Part - 10

40 5 0
                                    

" Cowok nyebelin"

"Gue sebel"

" Dikira gue tukang Ngada - Ngada apa"

Gerutu Zila disepanjang jalan, kali ini bukannya langsung pulang Zila mampir dulu untuk kesebuah taman dekat sekolahannya.

" Adek sehat? "

"Nggak" ucap ketus Zila. Tanpa menoleh sumber suaranya

" Gadis mata madu, kini sedang marah sungguh kecewanya aku" dahi Zila berkerut - kerut, ia alihkan ke seseorang itu.

"Zila" ucap laki - laki itu.

"Masnya, yang kemarin?" laki-laki itu mengangguk dan tersenyum lebar.

"Ngapain?" Laki - laki itu memincingkan matanya.

"Duduk aja" balasnya singkat.

Zila melengos, Zila menatap lurus didepannya.

"Zila siapa namany?" Ucap laki - laki itu lagi

"Perlu tahu?" Laki-laki itu mengedikkan bahunya.

"Kita bertemu lagi, berarti Kita Jo..."

"Tidak jodoh" balas Zila dengan cepat. Kemudian ia berlalu begitu saja tak memperdulikan laki - laki yang sedikit dewasa dari padanya tadi.

Laki - laki itu berdesis sebal, wanita yang ia kagumi kini berlalu.

"Dasar cewek galak" cetusnya.

***

"Papaaa"

semua yang ada di ruangan itu secara reflek menutup telinganya. Zila berlari sekencang mungkin laki - laki paruh baya itu menyambut dengan rentangan tangannya.

Happ

"Zila kangen" Reno hanya membalas dengan senyuman kecil.

"Padahal hanya ditinggal 1 Minggu" Zila merengut sebal, tiba-tiba kakinya melayang begitu saja, Reno mengangkat tubuhnya dan secara reflek kakinya melingkar di pinggang besar milik Reno.

Zila cekikikan, kemudian mengeratkan lagi pelukannya.

"Cihhh Manja" ejek Tirta dibelakang.

"Pa Abang iri, mau digendong juga" Tirta yang mendengar itu memutar bola matanya.

"Berat" desis Reno disusul tawa yang keluar dari Zila.

"Mau diantar kekamar pah" ujar Zila , dengan senang hati Reno mengantar anak nya kekamar, masih dengan posisi yang sama.

"Dada,,mama Abang! Zila mau berkencan dengan papa" ucap Zila dengan girang, wajahnya yang tadi sempat muram kini telah sirna seketika berkat papa yang telah ia rindukan satu Minggu yang lalu.

***

"Yang"
"P"
"Masih sakit?"
"Sibuk ya?"
"Yang"

Reynal menghela nafas selalu saja begini setiap malam, tidak ada kabar pesan atau apapun.

Fikiran Reynal kembali ke omongan Zila tadi sore tentang Maya yang pergi ke club. Entah kenapa, kecurigaan itu tiba - tiba muncul dibenaknya.

Stelah berkutat dengan fikirannya tentang ini, itu. Reynal  bertekat ingin membuktikan apa benar apa yang telah diucapkan Zila.

Reynal meraih ponsel yang sempat ia letakkan dan men scroll ratusan kontak yang ada di ponselnya.

"Zil"
"P"

SilentiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang