09 | seviolet

1.5K 89 4
                                    

"Gak bisa diomongin baik-baik emang?"

"Ya gimana? Lo aja tadi ngomong sama dia bukan dengan cara yang baik." Cowok itu menunjuk seorang cewek yang sedang terdiam menatap makanannya di meja yang lumayan jauh.

"Tapi gak bisa kayak gini lah! Masa cuma gini aja lo putusin gue."

"Daripada ribut terus kayak gini? Hubungan kita juga mati, gak seperti layaknya pasangan." Sean melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo juga gak ada usaha."

"Gue juga gak tahu selama ini lo sayang sama gue atau enggak."

"Gue sayang sama lo," ucap Althena wajahnya sudah berkeringat. "Tapi lo gak kan?"

"Iya." Jawab Sean santai. "Udah enggak. Males, ngapain amat. Buang-buang waktu, tenaga, emosi, nguji kesabaran banget."

Mendengar itu, Althena pergi meninggalkan Sean. Ia berlari hingga tak terlihat lagi bayangannya di kantin.

Sean memutar bola matanya malas. Dengan cepat ia melangkah menuju Violet.

"Hey, nangis?"

"Udah gak usah dipikirin. Alay!" Ucap cowok yang baru duduk di hadapan Violet. Percayalah ejekan itu hanya dibuat-buat olehnya agar cewek yang ada di hadapannya itu berhenti menangis.

Ia menghapus setetes air mata yang belum sempat dihapus. "Tuh kan nangis," gumamnya halus.

"Aku dikatain perusak hubungan orang."

"Enggak. Udah lanjutin aja makannya. Gue juga kecewa sama dia, udah dari lama mau gue putusin dan akhirnya sekarang baru terjadi."

Bertepatan dengan itu isaknya kembali terjadi meski tidak bersuara, tapi Sean mengetahui ketika tiba-tiba Violet menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Lah nangis lagi?" Sean kembali panik.

"Tuh kan kamu putus, pasti kalian berantem gara-gara tadi?!"

Sean menggeleng. "Sotoy lo."

"Udah dong Vi, emang dia orangnya kayak gitu—gak tahu diri," ucapnya halus menenangkan Violet.

Ingin rasanya Sean mendekap Violet, tapi sayangnya ia bukan siapa-siapanya, ditambah ini masih di dalam area sekolah. Cowok itu menjulurkan tangannya dan menyingkirkan kedua tangan itu dari wajah Violet.

Ia menghapus air matanya, mengusap pipi Violet dengan ibu jarinya. "Yang punya hubungan gue, jadi gue tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan itu sama sekali bukan lo penyebabnya—si Althena aja yang alay."

"Jangan dipikirin. Bentar lagi ujian, bisa-bisa lo gak fokus belajar."

Tidak menjawab, hanya mencoba menahan tangisannya agar tidak terjadi lagi. Jujur, Violet tidak mau mempunyai musuh, tapi ia sudah bisa menebak kalau Althena sudah benci kepadanya.

"Nanti kita ke panti, biar lo terhibur sama mereka, oke?"

Violet mengangguk lalu tersenyum tipis. "Makasih ya. Aku mau peluk Sean rasanya."

Cowok itu tersenyum miring. "Najis lo kayak anak TK." Setelah itu Sean meraih tangan Violet dan membawanya ke tengah meja. Ia menggenggam tangan cewek itu sambil berkata, "lo kalo nangis lagi gak bakal gue kasih nebeng tiap hari, gak bakal gue teraktir kayak gini lagi, gak bakalan gue anterin kemana-mana."

"Tapi aku takut."

"Ngapain takut?"

"Takut tiba-tiba Althena dateng terus marah-marah sama aku."

"Kan ada gue," sela Sean. "Udah yuk balik ke kelas."

* * *

"Guysss!!! Abis penilaian akhir kita bakalan kemah, YEAYYYY!!!" pekik Rino yang baru saja masuk ke dalam kelas.

seviolet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang