20 :: KEHUJANAN.

21.9K 3.2K 737
                                    

Sebelum baca. Aku mau nanya dong alasan kalian terus bertahan baca TETL itu apa? Wajib bgt ni buat komen di sini. Biar aku tau😽😹😻

🚐🚐🚐

Jika memilikimu adalah kemustahilan, aku masih bisa memahaminya. Maka tidak perlu mendapatkan. Selalu di dekatmu saja sudah lebih dari cukup untuk luka ini yang sebenarnya ingin kamu dan aku menjadi Kita.

🚐🚐🚐

Dengan langkah terseret, Mily turun dari angkot dan berjalan memasuki wilayah rumah Violin yang ternyata tidak jauh dari sekolah. Wajahnya terus cemberut. Sebenarnya ia tidak ingin ke rumah Violin. Selain karena Juwita terus memaksa, Mily juga tidak punya pilihan lain lagi setelah kejadian kemarin yang membuatnya ingin lenyap dari bumi detik itu juga.

Gadis itu akan terus ingat tentang insiden tersedaknya yang sangat memalukan hingga menciptakan kericuhan yang tidak perlu dari Sofyan. Dan juga, ekspresi terkejut serta absurd Surya ketika permen karetnya berhasil keluar dan tentu langsung mengenai bagian wajah lelaki itu. Tepat tertempel manis di bibirnya yang mendekat.

Mengingat itu Mily sudah menjerit-jerit sendiri di tengah jalan. Rambutnya lagi-lagi jadi korban kekerasan. Rasanya ia sudah kehilangan kewarasan.

Ketika semua orang menatapnya ngeri—dikiranya Mily adalah orang gila. Mily dengan cepat memperbaiki keadaan sebelum salah satu dari mereka menelfon RSJ sekarang juga. Lalu kemudian ia berjalan cepat menuju rumah Violin. Mily tidak punya jalan lain lagi. Merasa sudah tidak sanggup bertemu Surya, hingga fans klub menjadi jalan satu-satunya.

Mily menarik napas dulu sebelum memencet bel dan satpam penjaga rumah itu pun menyambut. Awalnya ia sedikit bingung karena satpam itu langsung menyuruhnya masuk. Tetapi Mily nurut saja dan menekan bel pintu rumah Violin lagi.

"Gue kira lo nggak datang." Violin yang membukakan pintu. Gadis itu tersenyum puas. "Masuk. Yang lain udah nunggu."

Mily nurut lagi, tidak banyak bicara. Ketika memasuki rumah besar Violin, ia bisa melihat yang lainnya sudah berkumpul di ruang tengah. Mily memperhatikan, sepertinya mereka semua adalah member dari fans klub itu.

"Guys. Member kita yang satunya lagi udah datang," ucap Violin. "Namanya Mily. Anggota terakhir kita."

Mily tersenyum kikuk. "Hai semuanya. Salam kenal," katanya. Melihat sambutan baik anggota lain, Mily menghela napasnya lega. Salah satu dari mereka memanggilnya untuk segera duduk.

"Oke, gue ke kamar dulu bentar," pamit Violin.

Sepeninggalnya Violin, Mily baru berani memperhatikan sekeliling. Rumah Violin memang besar, sedikit lebih besar daripada rumah Surya. Pantas saja gadis itu bersifat angkuh, ternyata ia memiliki segalanya.

"Mil. Rumah lo di mana?"

"Di tempatnya, Kak."

Desi—gadis berambut bob itu sontak terkekeh walau sedikit tidak mengerti. "Maksud gue itu, alamat lo di mana?"

Mily menggaruk kepalanya. Meruntuki diri sendiri karena kurang fokus. Suasana sekarang yang ramai membuatnya sedikit tidak nyaman. "Di kompleks Jomblowati, Kak."

"Hah? Itu di mana? Kok gue baru denger nama kompleks kek gitu?"

"Iya, sih, dia nggak terkenal jadi pasti Kakak nggak tau." Mily mencoba berpikir. "Pasti Tau rumah Kak Surya, kan?" Desi mengangguk. "Nah, rumah Kak Surya, kan, di jalan raya. Terus jalan masuk kompleks Jomblowati, tuh, di samping mini market yang di depan rumahnya Kak Surya. Jadi kakak tinggal masuk aja kalau mau ke rumah aku."

Too Easy To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang