Jadi, sudah lama kita tidak istighfar bersama. Ayo istighfar💏
******
"Terbuat dari apa hatimu? hingga tak sadar ada cinta di depanmu...."
******
🚐🚐🚐🚐🚐🚐
"Juwita, kalau hantu nya tiba-tiba datang gimana?"Juwita mengerlingkan matanya kesal. Telinganya sudah penuh dengan pertanyaan Mily yang terus di ulang sampai-sampai Juwita tidak mampu menghitungnya. Gadis itu akan tetap seperti ini sampai bayangan hantu dari film horor yang mereka nonton dua jam yang lalu menghilang dari ingatan Mily.
Juwita tidak menjawab pertanyaan Mily tadi, ia diam dengan mata menatap langit-langit kamar yang ketahuan jika Mily hanya membersihkan kamarnya saat Bulan Ramadhan dan Lebaran saja. Sarang laba-laba berkeliaran di mana-mana.
"Pantes Emak lo ngomel mulu. Nggak pagi, siang, sore, malam, pasti ngomel. Gimana enggak kalau kamar lo seperti ini." Juwita melirik sekilas.
Mily berdecak, ia tidak mau membahas itu sekarang. Mendekatkan dirinya lagi sampai-sampai sangat menempel dengan Juwita. Memeluk tubuh gadis itu dengan erat. Sementara Juwita yang menerima perlakuan Mily hanya menoleh sekilas, sudah biasa. Mily akan terus menempel padanya. Hingga malam ini Juwita sudah pasti akan menginap di rumah Mily.
Jika Mily penakut, maka Juwita adalah pemberani. Buktinya, ia santai-santai saja padahal baru selesai menonton film horor, sedangkan Mily yang sudah tahu akan parnoan tapi tetap mau ikut menonton.
"Kalau orang lain liat, udah pasti ngira kalau kita ini lesbi." Juwita berdecak.
Mily mengangguk. "Ta, gue kan, udah sering meluk lo kalau abis nonton film horor. Kira-kira kalau gue meluk Kak Surya rasanya gimana, ya?"
"Lo mau tahu rasanya?" Tanya Juwita, Mily seketika mengangguk. "Mustahil! Itu rasanya! Mustahil, nggak akan pernah terjadi!"
Mily membulatkan matanya. Lalu menatap Juwita kesal tetapi tidak melepaskan pelukannya. "Kampret, ya, lo! Nggak tahu aja kalau gue pernah rasain itu walau bentar."
"Serius?!"
Mily mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu dengan cepat menguasai diri. "Enggak, lah!"
Setelah mendengar jawaban Mily, Juwita kembali diam. Terus memperhatikan langit-langit kamar Mily.
"Ily!"
Mily yang tadi ikut terdiam tiba-tiba tersentak kaget dan hampir melompat ke atas tubuh Juwita jika saja gadis itu tidak langsung bangkit dari tidurnya. Juwita mendengus, tidak habis fikir dengan Mily yang kembali ketakutan hanya dengan ketukan pintu dari luar.
"Itu Emak lo, Kambing. Bukan setan. Astaghfirullah." Juwita sampai menyebut.
"Ily!"
Setelah panggilan kedua Mily baru sadar jika itu adalah benar panggilan dari Mamanya.
"Emak gue beneran." Mily bangkit, dan berjalan membuka pintu. "Kenapa, Ma?" tanyanya.
"Minta tolong beliin susu untuk Lauren di mini market depan dong." Rati—Mama Mily menyerahkan sejumlah uang ke Mily.
"Tapi, Ma. Sekarang malam jumat, lho. Udah jam sembilan juga."
Rati mengerutkan keningnya. "Emang kenapa? Lagian mini market dekat kok. Cuman di depan aja."
"Iya, Ma, aku tahu. Tapi sekarang setan lagi berkeliaran. Kalau manusia bisa malam mingguan, berarti setan bisa malam jumatan juga."
Rati menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis fikir dengan anak sulungnya. "Nggak usah banyak alasan kamu. Cepet beliin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Easy To Love
Teen FictionPernah jatuh cinta pada pandang pertama? *** Nama mereka adalah Mily dan Juwita. Kalau mendengar namanya, mungkin kebanyakan orang sudah berekspetasi jika mereka berdua adalah gadis yang cantik dan manis. Tetapi, ekspetasi memang sering tidak sesuai...