03 | seviolet

1.5K 99 5
                                    

Pagi tadi seperti biasa Violet pergi ke sekolah bersama dengan Sean. Ternyata Adnan salah, Sean memang baik dan tidak pelit. Meskipun sering kali Sean mengoceh karena dirinya, tapi cowok itu tetap melakukan dan memberikan apa yang Violet minta.

Yang masih Violet pertanyakan, mengapa Althena tidak pernah Sean ajak untuk kumpul bersama mereka. Padahal hampir setiap hari cowok itu bersama Violet dan Adnan.

Keadaan di dalam kelas saat ini sangat ramai karena tidak ada guru, dan mereka memutuskan untuk duduk di depan kelas sambil menunggu bel pulang berbunyi. Di bangku yang panjang hanya ada Sean yang sibuk dengan hobinya yaitu mengedit foto di laptopnya dan Adnan sedang mengerjakan tugasnya yang belum selesai. Sedangkan Violet berdiri terdiam memperhatikan lapangan di bawah yang sedang digunakan oleh beberapa anak untuk bermain basket.

"Se, liat deh, emang ada yang salah ya? Gue udah ngitung berkali-kali hasilnya tetap segini, tapi kok di opsinya gak ada?" Adnan menggeser bukunya agar bisa lebih mudah dilihat oleh Sean.

"Lo yang salah kali, coba hitung lagi," balas Sean tanpa berpaling sedikit pun dari laptopnya.

"Gue buang ya Se, laptop lo. Liat dulu kenapa sih?! Kebiasaan lo," semprot Adnan lama-lama kesal mendengar respon Sean.

Sean berdecak, ia mengubah posisinya menjadi duduk di lantai seperti Adnan dan menarik buku tulis milik cowok yang ada di sebelahnya itu.

"Ye, lo bego," celetuk Sean. Ia menunjuk letak kesalahan jawaban yang tadi Adnan kerjakan. "Ini yang diminta di soal itu panjang sisi persegi, jadinya lo harus buat persamaan dulu dalam variabel s."

"Lo malah nyari volumenya, udah jelas-jelas tertera disini diketahui volume adalah dua belas. Coba hitung ulang, ganggu gue ngedit aja lo!" Sean menggeser bukunya ke hadapan Adnan kembali dan mengubah posisi duduknya menjadi di atas bangku seperti sebelumnya. "Makanya baca soal, liat gambar yang bener."

Adnan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh tadi ia benar-benar tidak melihat letak angka itu dan Adnan seperti sudah menjawab soal-soal itu dengan sangat benar, tapi mengapa setelah diperiksa oleh Sean skor yang Adnan dapatkan seakan-akan seperti ia hanya menjawab dua dari sepuluh soal.

Di samping itu, Violet mengalihkan pandangannya ke arah kedua temannya yang sudah kembali tenang.

"Sean, Adnan, sini deh!" panggil Violet.

Sean hanya berdeham tanpa mengindahkan ucapan Violet.

"Bentar Vi, gue lagi beresin ini sebentar. Lo kalau mau tanya-tanya sama Sean dulu," ujar Adnan seraya membuka kalkulator di ponselnya.

Sean meletakkan laptopnya di bangku, ia memukul tangan Adnan. "Ngandelin kalkulator! Harusnya lo mikir nanti ujian pengawas dua, cctv depan belakang, masih mau minta pertolongan kalkulator?" tuturnya seraya berdiri kemudian menghampiri Violet. "Kenapa?"

"Kamu kenal dia?" ucap Violet menunjuk salah satu anak yang ada di lapangan basket.

"Mana sih?"

"Ih itu, yang pegang bola tuh!" seru Violet.

Sean menyipitkan matanya. "Dia? Yang pakai headband?"

"Iya yang itu, namanya siapa? Dia kapten basket, ya?"

"Venus, anak IPA satu, iya dia kapten basket. Kenapa? Suka?" Sean bertanya balik ketika melihat pandangan Violet yang terlihat terpesona oleh cowok yang sedang bermain basket itu.

Violet tersenyum. "Ganteng ya. Kamu deket gak sama dia? Kalo deket, kenalin dong Sean! Dia pinter gak?"

"Pinteran gue. Dia masih peringkat lima di satu angkatan, gak ada apa-apanya," celetuk Sean tidak mau kalah.

seviolet [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang