Part -15

30 1 0
                                    

"Pokoknya besok hari selasa lo harus maksimal minimal bisa mencetak 10 point dari masing-masing servis, gue nggak mau tau"

"Lo bisa diem dulu nggak sih, orang lagi makan juga. Nggak sopan tau nggak"

Mereka sedang menikmati makanan dipinggir jalan pecel lele kesukaan Reynal, mau tidak mau Zila harus mengikutinya.

Entah kenapa Reynal terus saja berbicara hingga membuat Zila jengah sendiri dengan tingkah lakunya.

"Besok kalau lo bisa 10 point gue kasih hadiah"

Zila langsung saja menghentikan aktivitasnya. Kemudian memandang Reynal dengan tatapan menyelidik.

"Beneran?" Reynal mengangguk mantap.

"Kalau gitu apa hadiahnya?"

"Namanya hadiah ya rahasia lah"

"Gue mau request kalau gitu"  Reynal hanya memutar kedua bola matanya

"Boneka Teddy bear yang besar!"

"Mau kasih apapun terserah gue lah, kan yang ngasih gue jadi suka-suka gue" Zila berdecak kesal.

Ingin sekali Zila memiliki boneka Teddy bear yang besar, itu adalah impiannya dari dulu yang belum tercapai sampai saat ini.

"Udah belum?"

Zila melirik Reynal yang sudah selesai makan. Dan kembali melihat nasi dipiringnya yang masih sedikit banyak, tidak ia habisnya langsung saja piringnya ia geser kedepan. Reynal yang melihat piring yang masih terisi nasi itu hanya bisa menghela nafas.

"Nggak dihabiskan?"

"Masih kenyang tadi"

Reynal segera bangkit, kemudian menuju ibu-ibu sipenjual dan membayarkan. Sementara Zila, ia lebih memilih menunggu langsung di mobil.

Pandangannya mengitari disetiap toko-toko yang ada dijalan. Seketika matanya berbinar melihat siomay bumbu kacang favoritnya, Zila langkahkan kakinya untuk membelinya. Tetapi, tangan besar lebih dahulu menarik lengan nya.

"Mau kemana lo?"

"Mau beli siomay bumbu kacang itu"

Reynal mengikuti arah telunjuk Zila, terlihat abang-abang menjual makanan yang Zila sebutkan tadi. Pandangan Reynal kembali kearah Zila.

"Katanya tadi lo udah kenyang?kenapa masih minta siomay"

"Beda lah, nasi sama siomay kan kenyangan nasi. Kalau siomay mah nggak ngaruh"

"Gue tunggu 5 menit harus sampai disinia"

"Nggak bisa gi..."

"Gue nggak nerima penolakan"

Zila menghela nafas kasar, tangannya mengepal.

Menyebalkan.

Zila sedikit terburu-buru, Ancaman ith yang membuatnya seperti ini belum lagi antrian yang masih 2 orang lagi. Zila harus mendesah sabar.

"Dua menit lagi"

Ah Sial, Zila membalikkan pandangannya. Tampak Reynal tersenyum remeh dengan menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda peace. Dan kemudian berlalu memasuki mobil.

"Permisi tante,boleh saya duluan nggak? Ini saya sangat terburu-buru"

Wanita didepannya tersenyum manis, mempersilahkan Zila untuk antri didepannya. Zila bisa bernafas lega, untung baik sekali ibu - ibu ini.

SilentiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang