Aku menghampiri Ji Na. Dengan sangat perlahan aku melangkah, bahkan Ji Na pun tidak sadar bahwa orang yang mendekatinya adalah kakaknya sendiri. Sungguh, jika bukan karena aku bosan hanya berdiam diri dirumah karena sedang libur nasional ini, aku tidak akan mau keluar rumah.
"Omo! Bhakss!!!! Kenapa kau berpakaian begini dasar aneh!" Dengarlah, apa yang anak kecil ini katakan pada kakaknya sendiri.
"Kau ingin aku duduk atau kau ingin aku pergi dari sini?" Jawabku dingin.
Sebenarnya aku heran, mengapa perempuan di depanku ini masih dalam posisi awalnya, membelakangiku. Namun aku tau bahwa dia sedang menahan tawanya.
"Baiklah, duduklah kakak cantik. Dan asal kau tau, aku memilih cafe ini karena memang disini sejuk. Dan kau tidak perlu menutupi wajahmu itu. Disini aman. Hanya orang-orang terpilih yang kesini." Bicaranya asal.
"Bagaimana bisa kau tahu bahwa-- ASTAGA!!!!! RENATA!!!!!!"
Ya, perempuan yang duduk membelakangi ku sedari tadi adalah sahabatku, Renata.
"Hey, shhtt kau sangat berisik." Ucap sahabatku itu.
"Bagaimana aku tidak heboh, kau-- kau-- nyata? Bagaimana bisa kau kesini? Bagaimana dengan Hana? Sandy?" Kataku sedikit terkejut.
Saat Renata ingin menjawab, aku langsung memeluknya. Membuat nya bungkam untuk sesaat. Renata membalas pelukanku dengan lembut. Setelah itu melepaskannya karena ingin mengatakan sesuatu.
"Tentu saja aku nyata bodoh. Kau kira aku siapa? Casper? Jelas-jelas kau lihat adikmu sedang bersenda gurau dengan seseorang. Untuk pertanyaanmu yang bertubi-tubi itu, nanti akan ku jawab. Sekarang aku sedang lelah. Sebaiknya kita mencari udara segar." Saran yang dilontarkan Renata disambut dengan anggukan 2 perempuan didepannya.
Mengapa Renata datang secara tiba-tiba seperti ini?
-----------------------------------
"Bagaimana keadaan bunda dan papa?" Tanya Renata.
"Bunda baik, papa juga baik, mereka sedang pergi ke Jakarta untuk satu bulan. Ada urusan katanya. Tapi aku tidak tahu urusan macam apa yang diadakan saat libur nasional seperti ini." Jawab Ji Na.
Renata terlihat senang dengan penuturan Ji Na barusan. Karena mendapati papa dan bundanya baik-baik saja. Ya, dia sudah menganggap papa dan bunda layaknya keluarga sendiri. Toh juga aku tidak keberatan.
Bagus sekali pemandangan disini. Menatap langit Sungai Han yang sudah mulai senja, sambil meminum kopi ditemani orang tersayang. Sungguh menyenangkan. Aku sangat suka melihat pemandangan langit, membuatku tenang.
"Jadi kapan kau akan menjawab pertanyaanku wahai sahabat? Kita sudah disini sekitar 1 jam." Tanyaku hati-hati.
"Bona, apakah kau tau dimana Sandy berada saat ini?" Tanya Renata.
"Tentu saja tidak tau, jika aku tau mengapa aku bertanya?? Kau ini bagaimana sih. Memangnya kenapa dengan Sandy?" Jawabku polos.
"Saat kau pindah kesini pertama kali, 3 tahun yang lalu, sekitar 6 bulan setelah kau pergi, Sandy sama sekali tidak bisa kami hubungi. Pihak sekolah pun juga mencari nya kemana-mana. Tapi nihil. Rumahnya kosong, para tetangga tak tau mereka kemana. Kau tidak ingat? Bahwa selama kita berteman, kita sama sekali tidak tau siapa orang tuanya, bagaimana wajah orang tuanya." Ceritanya.
"Apa maksudmu dia menghilang? Apakah kau tidak melaporkannya ke polisi? Aku tidak suka ini. Kau datang membawa kabar buruk untukku. Yak! Sandy, dimana kau?!" Kataku putus asa.
"Jadi, maksudmu Sandy menghilang tanpa pamit begitu?" Tanya Ji Na antusias.
"Bingo! Dan aku takut, aku takut jika dia meninggalkanku, karena aku menyakiti hatinya da--" Aku tak tau, bercerita begini bisa membuat sahabat bar-barku ini menangis tertahan.
"Shht, sudah dilanjutkan dirumahku saja, disini sudah mulai dingin." Kata ku menenangkan.
.
.
.
Saat ini, kami sudah berada di rumah. Kami memutuskan pulang kerumah karena aku terkejut melihat Renata menangis saat bercerita. Aku takut beberapa mata akan menangkap kami. Dan kamera-kanera yang ada dimana-mana akan menangkap gerak-gerik kami. Aku tidak ingin menciptakan skandal, lagi."Minumlah susu coklat ini." Kataku sambil menyodorkan minuman hangat ini.
"Terima kasih."
"Tidak masalah. Jadi, maukah kau melanjutkan ceritamu tadi, supaya aku tidak mati penasaran."
"Aishh, kau ini. Tetap saja tidak berubah. Masih seperti yang dulu. Tidak sabaran. Ckckck. Hahahaha" Renata berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya meniru gaya ibunya jika menegur aku.
"Astaga, kau meniru gaya ibu. Aku merindukannya. Sampai lupa aku tidak bertanya kabarnya. Kau sih, datang-datang bawa kabar buruk." Kataku sambil tertawa.
"Ibu baik-baik saja. Dia berkata dia melihatmu saat kau menampilkan busana buatanmu itu. Sungguh, aku ingin sekali memakai busana buatanmu. Sungguh elegan aku suka." Katanya sambil memakan keripik kentang.
"Apa?!! Ibu datang?! Mengapa kau tidak memberitahuku dasar. Ouhhh aku ingat, Mr. Kang adalah sahabatnya kan? Aku baru menyadarinya." Ucapku dengan nada menyesal.
Mr. Kang, adalah desainer yang bekerja sama denganku. Dia adalah sahabat ibu Renata. Teman sma? Ahh, tak tau lah. Tidak penting membahas itu sekarang.
"Wajar sekali jika kau tidak mengetahuinya. Disitu banyak orang kan? Mana ada waktu kau melihat siapa saja yang datang ya kan?" Canda Renata.
Gubrak!
Aku terkejut mendengar ada suara barang jatuh dari arah dapur. Segera aku berlari menuju dapur, disusul oleh Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Gonna Be Alright #Wattys2019
FanficBukan menjadi masalah besar bagi Bona untuk melakukan apapun demi orang yang dia sayang. Namun, apakah orang tersebut juga melakukan hal yang serupa? Go read it everyone! 🙋