Seperti kemarin, sebelum baca Istighfar dulu sejenak. Biar dosamu berkurang sedikit.
HAHA.***
"Quote lagi kosong."
***
Setelah perkenalan yang sedikit menganggu ketenangan penumpang lain, Mily dan Juwita tidak pernah berhenti memandangi Surya yang tengah diam di tempatnya. Lelaki itu bergerak tidak nyaman, dari tadi gelisah. Dengan kepala yang menunduk kebawah sambil memainkan jam tangannya sendiri, Surya terus berusaha mengatur napasnya yang terasa berat.
"Ta, Kak Surya ngapa, dah? Kok keliatannya dia lagi nahan boker?" Mily mencoba berbisik.
"Iya, ih. Ambilin batu, Mil. Katanya kalau megang batu, kita bisa nahan boker." Juwita mengusulkan. Matanya tetap mengawasi lelaki itu.
"Lo kira di angkot ada batu?!" Mily ngegas lagi.
Juwita memilih tidak menjawab, ia diam sejenak, mencoba mencari jalan keluar. Mily ikut diam, memperhatikan Juwita dan detik kemudian berdecak. "Lo diam mikir sampai tahun depan pun, otak lo tetap nggak mampu nemuin jalan keluar."
"Suka bener lo kalau ngomong." Juwita terkekeh sendiri. "Terus gimana? Coba lo yang mikir."
Mily nurut, matanya menatap Surya lagi. Melihat lelaki itu yang sudah keringat dingin, Mily sudah tidak tahan untuk berbicara. "Kak Surya kenapa? Coba ceritakan masalah Kak Surya?"
Surya langsung mengangkat kepalanya. Menatap Mily sesaat lalu kembali menyerang gadis itu lagi dengan senyumannya. Sebelum berbicara, ia berdeham pelan. "Gue bisa minta tolong nggak?" Mily mengangguk.
"Jangan natap gue kek gitu. Gue nggak biasa di tatap intens secara dekat sama cewek."Mendengar jawaban Surya, Mily dan Juwita kompak mengangguk sekaligus tersenyum bodoh. Mily tertawa receh sambil memukul lengan Juwita. "Nah, Ta, lo jangan liatin Kak Surya mulu sampai-sampai gaya lo mau nyosor. Gue tau lo barusan liat Cogan tapi jangan gitu dong."
Juwita ikut tertawa receh sambil memukul lengan Mily juga lebih keras dengan mata belum lepas dari Surya. "Beginilah Kak, kalau punya teman yang ngga sadar diri. Aku doain semoga cuman aku yang punya temen gini."
Surya tertawa kecil. Badannya di tegakkan kembali. Melihat interaksi kedua sahabat yang memiliki kepribadian berbeda ini cukup membuatnya tetap tenang karena keterlambatannya hari ini.
Di sisa-sisa perjalanan mereka menuju sekolah, Mily dan Juwita selalu berusaha untuk melihat hal lain walau sangat susah untuk tidak berpaling lagi ke Surya. Mata Mily menatap ke arah luar, dari jauh ia sudah bisa melihat gerbang yang tertutup rapat. Ketika angkot berhenti tepat di depan gerbang, Mily bisa sangat jelas melihat Pak Satpam yang langsung berdiri ketika Melihat Mily dan Juwita turun. Pak Satpam tanpa kumis itu menyambut kedatangan mereka dengan senyum mengejek.
"Alasan telat hari ini apa lagi, Neng? Angkot telat datang? Ban angkot meledak? Angkot lupa isi bensin? Atau Supir angkotnya telat bangun?" Sembur Pak Satpam langsung.
"Hari ini alasannya lain lagi Pak." Mily yang menjawab. "Kita telat karena angkotnya singgah ambil cogan." Ucapan gadis itu dihadiahi anggukan dari Juwita.
Surya menggaruk kepalanya sendiri.
Pak Satpam yang memiliki nama asli Sarimin itu memijit keningnya sejenak kemudian melirik Surya yang diam saja. "Kamu juga telat? Tumben."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Easy To Love
Novela JuvenilPernah jatuh cinta pada pandang pertama? *** Nama mereka adalah Mily dan Juwita. Kalau mendengar namanya, mungkin kebanyakan orang sudah berekspetasi jika mereka berdua adalah gadis yang cantik dan manis. Tetapi, ekspetasi memang sering tidak sesuai...