Part - 9

46 5 0
                                    

"Aku antar" Maya menggelang, laki - laki didepannya mendengus sebal, gadisnya memang keras kepala.

"Kamu sakit"

"Gak papa, aku bisa. Nanti minta jemput orang rumah" Maya masih sibuk membereskan buku - buku yang berserakan didepannya.

"Nanti nunggunya kelamaan" Reynal terus membujuk sang kekasih.

"Nggak Rey, kamu harus melakukan pelatihan voli dengan Zila" Maya sudah siap, dengan tas coklat dipunggungnya.

"Dia aku suruh nunggu" Maya menggeleng. "Udah sana kelapangan, kasihan Zila udah nunggu pasti dia"  Reynal menghela pasrah, Maya benar - benar kepala batu.

"Aku antar sampai depan" Maya tidak menanggapi , ia keluar dari ruangan kelas diikuti Reynal dibelakangnya.

Sampai depan gerbang sekolahan terlihat mobil putih sudah terparkir didepannya, Reynal menghela nafas lega tenyata sopir maya sudah ada tanpa harus menunggu kedatangannya.

"Hati - hati"

Setelah mobil itu sudah menghilang, Reynal berbalik dan segera menuju ke lapangan, disana terlihat gadis mungil yang sedang menunggunya dengan wajah murung.

"Lama Lo, panas tahu" rengut Zila.

"Ya maap"

Reynal berjalan ketengah lapangan, memasang net yang masih terlipat itu,  kemudian ia ambil bola yang berada dikotak dekat lapangan.

"Sini" perintah Reynal, Zila dengan tubuh yang sudah lelah berjalan malas kearah Reynal.

"Bawa nih" Zila menangkap bola yang dilempar Reynal.

Pelatihan dimulai,

"Sikap tubuh berdiri, kemudian kaki membentuk kuda - kuda dengan tubuh agak condong ke depan" Ucap Reynal kemudian diikuti gerakan dari Zila.

"Setelah itu salah satu tangan memegang bola dan tangan yang satunya digunakan untuk memukul bola dengan jari - jari tangan dalam keadaan mengepal atau menggenggam"

"Bola sedikit dilambungkan, kemudian bola dipukul di bagian bawah dengan ayunan tangan dari belakang ke depan"

Reynal mempraktekan apa yang telah ia bicarakan, dan berhasil! bola itu melewati net voli yang berjarak 5 meter dari tempat ia melakukan servis.

Zila terus memperhatikan setiap gerakan yang dicontohkan Reynal, dan sesekali melihat wajah serius dari reynal, sungguh tampan ciptaan tuhan batinnya.

Lambungan bola yang diciptakan Reynal benar - benar sempurna. Zila berdecak kagum, jika dilihat teramat mudah tapi jika dilakukan langsung jangankan melambung pergi dari tangannya aja sulit.

"Sekarang Lo!"

Zila bersiap- siap, mengambil ancang-ancang dan posisi yang benar kemudian tangan itu mengayun.

Dukk

"Shiittt...." Desisnya

Bukannya melambung kedepan tapi bola itu malah melambung keatas dan alhasil kembali kebawah dan mengenai muka Zila.

Zila kelimpungan wajahnya memerah karena hantaman dari bola.

"Hahahaha..." Reynal yang menyaksikan tertawa terpingkal-pingkal, gadis didepannya sangat lucu dia yang mukul dia juga yang kena.

Zila merengut sebal, dia kesakitan malah orang didepan nya tertawa terpingkal - pingkal. Tidak membantunya atau memberi solusi apapun itu.

"Puas!!" Cetus Zila terkesan cuek, dan berhasil Reynal terdiam, walau tidak sepenuhnya terdiam, masih ada kikikan - kikikan kecil disudut bibirnya.

"Ini dilanjut?, atau Lo masih mau ketawa dan gue pulang?"

"Lanjutlah, Lo aja belum bisa. Nih coba lagi" Reynal memberikan bola ke Zila.

"Kek tadi posisinya, tapi mukul Lo jangan keatas, kedepan"

"Gini?" Zila menunjukkan posisi tangannya.

"Pantesan pukulan Lo keatas, orang salah genggaman lo " Reynal menatap geli, ke arah Zila.

"Terus gimana posisinya?, Pusing gue".

Reynal melangkah kedepan Zila, Reynal pegang tangan Zila kemudian membenarkan posisi tangannya.

Degg

Jantungnya beradu cepet,  Zial terpaku, baru kali ini Zila merasakan bagaimana tekstur dari telapak tangan Reynal , dapat ia rasakan tangan kekar dan keras.

"Dah, sekarang Lo coba lagi" Zila kembali kesadaran nya, kemudian ia lakukan sekali lagi mengayun tangan kanan ke depan dan.

"Kyyyyaaa,,,bisa" teriak lantang Zila, Reynal bergedik ngeri dengan suara zila.

"Masih kurang itu belum lewatin Net juga"

"Yang penting bisa kedepan nggak keatas wlee" Reynal pasrah saja, kemudian ia berlari keseberang lapangan dan mengambil bola yang terlempar tadi.

"Coba lagi, sampai bisa"

"Kan tadi udah bisa" Zila berdecak sebal.

"Bisa apaan, belum itu masih kurang"

"Gue capek, istirahat dulu ya" Reynal menghela nafas kemudian mengangguk.

Dengan semangat Zila menghampiri tasnya dipinggir lapangan tempat tasnya berada dan sekalian untuk berteduh, dan meneguk habis minuman yang tersimpan didalam tas bermotif polos miliknya.

Reynal mengikuti langkah kaki Zila, kemudian mengikuti jejak Zila untuk duduk.

"Rey..." Reynal berdehem pelan.

"Tadi malam waktu gue pulang dari rumah Karin, gue lihat Maya pacar Lo?" Reynal memutar tubuhnya menghadap Zila.

"Maya?dimana?" Reynal menatap selidik ke arah Zila.

"Kalau gue sebut tu tempat, Lo jangan marah ya Rey" ucap Zila lagi, Reynal menjadi tambah bingung.

"Dimana dulu?"

"Nggak jadi ah, takut elo marah" Reynal menghela nafas beratnya.

"Nggak Zil"

"Beneran kan nggak marah?" ucap Zila lagi meyakinkan.

"Gue nggak bakal marah, kalau Lo nyembunyiin gini malah buat gue marah" Zila menghela nafas.

"Di Club" Lirih Zila yang masih bisa didengar dengan jelas.

Reynal menggelang pelan, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Zila, kekasihnya anak baik - baik jadi menurutnya nggak mungkin Maya berkeliaran di club.

"Salah lihat kali Lo" Zila menggeleng keras. "Beneran gue nggak bohong"

"Cewek gue nggak kayak gitu" Ketus Reynal, dia tidak suka kekasihnya secara tidak langsung dikatakan bukan cewek baik-baik .

"Nyatanya gue lihatnya gitu" Zila mengedikkan bahunya.

"Lo halu kali" Zila melotot.

"Enak aja gue halu, buat apa gue Ngada - Ngada cerita kek gitu" Zila mendengus kesal, kemudian ia beranjak memungut tasnya.

"Dibilangin malah gue yang dikatain halu" cetusnya lagi, kemudian Zila segera berlalu.

"Latihannya belum selesai!! Woyy" teriak Reynal, tanpa menoleh atau apapun Zila tetap melanjutkan langkahnya.

"Aneh tu bocah" desis Reynal.

Reynal terdiam memikirkan apa yang baru saja ia dengar tentang kekasihnya, Reynal tidak percaya, kekasihnya gadis baik - baik tidak mungkin datang ketempat haram itu, tapi dari ucapan Zila tidak ada raut kebohongan atau Ngada - Ngada .

Jika Maya memang seperti itu, apa itu alasannya setiap malam yang tidak bisa dihubungi atau tidak bisa diajak pergi batin Reynal.

Setelah lama ia berfikir, Reynal kali ini tidak percaya karena belum ada bukti apapun itu.

Reynal menghela nafasnya sejenak, kemudian berdiri dan memungut alat-alat yang menjadi pelatihnya hari ini. Setelahnya menuju keparkiran dan berlalu meninggalkan sekolahan.

TBC?
Jangan lupa vote readers 🙏😃😊

SilentiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang