Teman
Cast : Park Jimin x You
===============================
Jimin tersenyum ke arahku, selalu seperti itu. Hanya melihatnya tertawa saja, sudah cukup membuat hatiku bahagia.
Mengenal seorang, Park Jimin, tak terbayangkan sebelumnya, dia dulu asing dan begitu jauh dariku. Dulu, menyapanya saja aku tak berani. Tetapi kini, dia sangat berarti.
Berawal di bulan Juli, ketika aku nekat pergi sendiri liburan ke Pulau Jeju. Lalu, aku bertemu dengan Jimin. Dia menolongku disaat aku panik tak menemukan dompet dan ponselku yang hilang. Sejak saat itu aku menganggap, Jimin; penyelamatku.
Sekembalinya ke Seoul, kami menjalin pertemanan. Hingga akhirnya menjadi akrab. Kami sering bertemu, lebih dari tiga kali dalam seminggu. Rindu selalu menggelayuti pikiranku, saat Jimin tak ada di depan mataku.
"Sudah lama, menungguku?" Jimin bertanya, sembari memamerkan senyum manisnya. Percayalah, senyuman Jimin adalah yang terindah. Hatiku selalu menghangat karenanya.
"Aku sudah terbiasa menunggumu. Kapan sih seorang Park Jimin tepat waktu?" Sindirku. Aku tahu, aku bukan yang utama dan pertama di kehidupan Jimin, tapi aku mencoba memunguti serpihan kebahagiaan itu meski sedikit saja. Jimin adalah satu-satunya kebahagiaanku saat ini. Jimin yang selalu menghiburku, di saat aku tenggelam dalam dinginnya duniaku.
"Ishhh, kau marah?" Jimin mencubit kedua pipiku. Wajahnya terlihat gemas menatapku. Aku hanya mampu terdiam sembari mempoutkan bibir. Jimin semakin mendekatkan wajahnya ke arahku, dan tanpa diduga sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirku.
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat di bibirku. Seperti aliran listrik, seluruh tubuhku seperti tersengat. Rasa bahagia menjalar ruang-ruang hatiku, mengaliri seluruh jiwa yang haus akan cinta.
Apakah ini surga dunia?
Lalu, kenapa tubuhku langsung memanas karenanya?
Jimin terlihat panik, ia langsung menjauh. Sedikit rasa bersalah tergambar jelas di wajah tampannya.
Ia meninggalkanku dengan alasan menggelar tikar dan menata bekal, yang sudah aku bawa dari rumah. Tetapi aku tahu, dia salah tingkah karena itu. Mungkin Jimin takut jika aku memarahinya.
Aku pun masih terpaku, kejadian yang baru saja terjadi semakin mengukuhkan hatiku.
Bahwa ... aku mencintai Jimin. Pria berhati hangat, berwajah tampan dan bermulut manis. Dia penebar ceria ketika semua orang meributkan tentang derita.
Aku akan berusaha menyembunyikan perasaanku, karena untuk mengingkari hati, aku sudah tak sanggup lagi. Aku tahu, Jimin milik siapa dan Jimin pun tahu, aku milik siapa.
Kami sudah bertemu, tak ada alasan untuk kami saling meninggalkan. Biarlah rasa ini bertahan, dalam topeng seorang teman.
Kini, Jimin melambaikan tangannya ke arahku, kemudian ia menyuruhku duduk.
Aku hanya mampu menuruti, aku tak ingin banyak berbicara lagi. Cukup hatiku yang berbisik. Bahwa,
moment ini adalah yang terbaik.Tanpa di duga, Jimin langsung merebahkan kepalanya di atas pahaku, dengan mata yang menatap ke angkasa nan biru.
"Aku bahagia bisa menatap langit, dan aku bahagia melalui hari ini bersamamu. Apa kau bahagia jika bersamaku?" Bibir tebal Jimin berucap, sembari menatap kedua bola mataku.
"Selama kau disampingku, aku bahagia Jim. Tempatkanlah aku di sudut hatimu, sebagai apapun perannya, aku menerimanya." Aku berucap, inilah kalimat terjujur yang pernah aku ungkapkan kepada, Jimin.
"Aku tidak janji, tetapi selama aku bernapas, aku juga ingin melihatmu selalu tertawa. Meskipun, hubungan kita, hati kita, keadaan kita tidaklah sempurna. Tetapi, setidaknya kita akan bahagia jika selalu bersama. Mianhe, jika kata teman adalah kata ter-aman untuk kita saat ini." Jimin menghela napasnya, ada rasa sesak yang kutangkap tanpa sengaja.
Aku hanya mampu mengulurkan tanganku, lalu mengusap lembut surai kecoklatan miliknya. Menyalurkan seluruh perasaanku, yang begitu dalam mencintainya.
"Tuhan, selalu mempunyai alasan, kenapa kita dipertemukan. Ini adalah jalan yang harus kita lewati, dan tidak seharusnya kita sesali. Kita hanya saling mengisi, dan itu bukan sebuah kejahatan di bumi."
Jimin mengangguk tanda mengiyakan, bersamaan dengan kelopak matanya yang mulai terpejam. Wajahnya begitu damai, sedamai hatiku saat bersamanya.
Terima kasih, Jim. Kau memberiku keempatan untuk mengukir kenangan indah bersamamu. Sebelum sang waktu membawamu pergi dari sisiku.
Terima kasih, kau telah mengajarkanku tentang rasa cinta, rasa yang indah, meskipun aku tak tahu, kapan rasa itu akan berubah.
Terima kasih, kau lebih memilih menjadi teman, kau tetap bertahan tanpa melepaskan.
#End
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN || Oneshoot & Songfic
RomanceKumpukan cerita dengan cast Park Jimin Selamat datang di dunia penuh kehaluan😄💜💜