Bel sekolah sudah berdering sejak limabelas menit yang lalu. Mata pelajaran pertama tentu sudah berlangsung di masing-masing kelas. Namun dua murid laki-laki yang sudah klop dari segi apapun itu baru saja tiba di sekolah. Dengan penampilan yang jauh dari kata rapi, mereka percaya diri sekali datang terlambat. Baju yang sengaja tidak dimasukkan. Kerah tidak berdasi. Hah!
Akira melirik mereka dengan tatapan geram. Sebetulnya dia paham sekali tabiat dua muridnya yang kerap wara-wiri di ruangan BK itu, dia tahu alasannya. Namun entah kenapa mulutnya masih tetap saja gatal ingin bertanya. Padahal dia sudah tahu apa jawaban yang akan keluar dari mulut mereka. "Kenapa kalian bisa terlambat lagi hari ini?" tanya Akira.
Nasu meringis lebar. "Jadi gini, Miss, semalem saya telfonan sama pacar saya yang di luar negeri kan. Trus kebablasan sampe pagi. Trus ya udah akhirnya saya bangun kesiangan deh. Hehehehe."
Akira mengembuskan napas lelah. "Kyoya?" Perempuan itu ganti menatap Kyoya.
"Saya nemenin Nasu telfonan sampe pagi, Miss. Ya udah akhirnya kita sama-sama bangun kesiangan trus berangkatnya telat deh," jawab Kyoya sambil menoleh ke arah Nasu dan Akira secara bergantian.
"Betul itu, Miss," seru Nasu membenarkan.
Nasu dan Kyoya memang begitu. Suka menjawab seenaknya. Tidak takut sama sekali dengan Akira yang santer dikabarkan sebagai guru galak yang suka marah-marah. Malah dua bocah sinting itu suka sekali membuat keributan-keributan kecil hanya agar bisa berinteraksi dengan Akira. Gila? Anggap saja begitu.
"Kalian pikir saya percaya?"
"Enggak," jawab Nasu dan Kyoya bersamaan. Kemudian mereka berdua sama-sama meringis lebar. "Miss, kalau percaya sama saya nanti jadinya musyrik. Percaya itu sama Allah. Tapi kali ini Miss Akira harus percaya sih sama saya," Nasu menambahkan. Kyoya turut mengangkat jempolnya, menyetujui.
Akira tidak berniat sama sekali untuk menggubris candaan dua murid bandelnya itu. Sambil menatap Nasu dan Kyoya bergantian, dia berkata, "Keliling lapangan. Lima kali."
"Yah yah yah, Miss, kok gitu?" protes Nasu.
"Oke. Sepuluh kali." Akira melipat gandakan hukuman.
Kyoya mempersiapkan jurus merayunya. Sambil memasang senyum yang dimanis-maniskan, pemuda tampan itu berkata, "Miss, jangan sewot-sewot gitu, dong. Jadi kelihatan cepet tua lho ntar. Kaya saya gini nih, senyum terus tiap saat. Biar kelihatan always young hehe."
Tunggu sebentar. Sepertinya Akira tidak asing dengan potongan kalimat Kyoya. Entah dimana dan oleh siapa, Akira merasa pernah mendengar kalimat itu.
"Miss Akira nih ya kalau sama kita-kita suka galaaaak banget. Tapi kalau sama Mister Masato aja suka senyum-senyum kalem. Ini diskriminasi mah namanya. Padahal kita kan sama-sama cowok ganteng juga. Eh tapi jujur ya, Miss Akira sama Mister Masato tuh emang serasi loh kalau saya lihat-lihat." Tiba-tiba saja Nasu berbicara melantur kesana-kemari. Akira semakin kesal dibuatnya. Tidak wali kelasnya, tidak anak didiknya, kenapa sih suka sekali menjodoh-jodohkan dirinya dengan Masato? Kan belum tentu mereka nyaman dijodoh-jodohkan seperti itu. Ah, dan ngomong-ngomong, panggilan Miss untuk Akira itu tercipta karena kebiasaan mereka berdua yang memanggil Masato dengan sebutan Mister. Entahlah, mereka berdua itu memang suka seenaknya.
"NASU. KELILING LAPANGAN. LIMABELAS KALI. SEKARANG."
Nasu membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian di saat yang bersamaan, dia menangkap sosok pemuda berseragam sama seperti dirinya tengah berjalan masuk ke halaman sekolah juga. Buru-buru pemuda itu berteriak. "HIROKI!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Up (Vol. 02)
FanfictionSeiring berjalannya waktu, kita akan terus tumbuh dengan berbagai macam perasaan yang menyertai. Sesekali membenci, sesekali menginginkan pergi, kemudian mencintai setengah mati. Begitulah hidup. Ini kisah mereka, keluarga mereka. Tentang bagaimana...