang telah berlatih selama tiga tahun. Besok adalah hari dimana mereka akan mulai bertugas sesuai pasukan yang telah mereka pilih. Polisi Militer, Pasukan Penjaga, atau Pasukan Pengintai.
Hari ini juga, pagi-pagi sekali, Pasukan Pengintai melakukan misi keluar dinding. Mereka disambut saat akan keluar gerbang.
"Erwin-dancho! Hajar para Titan itu untukku!" Terdengar teriakan salah seorang warga saat melihat Komandan dari Survey Corps itu berjalan menaiki kudanya.
Erwin melihat sekilas kerumunan warga itu. Matanya menemukan sosok itu disana, berdiri di belakang kerumunan dengan rambut hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Dengan isyarat mata dan gelengan kecil dari Erwin, gadis itu sudah mengerti apa yang dimaksudkan sang Komandan.
Sialan kau, Erwin! Umpatnya dalam hati.
"Hei, lihat! Itu Levi-heicho. Mereka bilang kekuatannya setara dengan satu pasukan." Lanjut warga yang meneriaki Erwin tadi.
"Ck, ternyata Erwin memang sengaja." Gumam gadis itu pelan.
Selepas itu, ia segera menjauh dari kerumunan itu tidak berniat menunggu hingga Pasukan Pengintai itu keluar gerbang.
_____
OC Point Of View
Kemana sekarang? Aku tidak tahu harus pergi kemana. Erwin dan yang lain sudah pergi keluar dinding. Biasanya aku akan ikut keluar dinding juga untuk antisipasi meskipun tetap harus sembunyi-sembunyi. Tapi tak jarang juga Erwin menyuruhku untuk tetap didalam dinding seperti saat ini. Alasannya? Untuk mengawasi keadaan di dalam dan melaporkan apa yang terjadi selepas ia ekspedisi nantinya.
Aku berhenti di sebuah gang. Mengambil kertas di saku yang kudapatkan dari Erwin dini hari tadi.
'Ekspedisi kali ini kau tidak usah ikut. Aku yakin kali ini akan baik-baik saja. Kau tunggulah di dalam dan laporkan padaku apapun yang terjadi.
Jika hal darurat terjadi, kau tahu harus berbuat apa. Tapi tetaplah waspada. Meskipun begitu, jangan bertarung dulu apapun yang terjadi.
Kupercayakan padamu, Lorraine.'
"Cih, merepotkan." Decihku sebal. Tapi jika dipikir-pikir aku merasakan akan terjadi sesuatu hari ini. Meskipun tidak tahu pasti.
Kurasa aku tahu kenapa kau ingin aku di dalam saja, Erwin. Mentang-mentang sekarang kau punya si pendek itu. Sial!
Aku menggerutu dalam hati sambil berjalan menyusuri kedai. Segelas kopi sepertinya tidak buruk untuk otak dan hatiku yang sedang kesal ini. Kuputuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai untuk memesan kopi.
Belum lama sejak kopiku datang, tiba-tiba terdengar suara keras dan kilatan cahaya menyambar.
JDAARRRRR!!!!
Kepulan asap nampak dari dinding.
"Sial! Apa yang kulewatkan." Erangku kesal.
Aku langsung bergegas ke tempat itu setelah meletakkan uang dimeja. Jika prasangkaku benar, ini pasti ulah dia. Keparat itu! Yang lima tahun lalu berbuat hal yang sama.
OC POV END
Kini Titan Kolosal itu berhasil menjebol dinding. Lubang besar di dinding itu cukuplah untuk jadi akses masuknya para Titan. Sama persis seperti lima tahun lalu. Setelah Shiganshina, kini Distrik Trost diambang kehancuran.
Gadis bersurai hitam itu mengamati dari beberapa deret rumah di Distrik Trost. Kepercayaan Erwin itu kini tengah berusaha membaca situasi dan berpikir apa yang akan ia lakukan. Ia mengambil catatannya, dan menuliskan kejadian ini secara rinci. Selain itu, ia memerhatikan dari jauh para kadet yang baru lulus itu berusaha menghabisi si Titan Kolosal.
"Bodoh.. Percuma saja melawan makhluk besar itu. Dia hanya pengecut yang akan kabur setelah menjebol dinding." Memasukkan lagi catatan kecilnya di saku, ia membantu evakuasi warga tanpa membuat curiga.
Persetan! Tak ada yang akan curiga hanya karena membantu evakuasi. Batinnya.
Denting lonceng yang biasanya terdengar nyaring itu kini teredam oleh teriakan para warga yang berdesakan mengungsi. Mereka panik dan keributan pun terjadi. Karena para penduduk berebut giliran melewati dinding, evakuasi jadi berjalan lambat.
Meriam-meriam telah ditembakkan. Tapi jumlah para Titan itu terus bertambah. Gadis bernama Lorraine itu bergerak diantara para pengungsi.
"Cih! Titan menyerang saat Survey Corps tidak ditempat dan Erwin menyuruhku untuk tidak bertarung?! Bagus sekali.." gerutu Lorraine dengan wajahnya yang tetap datar.
Ia keluar dari kerumunan pengungsi itu berniat mengecek keadaan. Berlari, hanya itu yang bisa dia lakukan. Akan terlalu mencurigakan jika menggunakan 3D Manuver Gear.
Ia mengendap-endap diantara rumah-rumah warga. Menunggu hingga pasukan datang menyerang para 'babi bodoh' itu. Dengan instingnya yang kuat, ia merasakan pergerakan para pasukan. Ia semakin menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan. Meskipun begitu, ia benar-benar menyumpahi Erwin yang sedang tidak ditempat.
Evakuasi masih dilakukan, tapi para titan itu tak henti-hentinya memasuki dinding. Beberapa diantaranya sudah mencapai tempat Lorraine bersembunyi. Mengetahui keadaannya terdesak, ia memutuskan untuk berpindah ke sisi dekat sungai. Disana cukup aman dan dirasa tidak ada pasukan yang bergerak disana.
"Tidak ada jalan lain. Jika sudah benar-benar terpojok, aku akan masuk ke air saja." Kemudian ia langsung berlari ke arah sungai. Menghindari kaki-kaki besar yang berusaha menginjaknya.
Pergerakannya cepat, sangat cepat hingga tidak ada yang menyadarinya. Saat perjalanan menuju sungai, perhatiannya teralihkan pada kerumunan para pengungsi.
"Apa yang mereka lakukan? Mereka bisa mati jika tidak segera pergi." Mau tidak mau akhirnya ia mengubah arahnya menuju para pengungsi.
Ternyata evakuasinya terhambat karena seseorang yang bersikeras mendorong masuk keretanya dan membiarkan semua orang menunggu."Cih, sampah masyarakat!" Umpatnya lagi. Ia berbaur masuk di kerumunan, ketika terdengar teriakan panik warga.
Titan abnormal tiba-tiba saja muncul dan berlari kearah orang-orang. Terlihat pasukan penjaga yang kewalahan menghadapinya."Tikus tidak berguna! Kemana hasil latihan kalian selama ini.." Geramnya.
Lorraine bersiap dengan pedangnya, sebelum akhirnya seseorang berhasil menebas tengkuk titan itu.
Seorang wanita, prajurit yang baru lulus kemarin, dan sendirian. Ada sedikit kelegaan dihati Lorraine, ia tidak harus nekat menghabisi titan itu dihadapan semuanya. Prajurit itu kemudian berjalan menuju pria yang ternyata kepala perusahaan penyuplai makanan. Dengan kata-kata dan tatapan dinginnya, ia mendekati pria itu.
Pengawal kepala perusahaan itu mencoba menghalangi, tetapi dengan mudahnya disingkirkan. Prajurit wanita itu kini melayangkan pedangnya pada pria itu, meski tidak sampai mengenai kepala tapi itu sudah cukup membuatnya jera dan memberinya pelajaran.
"Wajah itu mengingatkanku pada seseorang." Monolog Lorraine.
Menyadari para warga yang mulai berkurang, ia segera pergi bersembunyi agar tidak dicurigai karena tidak ikut mengungsi. Tidak lama setelah itu, hujan turun bersama uap dari Titan yang telah mati itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Continues in next Chapter
___________.
.
.Kelupaan up kemaren akhirnya baru di up sekarang. Baru tiga chapter, masih panjang sekalii harap bersabar. Sisanya udah di draf sih, tinggal up aja. Tapi aku nggak mau buru-buru. Sekalian aku cek berulang-ulang biar nggak ada kesalahan di penulisan atau alurnya. Oke, makasih buat yang mau baca apalagi yang kasih bintang!
Sekian,
—Sun
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔
Random#SnKSeries Pembasmian Titan terus dilakukan oleh Survey Corps. Berbagai informasi penting untuk langkah mereka kedepan benar-benar sangat dibutuhkan. Erwin Smith, Komandan dari Survey Corps yang diam-diam menyembunyikan identitas seorang informan da...