18 | seviolet

1.3K 91 14
                                    

Keadaannya semakin hari semakin membaik. Plester di hidungnya juga sudah dilepas, Sean pun bisa beraktivitas berat lagi dibanding yang sebelumnya.

Ujian nasional sebentar lagi, rencana perpisahan juga pelepasan yang Sean dan tim lainnya atur juga sudah resmi akan di adakan sebelum promnight. Semua acara itu diadakan di luar wilayah sekolah, dan semua siswa menyetujui rencana itu.

Ada satu hal yang berat untuk Sean lakukan, dan ia akan berusaha semampunya untuk tidak melakukan itu. Ia menyayangi apa yang harus ia sayangi, dan jika sudah sayang ia tidak akan bisa melepaskannya begitu saja.

Sulit memang. Seperti kisahnya dulu pada Althena. Jika kalian mengira Sean tidak pernah sayang pada Althena, jawaban kalian tentu salah. Sekarang pun rasa sayang itu masih ia rasakan, tapi di tempat yang berbeda—bukan seperti dulu lagi.

Sean menghela napasnya. "Hm, tugas, ujian, Liza, Violet," desisnya.

"Gue sayang sama lo Vi," gumamnya hampir tak dapat didengar oleh siapapun—meski sekarang tidak ada orang lain di ruangan itu. "Gue gak bakal segampang itu lepasin lo."

Cowok itu mengusap wajahnya, ia berusaha menetralkan pikirannya kembali. Ia tidak bisa terlalut dalam pikiran ini semua. Yang harus ia lakukan adalah berusaha mendapatkan kepercayaan pacarnya lagi dan meyakinkannya untuk tidak mengulang itu semua. Ia berusaha untuk tidak berpikir jauh lebih dulu, Sean ingin menikmati semuanya selagi mungkin.

Jika nanti takdir memang berkata lain, mau tidak mau dengan berat hati cowok itu berusaha menerimanya. Hmm.. lagi-lagi ia berpikir jauh.

Cukup. Sean harus fokus pada tugasnya sekarang. Ia harus mengejar impiannya, juga membantu Violet agar mendapatkan cita-cita dan impiannya. Menurutnya sukses harus dijalani bersama, tidak boleh mau menang sendiri, sukses sendiri, kaya sendiri. Sungguh itu bukan pendiriannya.

Yang Sean inginkan adalah sukses bersama orang-orang yang sudah berjuang bersama—terutama bersama orang yang Sean sayang.

"SEAN!" sergah Adnan yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas. "Buset yang lain olahraga, lo dengan enaknya ngadem di dalem kelas."

"Gue udah izin Nyet. Udah sana pergi, hush!" Usir Sean mengibaskan tangannya.

"Najis, najis! Punya temen kayak gini najis banget asli!" Adnan berdecih. Seketika matanya berbinar ketika mengingat dan menyadari apa yang sedang terjadi. "Couple sejagad di kelas ini sepertinya lagi kemasukan the thrid person ya?"

"Aduh galaknya ilang deh lo. Kemana Sean yang galak selama ini? Lemah banget sekarang lo sama cewek. Udah ketahuan dia suka sama lo, masih aja dikasih jalan. Akibatnya ceweklo juga yang sakit hati kan, Nyet," papar Adnan menasehati dengan hinaan yang cukup dalam juga.

Sean mengerti maksud Adnan, ia sama sekali tidak sakit hati dengan ucapan itu. Ada benarnya juga, tapi kenapa bisa seperti ini? Jujur ia sering kali menolak semuanya tapi pada akhirnya ia juga yang kalah—dan itu semua juga karena dipaksa oleh teman-temannya.

"Violet tadi nanyain lo kenapa gak ikut olahraga," ujar Adnan membuat Sean menoleh dan tertarik mendengar lanjutan dari ucapan itu. "Gue bilang ada urusan. Dia cuma bilang 'oh' terus ketawa lagi bareng Alyfia, Camila sama yang lain."

Ia mengangguk kecil. Sean masih bisa bersyukur Violet bisa tertawa bersama teman-temannya di sekolah. Jujur laporan Noah semalam membuat Sean bingung harus melakukan apa.

Violet banyak merenung, jarang keluar kamar, dan terlihat matanya yang sembab. Noah berucap jika ditanya Violet hanya menjawab 'iya kecapek-an abis belajar'. Om David sempat khawatir kalau nilai Violet akan menurun karena pacaran.

seviolet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang