downpour

876 148 11
                                    

“This rain makes us meet, joke and laugh.”

»»——secret admirer——««

Hari ini cukup terlihat mendung. Sejak pagi sudah terasa dingin, walaupun panas tetap terasa dingin. Musim hujan.

"Tumben datang sepagi ini yeon?" Tanyaku kepada seoyeon yang sudah datang sedari tadi.

"Oh itu, takut keburu hujan hehe." Dia cengengesan.

Akupun ikut terkekeh.

"Kyung." Panggil seoyeon. Aku menoleh,

"Bawa jaket?" Tanya dia. Aku menggeleng,

"Kenapa?" Tanyaku.

"Kamu kan alergi dingin kyung. Nanti sakit bagaimana?" Saut nya tidak santai, lebih tepatnya khawatir.

Aku tersenyum, "Tidak apa-apa. Aku yakin aku kuat kok." Jawabku. Dia hanya menggeleng sambil tersenyum.

Aku memang alergi dingin, tapi jarang sekali bawa jaket. Bawa jika seperlunya atau disuruh saja.

Bukan cari penyakit, hanya mencoba untuk mandiri. Sepele sih, tapi berpengaruh besar terhadap ku.

Diluar sudah gerimis. Padahal masih pagi. Bel pun belum berbunyi. Semoga saja tidak begitu deras.

Dingin, itu yang aku rasakan. Bodoh memang, sudah tahu alergi tetap saja membangkang. Iya, aku.

"Diluar hujan, sepertinya guru belum pada datang, kamu tidur saja. Nih pake jaketku kalau butuh." Jelas seoyeon kepadaku. Dia memang tahu hal yang paling aku suka jika hujan,

Yaitu, tidur.

"Makasih hehe." Jawabku cengengesan.

Sebenarnya aku tidak mau dipandang lemah, tapi–kondisinya sudah begini apa boleh buat.

Segera akupun memejamkan mata. Memang terasa mengantuk.

Mungkin ada sekitar 30 menit aku tidur. Nyenyak.

"Masih belum ada guru juga yeon?" Tanyaku kepada seoyeon yang tengah bermain game. Dia hanya menggeleng,

"Belum, sepertinya mereka terjebak banjir atau macet." Jawab seoyeon tanpa menoleh.

Baru saja ingin kembali berbaring tidak sengaja aku melihat dia, Renjun.

Renjun, dengan baju dan rambut yang sedikit basah akibat air hujan.

Aku tersadar, dia membalas eye contact ku. Malu, itu yang kurasakan.

Dia tersenyum lalu melambaikan tangannya seolah-olah bersapa. Aku segera menghentikan eye contact kita.

Baru saja aku mengambil handphone dan hendak memainkannya, ada satu notifikasi chat.

Dengan segera akupun membuka isi pesan itu. Ternyata, dari Renjun.

Renjun
Tidak bawa jaket?
06.45
Kamu alergi dingin kan? Jangan membuat ku khawatir.
06.47

'Aku khawatir'

Khawatir? Aish!

Berhenti membuatku berpikir untuk ingin selalu bersamamu, Renjun!

Nakyung
Tidak. . . Salah kirim jun?
06.48

Renjun
Hah? Tidak kok.
06.48

Nakyung
Oh. . . Iya
06.49

»»——secret admirer——««

Sedari tadi pagi jamkos. Jam kosong, tidak ada guru. Dan sekarang waktunya istirahat. Aku tidak ke kantin,

Malas. Dingin juga.

Seoyeon sudah sedari tadi pergi ke kantin bersama Seungmin. Seungmin gabut katanya jadi pergi bareng seoyeon.

Rasanya ingin tidur terus dan terus. Suasananya sangat mendukung untum tidur.

Baru saja ingin tidur, ada yang menghampiri mejaku.

Aku mendongak, Terdapat dia.

"Ngapain jun? Nyari seoyeon? Seoyeon nya lagi k–" ucapanku terputus dipotong oleh renjun.

Dia menggeleng, "Ini. Dimakan ya, aku tau kamu dingin dan malas ke kantin. Iyakan?" Jelas nya sambil menaruh susu pisang dan satu roti diatas meja.

"Eh? Kok–tau?" Tanyaku gugup.

Dia tersenyum, "Aku tau semuanya tentang kamu–termasuk perasaan mu." Jawabnya. Aku melotot, "Heh! Apa-apaan." Jawabku kaget.

Dia terkekeh, "Bercanda." Jawabnya. "Sudah sana pergi, makasih." Jawabku sambil menyuruhnya pergi.

Dia hanya terkekeh sambil melaju pergi dan melambaikan tangannya.

Hujan sudah berhenti. Tapi masih terasa dingin. Dan sekarang sudah bel pulang.

"Yeon? Sudah dijemput ya?" Tanyaku kepada seoyeon. Dia mengangguk, "Maaf ya, ada urusan soalnya." Jawabnya.

Aku tersenyum, "Iya, gapapa kok." Jawabku. "Duluan ya! Jangan terlalu kedinginan nanti sakit!" Sautnya sambil berlari menuju gerbang sekolah.

Dan, tersisa lah aku sendirian disini menunggu jemputan.

Sudah mulai gerimis lagi. Dan terasa semakin dingin.

Aku menunggu ayah jemput. Sepertinya ada 20 menit lagi ayah baru sampai sini. Katanya kena macet dijalan, jadi terlambat menjemput.

"Sendiri aja?" Saut seseorang dari arah samping. Aku menoleh, mendapatkan Renjun yang sedang tersenyum.

"Huh? Iya." Jawabku. "Menunggu jemputan?" Tanya dia. Aku mengangguk.

"Pakai." Katanya sambil mengasihiku jaketnya. Aku menampilkan wajah bingung, "Pakai,Ini dingin. Aku tahu kamu kedinginan." Jawabnya.

Aku menggeleng, "Tidak usah. Sebentar lagi ayahku sampai kok." Jawabku menolak. "Tidak apa-apa, pakai saja. Aku akan menemanimu disini." Jawabnya.

"T-tidak usah! Ini saja sudah cukup." Jawabku gugup. Dia tersenyum, "Tidak apa-apa, itung-itung belajar jadi calon pacar yang baik." Jawabnya.

"Ngawur!" Kataku kesal. Dia hanya terkekeh.

Sudah sekitar 20 menit aku menunggu ditemani Renjun. Tanpa ada pembicaraan lagi, hening sedari tadi. Masih terasa canggung.

Tin tin!

Suara klakson mobil ayah. Aku tahu itu.

"Nakyung! Ayo." Saut ayah sambil membuka jendela mobil. Aku mengangguk, "Duluan jun. " Kataku sambil melaju pergi.

Dia hanya tersenyum. Dan mobil ayah pergi untuk pulang.

Ah, Jaket renjun tertinggal! Ceroboh sekali aku ini!

"Tadi pacarmu nak?" Tanya ayah. Aku segera menggeleng, "Bukan yah!" Jawabku reflek. Ayah terkekeh, "Cocok kok. Kapan-kapan bawa kerumah ya!" Jawab ayah bergurau.

"Ayah! Dia bukan pacarku." Jawab kesal. Lagi-lagi ayah hanya terkekeh.

»»——secret admirer——««

sei, 2019

[✓] PENGAGUM RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang