"Oi!" Keheningan di ruangan Erwin pecah seketika saat Levi bersuara. "Ada apa, Levi?" Erwin meliriknya dari balik bahu Lorraine. Sementara Lorraine bergeming tak menanggapi Levi. "Aku tidak peduli lagi, Erwin. Sekarang katakan siapa dia sebenarnya." Suara berat Levi memenuhi ruangan itu.
"Oi, kau! Siapa namamu?" Tanya Levi tiba-tiba. "Kurasa kau bukan orang tuli atau pikun." Jawab Lorraine. "Tch, kau tahu bukan itu yang kumaksud." Levi menyilangkan lengannya di depan dada.
"Aku Lorraine... hanya Lorraine" ujar Lorraine sebelum Levi melayangkan protesnya lagi. "Dia sama sepertimu, Levi. Dia tidak punya nama belakang. Lebih tepatnya tidak tahu." Erwin menyahut. "Kalau begitu, ceritakan saja tentang dia."
Jadi bagaimana? Apa kau sudah yakin? —Erwin
Mau bagaimana lagi. Kau saja yang ceritakan padanya. —LorraineErwin melirik Lorraine sekilas lalu berdehem, "Ekhm, baiklah tapi kuharap kau bisa bersabar karena ini akan sangat panjang." Ujarnya kemudian. Levi hanya balas menatap Erwin dari tempatnya duduk.
"Aku bertemu dengannya di Kota Bawah Tanah yang ada di Stohess, jauh sebelum aku bertemu denganmu-" "Erwin," Lorraine menyela. Erwin menoleh. "Dia ingin tahu lebih jauh sebelum itu." Tukas Lorraine memutar kursinya hingga menghadap Levi.
Hm, dia tahu maksudku. Batin Levi.
"Baiklah, aku akan mulai." Levi berdehem. Erwin memulai ceritanya,
"Semua dimulai saat dia kecil. Saat pertama kali aku bertemu dengannya dan berhasil mengajaknya bicara, dia mengatakan jika dia bukan berasal dari tempat ini. Sewaktu kecil, ia hidup di hutan seorang diri. Tanpa orangtua atau keluarga yang lain. Karena memang itu kenyataannya, ia dibuang ke tempat ini, Sangkar Burung Raksasa ini."
"Oi, tunggu dulu. Jadi maksudmu.. Erwin, dia, perempuan ini-" "-benar. Lorraine bukan berasal dari dalam dinding. Ia adalah ras yang berasal dari luar sangkar menyedihkan ini." Sahut Erwin dengan nada tenang. "Teruskan." Pinta Levi tidak ingin berlama-lama tenggelam dalam keingintahuannya.
"Mungkin kau ingin tahu bagaimana ia bisa sampai ke pulau ini. Jadi waktu itu, dia yang masih kecil tiba-tiba saja sudah tersadar di pinggiran laut yang ada di balik dinding, katanya ada orang yang membawanya dengan sesuatu semacam transportasi air dan membuatnya sampai kesini. Namun, kejadian sebelum itu ia tidak ingat sama sekali." Erwin melirik Lorraine sekilas, yang dilirik hanya menunduk sedari tadi.
"Setelah itu ia berjalan menyusuri padang luas hingga akhirnya menemukan hutan. Untuk alasan bertahan hidup, ia memutuskan untuk menetap disana. Bersembunyi dan melawan titan mungkin sudah ia rasakan sejak saat itu. Karena ketidak-tahuannya tentang bagaimana membunuh titan-titan itu, yang bisa ia lakukan hanya bersembunyi dan mencari makan disaat-saat tertentu saja.
"Namun karena keadaan, ia akhirnya tak punya pilihan selain melawan titan-titan itu—meskipun tak sampai membunuhnya sebab ia tidak punya informasi tentang itu. Ia mulai membuat senjata-senjata termasuk yang selalu dibawanya hingga sekarang, bumerang kesayangannya." Erwin beringsut, menyadari si tokoh utama dari ceritanya sedang menatapnya dingin. "Apa kau harus menceritakan yang itu juga? Itu tidak penting." Protes Lorraine. Yang diprotes hanya mendengus pelan.
Kemudian si alis tebal kembali melanjutkan ceritanya. "Lumayan lama hidup di hutan mungkin membuatnya jadi lebih mirip binatang kala itu. Kepekaan, pendengaran, insting, penglihatan, pergerakan, dan cara mencari makan. Dia harus terjaga dan waspada setiap pagi sampai sore, malamnya baru bergerak mencari makan. Itupun jika tidak habis dimakan binatang hutan. Mustahil memang memikirkan dia yang bertahan dalam keadaan seperti itu selama bertahun-tahun."
"Lalu suatu hari, ia melihat rombongan Survey Corps yang kala itu melakukan ekspedisi hingga keluar dinding Maria. Lorraine mencoba mengikuti mereka saat hari telah petang dengan mengandalkan insting dan ingatannya mengenai arah perginya pasukan itu. Menjelang pagi saat ia akhirnya berhasil memasuki dinding."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔
Random#SnKSeries Pembasmian Titan terus dilakukan oleh Survey Corps. Berbagai informasi penting untuk langkah mereka kedepan benar-benar sangat dibutuhkan. Erwin Smith, Komandan dari Survey Corps yang diam-diam menyembunyikan identitas seorang informan da...