Matahari nan terik hari itu terasa sedikit panas dari hari biasanya. Angin semilir yang menimbulkan suara siul itu agaknya sedikit mengurangi gerah yang ada.
Gadis bersurai hitam itu mau tak mau menghentikan langkahnya pada sebuah pohon yang dirasa cukup meneduhkan. Ia terduduk disana lantas melepas tudung serta jubah hitamnya.
"Hah, lumayan panas hari ini." Gumamnya entah pada siapa. Ia menikmati embusan angin sejenak sambil memejamkan mata. Detik selanjutnya, ia mengeluarkan sebuah catatan kecil dari saku belakangnya. Dalam catatan itu, ada secarik kertas yang terlipat.
'Hari ini sepertinya tidak akan ada apapun. Kau bisa lakukan seperti biasanya.'
Sepertinya? Batin gadis itu.
Tapi sebelum kembali melipatnya, ia menemukan tulisan lagi di bagian bawah kertas.
'Ingat, jaga emosimu. Jangan sampai membuat curiga.'
"Tch" decihnya pelan.
Tangannya kini bergerak mengambil sesuatu dari tas pinggangnya. Benda itu terbuat dari kayu, terlihat kuat meskipun kecil, agak pipih dan ada pahatan kecil di sisi-sisinya. Gadis itu mengambil sapu tangannya kemudian membersihkan permukaan benda itu.
"Seperti biasanya, huh?" Gumam gadis itu lagi-lagi sambil mengingat isi pesan dalam kertas tadi.
Ia membuang napas pelan, kemudian melemparkan benda pipih yang ternyata sebuah bumerang itu ke langit. Sambil menunggu benda itu kembali, ia mengoceh lagi,
"Tapi dia bahkan tak memberiku ijin memakai Manuver Gear." Tangannya menangkap sempurna bumerangnya yang telah kembali. Mengedarkan pandangannya sejenak pada sekitar, lalu memasukkan kembali bumerangnya di tas pinggang.
"Setidaknya ijinkan aku memakai kuda. Cih, merepotkan." Gadis itu memakai jubahnya lagi dan beranjak dari tempatnya.
"Baiklah Erwin, apapun perintahmu."
_____
.
."Apa yang kau mau untuk dilakukannya hari ini, Erwin?" Seorang pria menatap keluar jendela selagi bertanya pada sahabatnya yang sedang sibuk dengan tumpukan kertas-kertas.
"Oh? Kupikir kau sudah tahu isi pesannya." Jawab pria beralis tebal tanpa mengalihkan atensinya pada kertas dihadapannya.
"Tidak, tapi aku tak mencium sesuatu yang buruk" Ujarnya seraya merubah posisinya menjadi berhadapan dengan si lawan bicara.
"Ya, semoga dia baik-baik saja." Keluh Erwin namun masih terdengar tegas. "Apa yang kau khawatirkan?" Sahut lawan bicaranya.
"Kuharap keadaannya tidak memburuk saat sesuatu terjadi. Kau tahu apa yang kumaksud, Mike." Jawabnya kini menghentikan kegiatannya sejenak dan memandang sahabatnya, Mike.
"Aku sudah katakan, tak ada bau yang busuk." Final Mike.
"Ya, itu membuatku sedikit lega." Erwin kembali pada dokumen di mejanya.
Semoga saja. Batin Erwin.
*-*-*
.
.Hari sudah hampir malam saat gadis itu menginjakkan kaki pada sebuah anak tangga yang gelap dan sepi. Ia terus berjalan mengikuti tangga itu hingga sampai di sebuah tempat.
Kota Bawah Tanah
"Tempat ini menyedihkan. Sama seperti dulu." Gumamnya semakin masuk ke kota itu.
Brukk
Badannya bertubrukan dengan seorang anak kecil. Anak itu terlihat ketakutan, badannya bergetar dan matanya melebar. Gadis itu diam untuk sesaat mengamati keadaan si anak. Tapi, ia langsung paham kondisinya saat melihat apa yang dibawa anak itu. Tangannya menggenggam dua buah roti yang berusaha ia sembunyikan.
"Oi bocah! Kemari kau! Dasar pencuri!"
"Kubunuh jika kau tak berikan pada kami!"
"JANGAN LARI BOCAH!"Teriakan sekelompok pria yang diyakini adalah preman disana membuat anak kecil itu langsung berlindung di belakang sang gadis. Preman yang mengejar anak itu langsung berhenti begitu melihat gadis yang berdiri dihadapannya.
"Oi, oi siapa dia? Apa dia kakakmu atau ibumu?" Ujar seorang yang jangkung.
"Hoo, sekarang ibumu bisa berjalan, huh?!" Sahut yang sedikit bongsor.
"Tapi aku tak bisa melihat wajahnya, hei kau! Siapa kau?" Tanya seseorang yang kelihatannya paling tua diantara mereka bertiga.
Gadis itu bergeming. Membuat preman-preman itu sedikit kesal. "Sudahlah, tidak penting! Oi, bocah! Cepat berikan roti itu pada kami!" Bentak si pria jangkung.
"Tidak akan! Carilah makanan sendiri!" Jawab si anak kecil tak kalah lantang. "Hoo, kau sudah berani rupanya. Akan kuberi pelajaran!" pria bongsor mulai maju.
"Pergilah" kata gadis itu dingin pada ketiga orang dihadapannya.
"Ha? Kau pikir semudah itu? Kami tak akan pergi sebelum anak itu menyerahkan rotinya." Pria jangkung lagi yang menyahut.
Menyebalkan sekali wajahnya itu. Batin si gadis.
Pria yang berkumis mengeluarkan pisau dari celananya. Berniat menakut-nakuti calon korban dihadapannya. Meski begitu, gadis itu tetap tak terpengaruh.
"Aku sudah menyuruhmu pergi. Kalau kalian mati, aku tidak tanggung jawab." Gadis itu diam-diam memberi tanda agar anak kecil itu segera pergi.
"Kau, mengancam kami? Bukannya harusnya kau yang akan mati, gadis manis?" Si jangkung mengeluarkan pisaunya juga.
"Coba saja"
Selepas mengatakan itu, terlihat si bongsor melayangkan tinjunya pada gadis itu. Ia menangkis pukulannya dan menghindar. Sebelum si kumis dan si jangkung melayangkan pisaunya, gadis itu terlebih dulu menendang tangan mereka hingga pisau keduanya terlempar. Kemudian dengan gerakan cepat, ia menendang kepala si kumis dengan lututnya dan meninju tepat di wajah si jangkung.
Akibat gerakan itu, tudungnya terlepas dan menampakkan wajahnya walau hanya sebagian. Sebagian lagi tertutup rambut hitam panjangnya. Gadis itu menatap tajam ketiga orang yang kini tersungkur sambil terbatuk-batuk. Kemudian, dalam hitungan detik ketiganya berlari terhuyung-huyung meninggalkan tempat itu.
Usai menghela napas pelan, gadis itu berujar, "Bukankah sudah kusuruh kau pergi? Kenapa masih disitu?" Kemudian ia berbalik mendapati anak kecil itu mengintip dari balik tembok.
Perlahan, anak itu mendekati si gadis dan memeluk kakinya. "Nee-chan, arigato!" Saat melepas pelukannya, anak itu tersenyum pada si gadis.
"Hm. Pulanglah. Berikan itu pada ibumu." Si gadis mengusap kepala anak itu pelan. Ia masih berdiri disana memastikan anak itu aman sampai hilang dari pandangannya.
"Mencuri makanan, huh? Benar-benar masih sama seperti dulu." Gumamnya pelan. Ia kemudian membenarkan tudungnya seperti semula.
.
.
.
.
.
.
.
.
Continues in next Chapter
___________Hello! Maaf ya kalo kalian agak nggak ngeh sama chapter ini. Chapter selanjutnya mungkin udah memasuki cerita yang sebenarnya. Sabar ya, gimanapun juga aku nulis ulang cerita ini jadi agak ribet gitu. Hope you enjoy it!
Sekian,
—Sun
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔
Rastgele#SnKSeries Pembasmian Titan terus dilakukan oleh Survey Corps. Berbagai informasi penting untuk langkah mereka kedepan benar-benar sangat dibutuhkan. Erwin Smith, Komandan dari Survey Corps yang diam-diam menyembunyikan identitas seorang informan da...