Jam kosong berakhir, bel pergantian jam kini sudah berbunyi ketiga sahabat itu kembali ke kelas masing-masing. Zila dan Karin kembali ke kelas dengan tergesa-gesa karena terlalu lama berada di kantin dan mengabaikan bel yang terus berbunyi, alhasil mereka terlambat dalam mata pelajaran kedua ini.
"Capek gue Rin" keluh Zila dengan ngos - ngosan. karena jarak antara kelas dan kantin cukup jauh, apalagi kelasnya berada dilantai dua tepatnya.
"Gue juga, tapi gimana lagi gua nggak mau kena omel tu guru berkacamata" Karin mengelap keringan yang sudah seperti jagung di dahinya, sembari mengatur nafas.
"Nggak lari juga pasti kena omel" sergah Zila lagi.
"Gara - gara si Bryan ni anjir" Gerutu Karin dengan nada kesalnya.
Mereka berdua kembali berlari untuk sampai dikelasnya.
Sesampai dikelasnya pintu itu terbuka terlihat Pak Aryo guru berkacamata dan botak itu sedang menerangkan bab mengenai fisika.
Pak Aryo menoleh menatap sepasang sahabat itu dengan garang, semua mata murid juga mengikuti suara pintu terbuka, nampak Zila dan Karin dengan tampilan yang berantakan, karena keringat yang memenuhi peluh wajahnya.
"Dari mana kalian?" suasana hening, tidak ada satupun siswa yang berani bergerak ketika pak Aryo sedang menampakkan raut wajah garangnya seperti singa betina yang anaknya diganggu.
"Kantin" dengan entengnya Karin jujur mengenai dia darimana.
"Nggak denger suara bel?" Sergah Pak Aryo.
"Dengarlah pak" jawab Karin lagi, Zila dengan raut yang ketakutannya terus berdiri dibelakang Karin yang benar - benar berani dengan Pak Aryo guru yang terkenal killernya.
"Terus, kenapa bisa terlambat?"
" Makanan saya kan belum habis pak, jadi ya nanggung saya makan dulu sampai habis" semuanya siswa cengo melihat keberanian Karin. Karena dari dulu hingga kini tidak ada sama sekali yang berani menjawab pertanyaan yang mengintimidasi dari Pak Aryo, jika murid biasa dia akan selalu diam dan menunduk tidak berani menjawab atau membantahnya karena pak Aryo tidak akan nanggung-nanggung ketika memberi hukuman.
"Kamu membalas saya?" Pak Aryo menatap Karin dengan tatapan garangnya.
"Iyalah pak, tadi bapak kan tanya saya ya saya jawab" seketika semua tawa dari teman-temannya terdengar secara bersamaan, tidak tahan dengan tingkah Karin yang cukup konyol itu, hingga membuat Seorang Pak Aryo kesal.
"Gue lucu ya?" Lirih Karin yang masih terdengar di semua penjuru kelas. Hingga kembali menciptakan suara tawa yang benar-benar menggelegar karena wajah cengo dan kebingungan dari karin.
"Diam Semua!!!" Semuanya terdiam suasana kembali hening.
"Kalian berdua Bersihkan 15 kamar mandi yang ada disekolahan ini" Karin dan Zila melotot seketika, bayangkan saja Meraka harus membersihkan 15 kamar mandi yang setiap kamar mandinya berukuran cukup besar.
"Whatttt???" Ucap mereka bersamaan.
"Gila banyak banget" gerutu zila.
"Nego lah pak" Karin tanpa rasa takut menawar hukuman yang hukumnya mutlak untuk dilanggar. Semua siswa menahan untuk tertawa karena mereka semua sudah tahu jika mereka menertawainya maka satu kelas akan terkena juga imbasnya.
"Gak ada nego- nego sana kerjakan" Karin mendengus sebal.
"Nggak kasihan apa pak? Cewek nih masak disuruh yang berat-berat" kini gantian suara Zila yang terdengar.
"Cewek cowok sama saja!sudah kerjakan" dengan berat hati Zila dan Karin keluar kelas untuk melakukan Hukuman itu.
"Dasar tua, botak untung guru tu orang tua" gerutu Karin disepanjang koridor.
"Kualat Lo rin, kek gitu"
"Dia lah yang kualat sama gue, ngasih hukuman gila bener" Zila menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan sahabatnya ini yang terus menggerutu disetiap lorong koridor.
Kain pel kini yang berada digenggaman sepasang sahabat itu, membersihkan setiap lantai dikamar mandi.
Hampir sudah satu jam namun masih kamar mandi ketiga, hingga suara bel bertanda istirahat terdengar, mereka terduduk didepan pintu kamar mandi.
"Capek gue" Karin terus mengipaskan tangannya untuk membentuk suatu angin buatan dari tangannya, mengipaskan rambut yang menghalangi pandangannya.
"Gue juga" Zila nampak serius membenahi rok yang lusuh itu.
Mereka beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelah yang sudah melanda mereka berdua
***
Reynal terus berkutat dengan ponsel ditangannya. Berdiam dikelas menjadi kebiasaannya, Reynal tukang mager julukan yang sangat pas untuk dia.
Walau dia cukup populer karena ketampan rupawannya tidak membuatnya untuk terus tebar pesona kesana kemari untuk mendapatkan pujaan dari kaum hawa penghuni sekolah ini.
Suara langkah yang terdengar jelas karena suasana nampak sunyi mengalihkan pandangan Reynal, seketika senyum khas seorang Reynal tercetak kala melihat seorang wanita berambut panjang nan berkulit putih itu.
wanita tersebut membalas senyuman Reynal,
"Nggak kekantin?" Tanya wanita berambut panjang itu.
"Mager yang...sini" Reynal mempersilahkan wanita itu duduk di kursi samping yang nempak kosong.
"Tadi pagi sudah sarapan?" Reynal menganggukkan kepalanya untuk membenarkan pertanyaan wanita tersebut.
"Yang...nanti malam temenin aku yuk?" Tungkas Reylan sembari mengelus puncak kepala Maya. Yah dialah Maya Atmaja kekasih Reynal.
Gadis yang juga sepantarannya tetapi berbeda kelas."Kemana?"
"Cari kado buat bunda" Maya sedikit bimbang untuk menerima ajakan Reynal dengan menggigit bibir bawahnya.
"Ba- baiklah" jawab Maya sedikit terbata - bata karena kegugupannya.
Reynal tersenyum penuh kebahagiaan. Sebab, Kekasihnya jarang sekali menerima ajakannya untuk pergi malam hari alasannya karena tidak boleh keluar dimalam hari.
Dukk
Suara keras dari balik pintu kelas, mengalihkan pandangan sepasang kekasih itu.
"Zila..."
TBC?😄
Jangan lupa vote readers 😃😆😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentium
Teen FictionZila gadis cantik yang mempu memendam rasa. Zila menyukai teman sekelasnya bernama Reynal. Namun Reynal sudah memliki kekasih sehingga membuat Zila harus bersabar menunggu Reynal Putus dengan pacarnya walau sempat berfikir Tidak ada kata putus diant...