26 | seviolet

1.3K 78 28
                                    

"Lo serius masih mau disini?"

Cowok itu mengangguk. Ia belum bisa pergi dari kota ini. Meskipun mengharuskan ia pergi, tapi hatinya tidak tenang kalau belum melihat cewek itu sadar. Paling tidak, ia lepas dari masa kritisnya, dan sepertinya ia jadi melanjutkan kuliah di kota ini.

Sedangkan Alden, lusa adalah jadwal keberangkatannya ke Amerika untuk melanjutkan sekolah. Sudah cukup satu minggu lebih ia menemani Sean di Malang.

Punggung tangan Alden memukul pelan bahu Sean. "Jaga diri baik-baik, bro."

"Lo yakin mau naik kereta?"

"Iya. Ngirit ongkos buat kuliah," jawab Alden.

"Ngirit atau pelit?" Sean terkekeh.

"Lo itu mah. Pelit,"

Cowok itu terbahak. "Bangkee."

"Yaudah keretanya udah dateng. Pamit, bro!"

Mereka ber-highfive sebelum Alden masuk ke kereta.

"Hati-hati," ujar Sean.

Cowok itu masuk ke dalam kereta. Dari dalam sana terlihat Alden menempelkan dua jarinya di pelipis kemudian di angkatnya ke udara, dan Sean melakukan hal yang sama.

Setelah kereta itu sudah melaju cepat, Sean kembali ke parkiran. Ia masuk ke dalam mobil, setelah itu melajukan mobil silvernya cepat ke rumah sakit.

Noah meminjamkan mobilnya pada Sean bukan untuk mengantar Alden. Tapi selama cowok itu disini, mobil itu akan terus bersama Sean untuk mempermudahnya agar tidak perlu menaiki ojek online ataupun angkutan umum.

Sampai di rumah sakit, Sean langsung masuk ke ruang ICU.

"Eh Sean," ujar pria itu.

"Om.." Sean tersenyum dan mendekat. Ia mencium punggung tangan pria yang ada di depannya. "Gimana keadaan Violet?"

"Masih sama, belum ada yang berubah," jawab David. Pria itu berdeham. "Sean, saya mau bicara sama kamu."

"Boleh," balas Sean.

"Kita ke kantin aja." Pria itu keluar dari ruangan disusul oleh Sean.

Sampai di kantin, mereka tidak memesan apapun. Mereka hanya duduk di bagian out door-nya.

"Saya minta maaf, ya." David to the point. "Tapi mohon kamu ngerti soal yang pernah saya ucapkan sama kamu."

"Saya gak punya maksud apapun. Sekarang, kamu boleh jaga Violet, boleh datang sesukamu."

Sean mengangguk paham. "Saya ngerti. Kalau saya di posisi Om, saya pasti akan melakukan hal yang sama demi kesuksesan anak saya."

David tersenyum, ia menepuk bahu Sean kemudian berdiri. "Yasudah, saya mau pulang dulu. Jaga Violet, ya."

"Iya Om, siap!"

Setelah David pergi, Sean memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sambil berjalan, cowok itu membuka ponselnya untuk menelpon sang papa.

Sean masuk ke ruangan Violet. Ia menutup pintunya kembali dengan perlahan, kemudian berjalan ke arah jendela.

"Halo, Pa?"

"..."

"Belum Pa. Kayaknya kalau dia belum sadar juga, Sean bakal sekolah disini. Gak papa, kan?"

"..."

"Iya, doain, ya."

Sean menutup teleponnya. Setelah selesai menghubungi Damar, cowok itu kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia beralih pada cewek yang masih terbaring di ranjang.

seviolet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang