Bagian 11 : Jatuhnya Rosè

4.1K 578 37
                                    

LORRAINE SIDE

Terlepas dari apa yang terjadi dengan dinding dan raksasa yang ada didalamnya, aku harus mengesampingkan masalah itu dulu. Erwin memerintahkanku untuk menemuinya langsung selepas penangkapan Annie Leonhart. Stohess mendapat kerusakan yang sangat besar dan korban yang berjatuhan. Kerugian yang diterima pasti juga sangat tinggi.

Hari ini aku tidak bawa kuda. Menunggang kuda dengan bahu retak memang tidak terlalu buruk, aku hanya malas. Hari ini juga, aku membawa senjata lengkap. Tidak tahu akan terjadi apa hari ini tapi di dunia ini sepertinya tak ada sesuatu yang baik yang bisa diharapkan.

Denting lonceng bergema keras. Derap kaki kuda yang ditunggangi seorang prajurit terdengar dari kejauhan. Perasaanku tidak enak. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku harus menemui Erwin secepatnya. Beberapa meter lagi, aku akan menunggu di depan jendelanya seperti biasa.

Saat melewati beberapa prajurit, aku mendengar jika Dinding Rose berhasil ditembus. Secepat ini? Seolah mereka tidak mengijinkan kami untuk istirahat barang sebentar saja.

Aku sudah sampai. Bagus, sepertinya Erwin telah melihatku dari jendelanya. Aku pun segera naik. Namun, menyadari ada orang selain Erwin disana, aku segera sembunyi di balik dinding dekat jendela.

"Dasar. Titan sialan itu tak mau memberi kita waktu beristirahat."

Suara ini pasti milik orang itu.

"Apa kau bisa berangkat?" Erwin bertanya pada orang itu. Benar juga, dia terkilir saat ekspedisi waktu itu.

"Tidak ada pilihan lain, bukan?" Kata suara berat itu.

"Sungguh pilihan yang bijak membiarkan Ketua Regu Mike mengawasi Kadet ke-104." Ujar seorang prajurit disana.

Apa? Tunggu dulu! Benar juga, Mike yang ditugaskan disana. Pantas saja perasaanku tidak enak. Aku harus segera menyusulnya.

Belum sempat aku beranjak, tiba-tiba jendela Erwin terbuka.

"Tunggu dulu, kau tidak bisa pergi sendirian." Tampak Erwin dari depan jendela.

"Aku harus menyusul Mike. Perasaanku merasakan hal yang buruk tentangnya." Cecarku pada Erwin.
Selain ingin segera pergi, aku juga sadar jika dua pasang mata disana melihatku dengan tanda tanya besar. Aku tidak suka itu.

"Oi, Erwin! Siapa dia?" Suara berat itu berasal dari mulut seorang Levi.

"Dia.." "-Erwin!" Potongku. Kemudian ia menatapku. "Masuklah dulu." Katanya. "Apa? Tidak! Aku harus segera pergi." Jawabku.
"Ini perintah." Finalnya. Aku menatapnya singkat. Ada kilat dimatanya, tanda dia sedang bersungguh-sungguh.
Apa boleh buat, akhirnya aku masuk ke ruangan Erwin.

Erwin memerintahkan prajurit itu untuk pergi. Tinggallah aku, Erwin, dan Levi di ruangan itu.

"Katakan padaku, Erwin. Siapa dia?" Si pendek itu masih saja menanyakan tentangku.
"Aku belum bisa mengatakannya dengan jelas. Tapi, dia adalah kepercayaanku sejak lama." Kata Erwin. Aku hanya bisa diam, bagaimanapun di sini adalah kuasa Erwin. Aku tidak berhak mencampuri.

"Ha? Dia ini Survey Corps juga?" Terusnya dengan wajah datar.

Memangnya harus jadi Survey Corps untuk jadi kepercayaan Erwin?

"Mungkin begitu." Jawab Erwin tenang.

Sampai kapan mereka membicarakanku disini? Kita harus bersiap sekarang. Aku berdehem,
"Erwin, kita harus bergegas." Kataku singkat. "Baiklah, Levi kau bersama Hanji, Eren, Mikasa, dan Armin menaiki kereta." Si Levi itu hanya berdehem.

"Kau.. apa bahumu sudah sembuh?" Dia terlihat meragukanku, aku tidak suka itu.

"Tidak masalah." Jawabku. Dia diam sejenak.
"Kau bisa naik kereta dengannya juga ji-"
"-tidak." Finalku. Erwin terlihat mengambil napas pelan, "Baiklah, kau bisa naik kuda." Akhirnya. Bukannya apa-apa, aku hanya tidak ingin ditanya-tanya jika harus naik kereta dengan Levi. Apalagi ada si gila Hanji juga.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang