EKHEM. WKWK.
Jangan sedih jangan sedih karena nnti aku sedih juga wkwk.
Pastikan kamu bacot sepuas-puasnya sebelum kembali berbacot lagi setelah menunggu beberapa bulan💏
Bismillah dulu agar hati di kuatkan💏
🚐🚐🚐
"Jadi lo beneran nolak Kak Surya? Gila, lo sama aja menolak kesempatan emas, woi!"
Mily tidak memperdulikan perkataan Juwita, ia terus mengaduk-ngaduk mie instannya. Entah sudah berapa kali Juwita mengatakan itu, terus ingin terus memastikan, hingga Mily tidak bisa menghitungnya. Padahal, ia yang menolak dan ia sendiri juga yang akan menyesal, tetapi kenapa gadis itu yang greget sendiri?
"Otak lo di mana, sih, Mil?" ucap Juwita lagi membuat Mily menghela napas.
"Keputusan gue udah bulat, Ta." Mily akhirnya mengeluarkan suara setelah diam lama mendengar omelan Juwita.
"Keputusan lo itu adalah keputusan yang paling bodoh dan paling bikin naik darah!" kata Juwita sambil menggebrak meja. Mily tentu kaget, sampai-sampai mie instannya yang baru masuk ke dalam mulutnya langsung ditelan, belum sempat dikunyah dahulu. Karena itu Mily tersedak dan kelimpungan mengambil air minum.
Katakan Juwita jahat karena tidak peduli dengan Mily. Tetapi ia benar-benar merasa kesal setengah mampus. Gadis itu kira Mily tidak akan berbuat seperti itu walau sempat bingung dengan perasaannya sendiri. Juwita tidak percaya jika Mily mempunyai keberanian menolak Surya. Ia juga tidak percaya jika Mily terlalu bodoh karena menyia-nyiakan imbalan dari perjuangannya.
"Lo santai dong! Keselek, nih, gue! Kalau tadi nyawa gue melayang gimana?!" ucap Mily ikut kesal.
"ALHAMDULILLAH!" balas Juwita tidak santai lalu bangkit dari duduknya, ingin pulang saja dari rumah Mily. Karena jika tidak dosanya akan berlimpah akibat bibirnya yang tidak tahan untuk mengeluarkan kata-kata sadis.
Melihat Juwita pergi, Mily hanya berdecak. Ia kembali duduk di depan meja makan dan mulai lagi menyendok mienya. Dengan mata menatap lurus, Mily mengunyah sambil berpikir. Apakah keputusannya memang salah? Apakah ia akan menyesal di kemudian hari? Apakah ia akan sanggup melihat Surya bersama gadis lain? Jika Mily pikirkan semuanya, ia mendadak merasa tidak nyaman pada hatinya. Sejujurnya ia tidak akan pernah bisa berhadapan dengan kenyataan itu. Mily tidak tahu harus bagaimana. Tidak ingin Surya bersama siapa-siapa, tetapi ia sendiri tidak bisa menyerahkan hatinya begitu saja dan menerima lelaki itu bersama status yang baru.
Mengingat soal Surya lagi—walau Mily sebenarnya setiap hari memikirkan lelaki itu. Ia tidak pernah absen meski tidak pernah juga melihat keberadaan Surya. Lelaki itu seperti lenyap ditelan bumi hingga Mily kadang diam-diam mencari Surya di sekolah. Sudah lewat lima hari kejadian di halaman belakang sekolah berlalu, awalnya ia masih sering melihat Surya—bahkan pernah berpapasan, tetapi dua hari belakangan ini lelaki itu sudah tidak terlihat lagi. Dan hal itu membuat Mily terus berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya.
Mily tidak berhenti menyendok mienya, memakan paksa tanpa merasa napsu lagi. Memikirkan Surya selalu melumpuhkan segalanya, dan membuat rasa bersalah yang lambat laun di ikuti rasa sedih juga. Apakah ia benar-benar begitu bodoh karena melepaskan Surya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Easy To Love
Teen FictionPernah jatuh cinta pada pandang pertama? *** Nama mereka adalah Mily dan Juwita. Kalau mendengar namanya, mungkin kebanyakan orang sudah berekspetasi jika mereka berdua adalah gadis yang cantik dan manis. Tetapi, ekspetasi memang sering tidak sesuai...