part - 13

27 3 0
                                    

"Rey, libur dulu aja deh, gue lihat lo radak nggak fit gitu"

"Gue nggak papa"

Zila mendengus sebal, keras kepala batinnya. Jelas - jelas wajahnya pucat pasi begitu masih saja kekeh dengan pendiriannya untuk melakukan pelatihan voli.

Reynal terlihat lesuh, bibirnya memucat. Masih saja sok kuat, ingin rasanya Zila memaki Reynal tapi, gengsi itu tiba-tiba muncul.

Dia siapanya?

Tapi dalam lubuk hatinya yang terdalam Zila tidak dapat membohongi kembali dirinya tentang kekhawatirannya.

"Ck...Rey, Lo pucat gitu. Gue nggak mau nanggung resiko kalau lo kenapa - napa?"

"Yaudah lo nggak perlu nanggung resiko,orang gue baik - baik aja " desisnya tegas.

Reynal terus memantulkan bola kelapangan, kali ini Zila tidak peduli dengan gengsinya. Keadaan Reynal tidak baik- baik saja. Wajahnya yang memucat semakin memutih dan ini tidak bisa dibiarkan.

"Nih"

"Rey, jangan batu deh!" Sengit Zila, dengan suara sedikit meninggi.

"Apasih Zil?" Saut Reynal tak kalah sengit.

"Lo sakit Rey"

"Gue baik - baik saja"

"Baik- baik saja Gundul Mu"

Zila memungut bola Voli yang sudah menggelinding bebas, kemudian ia masukkan kembali kedalam keranjang pinggir lapangan. Zila tidak mau latihan kali ini berdampak buruk dengan keadaan Reynal, ia tahu persisi Reynal menahan sakitnya ,dari keseimbangan tubuhnya yang sedikit sempoyongan.

"Kok lo masukin sih?" Zila tidak menggubris, ia melanjutkan untuk melipat net yang sudah terpasang.

"Zil,,lo apa-apaan sih? Tiga hari lagi lo penilaian, dan lo belum bisa servis atas" Ucapnya sedikit berteriak.

Zila tidak menanggapi dia masih sibuk dengan aktivitasnya, Reynal menggeram sebal, dia merasa baik - baik saja tapi kenapa Zila terlihat lebay seperti ini.

Reynal berjalan mendekati Zila yang terus mengusap keringatnya. Kemudian ia ikut jongkok dan menarik kembali net itu.

"Lo apaan sih? Itu udah gue lipat oneng"

"Lo yang apa-apaan kita latihan, tapi lo malah beres- beres ni lapangan"

"Gue nggak mau latihan hari ini"

"Kita latihan"

"Nggak"

Mereka sama-sama tidak mau mengalah dengan pendiriannya, Zila yang terus ngotot untuk pulang dan Reynal yang masih ingin latihan.

"Mau lo apa sih?" Suara Reynal meninggi, Zila diam.

"Kemarin minta latihan, dengan Alasan lo tidak mau nilai lo merah, tidak bisa dan apalah itu"

"Tapi sekarang apa, gue udah usaha untuk bantu lo biar nilai lo bagus, malah lo kayak gini minta libur latihan seenak jidat lo"

Amarah sudah menguasai hati Reynal kali ini, terlihat rahangnya yang mengeras dan mata yang nyalang. Walau masih terlihat lesuh dan pucat.

Zila maju selangkah, jarak antara mereka berdua kini menipis. Zila mendongak kan kepalanya.

"Lo tanya mau gue?" Ucapnya dengan seringai  disertai kekehannya, bibirnya menipis tidak kalah dengan amarahnya.

"Gue nggak mau lo kenapa - kenapa, Gue tau lo sedang sakit" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Masalah kalo mau gue kayak gitu?"

SilentiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang