Serendipity || Songfic

1.9K 38 7
                                    

Serendipity || BTS

Cast      : Park Jimin x You
Genre   : Romance
Author : Rose

================================

Tatapannya semakin sendu, membuat jantungku terus berdebar tak menentu. Desiran indah itu, kini kembali menyapa hatiku. Aku tahu, aku sudah terpikat pada pesona itu.

Pesona Park Jimin yang memabukkan, membuat aku berada di antara kebimbangan.
Semua ini bukanlah kebetulan semata
Hanya ... aku bisa merasakannya.
Seluruh dunia tak sama dengan hari kemarin. Tetapi ... hanya dengan keriangannya, sudah mampu menghangatkan setiap sudut ruang hatiku.

"Bisakah kau menjadi bungaku?"
Suara lembutnya kembali memanggilku.

"Aku menjadi bungamu?" Aku berucap dengan heran.

"Sementara kita menunggu. Kita bersemi hingga kita rasakan nyeri.
Barangkali ... ini perlindungan jagad raya. Memang seharusnya begitu.
Kau tahu, aku tahu.
Kau adalah aku dan aku adalah kau."

"Apa sih maksudmu? kata-katamu itu berat, aku tak mampu mencernanya," ucapku, sembari menahan tawa.

Jimin masih setia dengan wajah seriusnya, ia tampak lebih serius ketika mengangkat sebelah alisnya. Tidak. Bukan serius, tetapi menggoda.

"Sebanyak hatiku berbunga-bunga, aku khawatir ... takdir dengki kepada kita. Seperti dirimu, aku pun takut. Ketika kau menatapku, ketika kau menyentuhku."

"Jim, hentikan ... aku tidak paham." Aku mulai serius menatap wajah manis Jimin, bersamaan dengan rasa hangat yang menjalar di seluruh tubuhku, ketika tangan mungil Jimin dengan eratnya menggenggam tanganku. Dia berlutut, dan aku, masih terpaku terduduk di bangku kayu.

Hingga akhirnya bibir tebal Jimin kembali mengucap kalimat...,

"Seluruh dunia bergerak untuk kita
Bahkan, tak sedikit pun ada keluputan. Kebahagiaan kita telah digariskan. Sebab ... kau mencintaiku dan aku mencintaimu."

"Aku tak pernah bilang, kalau aku mencintaimu," ucapku.  Mencoba berpaling dari mata Jimin, aku begitu takut semakin tenggelam ke dalam pesonanya. Benar, aku mencintai Jimin. Tetapi, untuk bersamanya aku masih takut. Aku tak layak untuknya, dia terlalu sempurna.

"Kau pikir aku tak punya hati? Aku tahu kau mencintaiku sejak detik pertama kita bertemu, matamu dan gerak tubuhmu tak dapat menyangkal semua itu. Hey Nona, aku itu peka."

"Tetapi ... aku —" Jimin meletakkan telunjuknya di atas bibirku, sembari menggelengkan kepalanya.

"Kau bahagia denganku, kau mencintaiku. Tidak ada alasan untuk menolak semua itu. Kau tak bisa jatuh cinta setiap hari, kau juga tak bisa jatuh cinta pada setiap orang. Ini takdir kita, kau tidak perlu menyangkalnya." Jimin masih terlihat serius. Kemudian ia bangkit dari berlututnya. Memegang kedua tanganku, kemudian mengajakku berdiri sejajar dengannya.

Aku kembali menatap matanya, menyelami setiap kilau indahnya. Jantungkku bergetar hebat, merasakan setiap debarannya.

"Kaulah penicillium-ku Jim, penyelamatku, malaikatku, aku mencintaimu, ucapku dalam hati.

"Terima kasih. Aku juga mencintaimu. Karena, semenjak penciptaan semesta
segalanya telah ditakdirkan, begitupun cinta kita." Jimin mengucap kata. Bahkan ... ungkapan hatikupun dia bisa mendengarnya.

"Biarkan aku mencintaimu," ucapnya lagi. Suaranya sedikit bergetar.

Bibir tebalnya semakin mendekat menciptakan  rasa lembut dan hangat yang menjalar di seluruh permukaan bibirku.

Jimin melumat bibirku,  lumatan yang kian menuntut penuh perasaan, hingga seluruh tubuhku menerima perlakuannya tanpa paksaan.

Perasaan hangat mengalir begitu indah, membuatku hanya mampu memejamkan mata menikmati setiap decapan yang begitu memabukkan.

Deru napas kami semakin tak beraturan, menuntut kami untuk mengalah pada keadaan. Parlahan tautan kami terlepas, mencari pasokan udara untuk bernapas.

Bibir Jimin tampak basah, masih sedikit terbuka, bersamaan dengan lidahnya yang perlahan ia sapukan, menyapu berkas saliva yang masih tertinggal.

"Sekarang, kumohon menetaplah di sisiku, kau sekarang kekasihku. Biarkan aku mencintaimu," ucap Jimin dengan suara yang masih bergetar. wajahnya kembali mendekat. Dengan kedua tangannya yang  masih tersampir di kedua bahuku. Aku hanya pasrah pada takdir, pasrah dengan keindahan ini. Sekaligus pasrah, jika bibir hangat Jimin kembali mendarat di bibirku.
Untuk hal yang satu ini, aku sangat ikhlas.

Cup

Kini bibir hangat itu kembali menyentuh keningku, bersamaan dengan tangan Jimin yang meraih tubuh ringkihku. Membawaku ke dalam pelukan hangatnya. Jimin mendekapku dengan erat. Sekujur tubuhku dilingkupi rasa bahagia. Ini terasa sempurna.

Bintang gemintang menggantung di langit, dan kita terbang melayang.
Ini sama sekali bukan mimpi.

Aku tak takut lagi menggenggam tangannya. Kini aku dan Jimin telah menjadi kita.

"Biarkan aku mencintamu Jim. Sepenuh hatiku dan sedalam perasaanku. Semesta telah merestui kita. Takdir kita adalah cinta."

#End

JIMIN || Oneshoot & SongficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang