12 | seviolet

1.2K 85 22
                                    

Udara sejuk pagi ini di curug membuat mereka semua semangat dalam perjalanan. Ada yang menikmati camilan yang mereka bawa, ada yang berfoto ria di air terjun yang indah, juga berenang dan bermain air.

Beda seperti seorang gadis yang sedang kumpul bersama teman-temannya. Ketika teman-temannya sedang membicarakan hal-hal seru, bergosip ria, dan ia hanya termenung, memandang ke sembarang arah.

Semalam dia sempat menangis, dan hanya teman-teman dekatnya saja yang mengetahui bahwa ia sedang menangis. Disaat semuanya tertawa, bersorak ketika acara api unggun, cewek itu malah meneteskan air matanya.

"Althena udah dong, jangan ditangisin lagi. Lu cantik dan masih banyak kok cowok yang mau sama lu," ujar Nata ketika melihat temannya yang tidak ikut tertawa bersama.

"Beda, Nat," gumamnya.

"Kalau dia udah gak sayang, ngapain masih diharapin? Nyakitin hati," timpal Bridget.

Sedetik dari itu seorang cowok yang selalu membawa kameranya kemana-mana lewat.

"Eh Sean, sini," tegur Nata.

Cowok itu berhenti dan mengangkat satu alisnya. Diliriknya disana ada Althena yang sama sekali tidak memandangnya.

"Apa?" tanyanya setelah mendekat ke arah cewek-cewek rempong itu.

"Cewek lo nangis nih." Ujar Lidya membuat Sean mengernyit. "E-eh mantan, gue lupa."

Sean tahu yang dimaksud dengan ceweknya itu adalah Althena. Tapi mengapa ia yang dipanggil, sedangkan cowok itu tidak merasa telah menangisinya.

"Kenapa?"

"Dia masih sayang sama lo Se," ujar Nata.

"Masa?" tanya Sean meyakinkan.

"Beneran. Ini nangis gara-gara lo nyanyiin Violet di api unggun kemarin," papar Lidya.

"Oh. Kirain emang gak pernah sayang dari dulu," celetuk Sean.

"TUHKAN ELO MAH, KELUAR LAGI AIR MATANYA," teriak Nata kesal dengan ucapan Sean.

"Apaansi?! Gue mulu yang disalahin." Cowok itu masih menahan agar tidak berteriak. "Kemarin gue nyanyi sama temen-temen setenda gue, kenapa cuma gue yang disalahin?"

"Lagian, semalem tuh buat seneng-seneng. Gak usah ikutan kalau cuma mau nangis doang mah," cecar Sean terus berucap.

"Gue sama dia udah putus, kenapa kalian masih nyalahin gue? Gue putus juga karena siapa? Karena dia."

Sungguh Sean tidak suka disalahkan. Meski ia tidak tega melihat Althena yang semakin lama semakin terdengar isakannya, tapi Sean tidak mau seakan-akan semua ini dia yang salah.

"Udah Al, jangan nangis," gumam Bridget seperti berbisik.

Cowok itu mendengus. "Lo semua pergi," cetus Sean menunjuk semuanya yang ada disana—sedangkan Althena.

"Kok lo ngusir?!" ujar Lidya mulai sewot.

"Pergi, pindah tempat. Kecuali Althena."

"Udah lah, Lid, gue rasa Sean mau nenangin Althena," bisik Bridget.

Mendengar ucapan Bridget semuanya pun pindah tempat, meninggalkan Althena sendirian. Sean maju dan dudu di sebelah kanan cewek itu, tak kuat Althena pun berdiri berniat meninggalkannya. Tapi langkahnya terhentikan ketika Sean menahan pergelangan tangannya.

"Duduk," ujar cowok itu tanpa ekspresi.

"Lo kenapa nangis?"

Tidak dijawab.

seviolet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang