"kata siapa?" Balas Zila sedikit sengit.
"Kata gue!" Aga mengulurkan tangannya. "Dalam rumus gue berteman harus berkomunikasi, Mana ponsel Lo"
Zila menggelang tidak mau,
"Sini" paksa Aga, sedikit geram.
"Ponsel Lo aja yang sini" Aga menghela nafas, sepertinya ia harus ekstra sabar menghadapi cewek galak ini.
Aga memberikan ponselnya, Zila tampak sibuk menekan angka- angka di ponsel Aga. Dia tidak hafal dengan nomor ponselnya sehingga ia harus melihat satu persatu dari nomer tersebut.
"Nih, gue mau pulang, hujan udah Reda" Zila langsung saja berlalu tanpa pamit atau basa- basi. Arga menggelang menghela nafas gadis itu sangat cuek.
***
Bukan waktu yang lama untuk menuju tempat tinggalnya, Zila gadis itu segera masuk menuju ke kamarnya dan melakukan ritual membersihkan diri, kamar yang terlihat rapi kali ini sedikit berantakan tas yang Zila lempar sembarang baju kotor yang masih berserakan dlantai marmer itu.
Hampir 1 jam lebih, Zila menghabiskan untuk merelaksasi kan tubuhnya di bathtub kesayangannya. Zila keluar dan mendesah, kamarnya tampak berantakan dan ia harus merapikannya.
" Akhirnya bersih juga" ucapnya, dengan mengusap peluh didahinya
Zila terjun dan terlentang diatas ranjang berukuran besar dikamarnya. Pandangannya terus menatap atap yang kosong. Sekelebat bayangan menghampiri dirinya tentang malam 3hari lalu. Perasaan saat itu syok, kaget, terharu, dan gelisah. Percaya tidak percaya kebenaran yang sangat jauh dari dugaan. Ia kira Maya hanya mencoba minuman keras atau bersenang-senang saja didalam club itu tapi, ternyata sudah sampai dalam pergaulan seks bebas, hingga kini sudah mengandung.
Maya masih berstatus menjadi murid di Albany's School , belum ada pernyataan atau keterangan tentang pengunduran dirinya. Pihak sekolah bahkan belum mengetahui tentang kehamilannya hanya Zila, Reynal dan Fredi saja. Pihak sekolah hanya mengetahui Maya 3 hari ini tidak masuk karena sakit. Karena ketengan dalam surat ijin dituliskan dengan alasan seperti itu.
Suara adzan berkumandang tandanya hari sudah petang, Zila bangkit dan segera melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Turun nak, makan dulu" teriak Reta dari luar.
"Iya mah" balas Zila dengan singkat. Kemudian turun, keluarganya semuanya sudah duduk dikursi meja makan hanya kurang dirinya.
"Mau apa?" suara berat yang lembut itu terdengar, Zila tersenyum lebar papanya sangat perhatian. Biasanya ia akan mengambil makanan sendiri, karena sang mamah menyuruh Zila untuk selalu mandiri.
"Semuanya,kecuali sayur itu" tunjuk Zila dengan jali talunjuknya.
Deheman keras terdengar dari Reta.
"Jangan terlalu dimanjain pah, nanti Malah ngelunjak" Reno hanya tersenyum mendengar saran dari istrinya. Zila bibirnya terlihat meruncing, kebiasaan mamanya kali sangat menyebalkan menurutnya yaitu mencibir jika Reno memanjakan sang anak bungsunya.
"Nggak papa, sekali -kali" senyum Zila kembali mengembang, Papa nya membelanya.
"Sering kali pa" cibir Tirta yang sedari diam.
"Biarin Abang kan sirik" cetus Zila tak mau kalah.
"Nggak tuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silentium
Ficção AdolescenteZila gadis cantik yang mempu memendam rasa. Zila menyukai teman sekelasnya bernama Reynal. Namun Reynal sudah memliki kekasih sehingga membuat Zila harus bersabar menunggu Reynal Putus dengan pacarnya walau sempat berfikir Tidak ada kata putus diant...