"Saya Aga dirgantara, mau berkenalan" ucap pria berkaos putih itu. Masih dengan senyuman yang tadi.
"Dengan saya?" Pria itu mangangguk, dengan teramat kaku Zila membalas uluran Aga.
"Zila" setelah mengucapakan nama yang singkat itu Zila kembali melepas jabatan tangan yang hanya beberapa detik itu.
Zila beranjak menuju kasir untuk membayar buku novel yang ia pilih, dan segera berbalik menuju pintu keluar toko buku tersebut
Senja kian datang, warna jingga yang mendominasi langit ini. Zila, gadis itu masih berkelana dengan pengendara lainnya, suara klakson terus berlomba untuk berbunyi.
Sekian lama berkutat dengan jalan raya sampailah dirumah megah persinggahannya.
"Pulang terlambat heh" suara bariton milik Tirta sang Abang, Zila menghela nafas menoleh keasal sumber suara tersebut.
"Tadi beli buku bang" Tirta menatap Zila dengan selidik, terlihat wajah lelah dari Zila.
"Bener?" Tirta seakan tidak percaya dengan ucap Zila.
Zila berdecak sebal, "Nih" unjuk Zila kepada Tirta, sekantong plastik yang berisikan novel yang ia beli tadi.
Tirta tersenyum geli melihat raut wajah Zila, "Abang percaya,yaudah sana masuk" tungkas Tirta.
Zila menghentak- hentakkan kakinya, suasana hatinya hari ini benar-benar tidak mendukung. dari dihukum, kekesalannya kepada Reynal dan bertemu dengan mas - mas aneh ditoko buku.
Tirta yang melihat kelakuan adiknya, hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian, ia melanjutkan aktivitas bermain game yang sempat terjeda sejenak. Tirta Hasa sosok Abang yang sangat amat perhatian kepada Zila, Tirta memiliki sifat penyayang terhadap keluarganya, perhatian, dan tegas. Tidak pernah berbuat kekerasan kesiapapun jika marah, Tirta lebih milih diam seribu bahasa. Dari pada harus main tangan dan menyakiti orang lain.
***
"Nanti malam jadi kan?" Tanya Reynal saat masih didepan rumah milik Maya."Iya jadi" Reynal tersenyum sumringah kala mendengar penuturan Maya.
"Aku jemput jam 7" Maya menggelengkan kepalanya seketika "jangan!! kita bertemu di mall nya saja" Reynal menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju dengan pernyataan Maya kali ini.
"Nggak, aku jemput saja" Reynal terlalu khawatir dengan kekasihnya dia tidak mau terjadi sesuatu dengan Maya.
"Nggak usah Rey,,kita bertemu saja disana" Reynal berdecak sebal, kekasihnya ini tampak keras kepala sekali. Kalau sudah begini Reynal bisa apa?.
Reynal terpaksa mengangguk dengan wajah yang masam. Maya yang melihatnya terkikik geli, Maya maju satu langkah kemudian.
Cupp
Bibir Maya menyentuh pipi bantal Reynnal. Reynal membeo, tubuhnya kaku kian membeku, Reynal menyentuh pipi punyanya yang sedikit lembab itu,ia terkejut dengan tingkah Maya yang tak ia duga.
"Jangan ngambek, nanti jelek" Kemudian Maya berbalik menuju teras rumahnya.
Setelah sadar apa yang Maya lakukan kepadanya, Reynal dengan semangat 45 ia memakai helm dan menaiki motor hitam besar miliknya dengan senyum yang tak padam - padam.
Sore itu memiliki arti sendiri oleh Reynal, ciuman pipi yang tak terduga itu membuat Reynal sangat bahagia. Kekasihnya sedikit berani, bahkan Reynal saja sebagai seorang cowok yang dikatakan mahluk pemilik nafsu besar tidak berani mencium atau melakukan adegan abstrak menurut orang lain. Hanya sekedar menggandeng tangan, mengelus ujung kepala, dan memeluk yang sekedar biasa - biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentium
Teen FictionZila gadis cantik yang mempu memendam rasa. Zila menyukai teman sekelasnya bernama Reynal. Namun Reynal sudah memliki kekasih sehingga membuat Zila harus bersabar menunggu Reynal Putus dengan pacarnya walau sempat berfikir Tidak ada kata putus diant...