Bagian 32 : Kekhawatiran [2]

2.3K 343 28
                                    

"Setelah kita berhasil mengalahkan semua musuh dan merebut kembali Dinding Maria.. apa semua itu akan kembali?" Tutur gadis bersyal merah pada dua orang sahabat kecilnya.

"Kita akan mengembalikannya.. tapi ada hal yang tidak bisa dikembalikan. Kita akan buat mereka membayar semua itu." Ganti si bocah titan yang berbicara.

"Tapi pertama-tama, mari kita lihat lautan dulu! Eren masih ragu jika itu benar-benar ada, bukan? Kau akan melihatnya, lautan itu benar-benar ada!" Si rambut terang menimpali, berusaha mencairkan suasana diantara ketiganya yang lumayan tegang.

Tanpa mereka sadari jika ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka sedari tadi. Orang itu terduduk dibalik pilar, dengan gelas yang isinya hanya berkurang sedikit.

Lorraine Point of View

Aku memperhatikan pak tua itu dari tadi. Dia duduk disana, menguping percakapan trio Shiganshina. Aku mencarinya begitu selesai urusan dengan Sasha. Berniat membawakannya teh karena di jam-jam seperti inilah biasanya dia menyeruput cairan coklat terang itu.

Aku mendengar juga pembicaraan ketiga bocah itu. Aku cukup mengerti mengapa Levi jadi seperti ini saat ini. Sedikit banyak akupun merasakan apa yang dirasakannya. Apalagi insiden di ruangan Erwin membuat kepalaku kembali berdenyut tak karuan.

Dirasa sudah saat yang tepat, aku memutuskan menghampirinya.

"Sia-sia saja aku membuatkannya untukmu.." ujarku berdiri di dekatnya.

Aku mengambil posisi duduk, dan meletakkan cangkir putih itu. Dia masih diam, ekspresinya juga terlihat suram. Aku tidak ingin mengganggunya, jadi aku berniat pergi agar dia bisa sendiri.

"Mau kemana?" Suara barritone-nya menghentikanku.

Kutatap dia sebentar, "Kupikir kau butuh waktu sendiri." Usai mengatakannya, aku langsung pergi dengan cangkir teh yang isinya masih penuh.

"Berhenti"

Baru beberapa langkah dari tempatku beranjak, lagi-lagi suara barritone-nya itu membuatku harus menghentikan langkahku.

"Kemari"

Aku yang awalnya enggan menoleh, akhirnya berbalik mendapati dirinya dengan isyarat mata dan dagunya yang memintaku duduk di lantai dihadapannya–tempatku duduk tadi. Aku menurut saja dan kembali duduk disana.

Dia masih diposisinya sedang aku memilih menyampingi dirinya dan bersandar pada tembok dibelakangku. Tak ada yang kulakukan selain memandangi cangkir putih di tanganku yang masih mengepulkan asap.

"Mengapa memberikan itu padaku?" Ujarnya setelah beberapa lama. Pandangannya menerawang pada lantai dihadapannya.

Awalnya aku terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba darinya. Orang ini hobi sekali menanyakan hal acak secara tiba-tiba, untung saja aku mengerti apa yang dimaksud olehnya. "Semua sudah jelas. Kau bahkan tidak butuh alasan." Tanggapku setelah meletakkan cangkir panas itu.

Ini pasti mengenai pertemuan petinggi tempo hari..

"Hanji lebih tepat dengan ini. Kau juga.." lanjutnya dengan suara rendahnya itu.

"Aku memang sudah lama sekali mengenalnya. Tapi.. semua yang dialaminya disini, saat gelar 'Komandan ke-13 Survey Corps' melekat di punggungnya, kau.. adalah orang yang selalu disisinya dan mempercayai keputusannya." Jelasku panjang.

Lagipula, memang tidak mungkin aku yang membawa cairan aneh itu,

"Percuma memikirkannya. Kau tahu orang macam Erwin sulit sekali ditebak." Lanjutku.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang