Bagian 5 : Rencana

6.1K 757 21
                                    

Ketiga orang itu masih disana. Ditodong senjata dan meriam oleh para pasukan penjaga. Salah melangkah sekali saja, mereka akan tamat. Dengan tekanan yang ada, ketiganya berusaha melarikan diri demi melindungi Eren Jaeger, si bocah titan.

"Eren, Armin! Kita akan memanjat!" Mikasa dengan cekatan mengangkat Eren dipunggungnya.

Meriam telah ditembakkan. Tepat sebelum meriam mendarat di tempat mereka, tiba-tiba sebuah kilatan diikuti ledakan terjadi.

JDERRR!!!

Kepulan asap terlihat di udara. Semua yang mendengar ledakan itu ikut terkejut dan mulai bertanya-tanya apa yang terjadi.

Sementara itu di suatu tempat,

"Ledakan? Mungkinkah.. Cih!" Ia semakin mempercepat langkahnya. Bisa gawat jika ia terlambat menyelamatkan mereka.

.
.
.
.
.
___

Tubuh itu terbalut daging raksasa. Meski tidak seutuhnya, tapi perubahannya menjadi titan secara tiba-tiba sukses membuat Felman dan bawahannya ketakutan. Mikasa, Armin, dan Eren berhasil selamat dari tembakan meriam itu. Namun, itu bukanlah jaminan mereka bisa keluar dari keadaan ini secepatnya.

Pengisian amunisi telah selesai dilakukan sementara ketiganya sibuk menyusun rencana. Para pasukan penjaga itu telah bersiap di posisinya ketika tiba-tiba Armin keluar dari kepulan asap sambil mengangkat tangannya.

"Dia bukanlah musuh umat manusia! Kebenaran bukan dilihat dari bentuk luarnya saja! Bukankah para prajurit telah melihatnya bertarung dengan raksasa lainnya? Dia juga diserang oleh raksasa yang lain. Itu berarti para raksasa itu menganggapnya seperti manusia!" Teriak Armin yang berusaha meyakinkan Felman dan prajuritnya. Samar terdengar suara dari para prajurit yang mengiyakan pernyataan Armin.

Felman terdiam sejenak, memandang para prajuritnya yang mulai terpengaruh.

"Semua bersiap di posisi! Mereka hanya memanfaatkan sisi kemanusiaan kita! Kita tidak boleh membiarkan mereka berada di sekitar kita!" Teriaknya memberi aba-aba pada semuanya. Pasukan penjaga itu telah bersiap dengan senjatanya.

Armin tercengang, terlihat bingung atau lebih tepatnya takut dengan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tidak, aku terlalu takut untuk memikirkan sesuatu. Batin Armin. Ia takut, benar-benar takut saat ini. Tapi demi teman-temannya, demi Eren dan Mikasa yang telah mempercayainya.

Dengan segenap kekuatan dan keberanian, ia mengepalkan tangan kanannya di depan dada kiri.

"Saya adalah prajurit yang mengabdikan diri untuk revolusi umat manusia! Bagi saya mati dengan memperjuangkan umat manusia adalah suatu kebanggaan! Jika kita memanfaatkan kekuatan raksasa di pasukan, kemungkinan besar kita bisa mengambil alih kembali kota! Kumohon, di detik-detik terakhir saya demi kemenangan umat manusia, tolong beri ijin pada saya untuk menjelaskan rencana revolusi umat manusia!" Teriaknya lebih kencang dari sebelumnya. Matanya mencerminkan kesungguhan. Semua orang disana terdiam, memikirkan perkataan Armin.

Tak peduli berapa kalipun mereka membela diri, mereka tetaplah pengkhianat! Suara hati Felman.

Felman yang terlanjur geram seakan tuli dengan perkataan Armin. Ia mulai memberi aba-aba untuk menembakkan meriam lagi sebelum,

"Sudah cukup. Kau masih saja kurang bijak dalam memutuskan sesuatu." Sebuah tangan mencegah tindakan Felman.

"Pixis-shirei!" Komandan dari Pasukan Penjaga itu datang tepat waktu.

"Kau beri perintah mundur dan atur pasukan bala bantuan. Aku akan mendengarkan cerita mereka bertiga." Perintah Komandan Pixis.

Terlihat raut lega pada wajah ketiga bocah itu. Setidaknya, kematian belum datang pada mereka untuk waktu dekat.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang