Part - 16

36 1 0
                                    

"Rey please aku mau ngomong" Reynal mengumpat kesal dalam hatinya. Tangannya mengepal erat bisa disebut sedang menahan amarah.

"Apalagi yang mau diomongin?" Ucapnya sedikit keras.

"Aku minta maaf"

"Apanya yang salah dari elo?"

"Please Rey, jangan berpura-pura nggak tahu"

Reynal hanya bisa diam menghadap kedepan tanpa melirik Maya yang berbicara, kenapa harus datang lagi disaat Reynal sedang berusaha untuk menata hatinya kembali walau tidak bisa dipungkiri rasa itu masih ada dihati Reynal.

"Aku tahu kamu kecewa" Reynal masih tak berucap. Ia ingin tahu apa mau dibicarakan Maya sampai memohon-mohon

"Ini hari terakhir aku masuk sekolah, setelah itu aku memutuskan untuk keluar sebelum berita jelek tentang aku tersebar disekolah dan membuat reputasi sekolah jelek" Ucap Maya dengan suara lirihnya.

"Aku minta maaf dengan tindakanku yang membuat kamu kecewa, dan satu hal yang harus kamu tahu, aku ngelakuin itu semua bukan karena keinginanku. Semua itu adalah paksaan lebih tepanya tuntutan pekerjaan yang mengharuskanku untuk menggoda laki-laki"

Reynal menoleh seketika itu juga, maksudnya apa tuntutan pekerjaan? Dia bekerja? Pikir Reynal.

"Papa bangkrut, dia ditipu. semua harta papa terkuras habis hanya tersisa rumah saja" isakan kini sudah terdengar dibibir Maya. Tidak bisa berbuat apapun Reynal masih saja diam, tidak percaya dengan semua ini.

"Dengan terpaksa aku harus bekerja ditempat laknat itu"

"Jika lo tahu tempat itu laknat, kenapa nggak lo cari tempat kerja lain maya" Akhirnya Reynal angkat bicara juga.

"Yang aku butuh saat ini uang Rey, yang aku lihat gaji besar bukan tempatnya"

"Lo bisa minta bantuan gue May, lo cerita sama gue tentang masalah lo. Bukan malah lo pendem terus ngambil keputusan yang buat lo sendiri rugi" ucapnya sedikit kasar, Reynal tampak tersulut emosi kali ini.

"Aku nggak bisa mikir waktu itu, yang aku pikir hanya uang, uang, dan uang. Buat makan buat kebutuhan kita sehari-hari"

Reynal terdiam, perasaannya campur aduk. Cukup perihatin dengan apa yang telah dilalui maya, tapi dilain sisi dia juga marah dengan Maya yang memendam masalahnya sendiri ,apa gunanya dia sebagai pacar kalau gitu?

"Untuk terakhir kali, boleh aku meluk kamu? Sebelum ada gadis lain yang lebih berhak stelah itu" ucap Zila dengan lirih.

Reynal masih tetap diam tidak ada tanda- tanda ia memeluk wanita di depannya. Maya menghela nafas dia lebih memilih untuk berlalu saja. Mana mungkin dia mau? Pikirnya.

Baru satu jengkal ia melakang sebuah tangan menariknya dengan kencang, setelah itu membawa kepelukannya.

Nafas Maya tercekat tangisnya pecah seketika. Mereka berpelukan sangat erat menyalurkan kesedihan yang mereka sama- sama rasakan. Saling mencintai namun, takdir mengaharuskannya berpisah.

***

"Woyyy lo ngapa dah" Karin tampak bingung dengan apa yang dilakukan sahabatnya yang seperti bersembunyi dibalik pohon.

"Diem dulu monyet"

"Lo lihat apa?" Zila tidak menjawab masih memfokuskan pandangannya kedepan. Karin mengikutinya.

"Lo ngintip orang bertengkar" Zila hanya nyengir dengan deretan gigi putihnya yang terlihat.

Karin menjitak kepala Zila, membuat Zila mengaduh kesakitan " sakit goblok"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SilentiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang