CHAP 6 ¤ Alexa

72 5 0
                                    


Malam tiba dengan begitu cepat. Matahari telah berganti dengan bulan.

Seorang gadis tertidur nyenyak di ranjangnya.

Namun, selang beberapa saat. Keringat bercucuran dari dahi sang Gadis. Raut wajahnya terlihat terusik dan gelisah.

"Akh!" Pekik Gadis itu, matanya terbuka lebar tatkala rasa sakit menyerang dadahnya.

Sesak! Seakan oksigen disekitarnya berkurang.

"S-sesak!" Gadis itu berputar kekiri dan kekanan di atas ranjangnya. Sambil memegangi dadahnya yang terasa sesak.

"T-tolong!"

Brak!

"Atha!" Eyden masuk dengan raut wajah khawatir. Pintu kamar Athena dibukanya dengan kasar.

Setelah mendengar teriakan seorang gadis yang berasal dari sebelah kamarnya, Eyden langsung terbangun dan dengan tergesah-gesah berlari menuju asal suara.

"Atha, kau kenapa?" Tanyanya dengan nada khawatir. Ia mendekat dan berusaha menenangkan Athena yang masih berputar-putar di atas kasur dengan kedua tangan yang menekan dadahnya.

"S-sakit!" Athena berusaha menjawab, walaupun sangat sulit untuk mengeluarkan suara disaat seperti ini.

"Bertahanlah sebentar"

Dengan penuh hati-hati, Eyden menaruh tangannya diatas tangan Athena yang berada di dadahnya.

Ia mulai mengeluarkan kekuatan medisnya untuk menyembuhkan gadis itu.

Perlahan sakit di dadah Athena berkurang. Eyden menarik tangannya lalu menatap gadis itu.

"Merasa lebih baik?" Tanya Eyden.

"Ya, ini jauh lebih baik." Balas Athena.

Tangan Eyden kembali terulur untuk menyentuh dahi Athena, menepis keringat yang bercucuran di dahinya. Dan entah dorongan dari mana, ia mengecup dahi gadis itu dengan lembut.

"Kembalilah tidur," ucap Eyden.

"Temani aku." Athena menatap Eyden penuh harap. Berharap pria itu mau menemaninya. Karena ini pertama kalinya dalam hidup Athena, merasa sesak nafas seperti tadi. Layaknya ada seseorang yang membekap mulut dan hidungnya, dan meremas jantungnya. Sangat sakit!

Eyden melihat sirat ketakutan, dan kesakitan di mata Athena. Dan ia tak akan menolak jika sang Dewa menyuruhnya memberikan jiwanya untuk menghalau rasa takut dan sakit gadis itu.

Dengan senyuman, Eyden mengangguk. "Akan kutemani."

Athena sedikit bergeser, untuk memberi ruang pada Eyden agar bisa berbaring di sebelahnya.

Eyden merangkul Athena, membawa gadis itu tidur di dalam pelukannya sekali lagi.

>>>>>|<<<<<

Diruangan yang minim cahaya, geraman seseorang terdengar.

Tatapannya tak lepas dari bola sihir didepannya, yang menampilkan sepasang manusia berbeda jenis tengah tidur bersama disatu ranjang.

"Sein itu.. rupanya ia ingin menantangku!" Ucap pria itu penuh kemarahan.

Netranya berubah menjadi hitam pekat. Ia akan mengingat perbuatan pria itu. Dan akan memusnahkannya bersama dengan Ratu sialannya!

Tok

Tok

"Masuklah"

"Salam, kawanku." Orang itu menyapa.

Naru menengok, melihat siapa hendaknya yang datang.

Ia menatap pria didepannya dengan tatapan datar.

"Tak usah berbasa-basi. Langsung keintinya saja, bajingan." Sersaknya.

Sang lawan bicara tersenyum sinis, "aku membawa kabar penting. Namun sepertinya, kau tak menginginkan kehadiranku. Permisih."

"Biadab kau! Cepat katakan atau tamatlah riwayatmu!" Emosinya sudah menggebu-gebu.

"Hey, tenangkan dulu emosimu. Barulah akan kuberitahu." Balas pria itu.

Naru menutup matanya, lawan bicaranya benar-benar membuatnya emosi. Namun ia tetap menahannya.

Perlahan, netranya kembali seperti semula, abu-abu, warna asli matanya.

Sang lawan bicara tersenyum puas.

"Aku membawakan seseorang yang dapat membantu kita menaklukan gadis manis itu." Ucap pria itu.

"Jika tak mengingat bahwa kau pernah menyelamatkanku, sudah ku musnahkan dirimu, Rexa!" Balas Naru.

Rexa, kawan Naru. Pria bajingan yang tadi berhasil mempermainkan emosi kawan lamanya itu menyeringai.

Ia mempersilahkan seseorang yang sedari tadi berdiri dibelakangnya. Menyaksikan drama mengerikan yang dimainkan dua sejoli itu. Berjalan maju dan membungkuk hormat.

"Salam, Tuan." Sapanya.

"Siapa kau?"

"Saya, Alexa. Mantan pengikut Arkeos."

Naru membulatkan matanya mendengar penuturan gadis didepannya.

"Penghianat." Lirihnya.

"Apa yang kau tawarkan padaku? Pastikan itu membantu atau inilah akhir hidupmu." Lanjutnya melontarkan ancaman.

"Saya masih terikat dengan tempat suci itu, Yang Mulia. Maka mereka tak akan tau bahwa saya adalah petaka bagi mereka." Ucap Alexa.

Naru mengangguk, mengerti dengan maksud gadis dihadapannya. Namun tak semudah yang kalian pikirkan untuk mendapatkan kepercayaan sang Penguasa Kegelapan.

"Kau masih terikat dengan tempat busuk itu, kau penghianat, apa yang dapat kau buktikan agar aku dapat mempercayaimu?"

Alexa menarik nafas, "Setahun yang lalu, orang tua saya menghilang. Saya stres dan hampir bunuh diri, namun Tuan Rexa menyelamatkan saya. Ia membawa saya melihat kedua orang tua saya, mereka bahagia. Tanpa saya. Kami adalah pengikut setia Arkeos, walaupun keberadaan tempat itu masih menjadi misteri. Kami percaya bahwa kebahagiaan berasal dari tempat itu. Namun, Arkeos mengecewakan saya. Dan saat itu juga, saya bersumpah akan membalas sakit hati ini."

Naru bangkit, mendekat kearah gadis berambut coklat itu, mengusap puncuk kepalanya yang sedang menunduk.

"Kita akan membalas tempat busuk itu. Kau kuterima, jangan kecewakan aku. Lexa!"

Alexa membungkuk hormat, "Terima kasih, Tuan."

Gadis itu keluar dari ruangan Sang Penguasa Kegelapan. Hanya tersisa Naru dan Rexa didalam sana.

Rexa duduk disofa ruangan itu tanpa permisih, ia menatap Naru yang sedang menatapnya penuh selidik.

"Itu ulahmu. Dasar bajingan." Tutur Naru.

Rexa tersenyum sinis, "kau harusnya bersyukur memiliki kawan licik sepertiku, Naru."

"Aku merasa ada yang aneh dari gadis itu. Jika terjadi sesuatu, bersiaplah untuk meninggalkan dunia ini, biadab!"

"Oh, ayolah. Coba sekali saja kau mempercayai kawan tampan nan licikmu yang satu ini. Aku tak akan salah memilih pengikut." Balas Rexa

"Katakan, berapa banyak pengikut yang ku kirim untukmu? Dan berapa banyak penghianat diantara mereka?" Lanjut Rexa.

Naru terdiam, membenarkan perkataan pria didepannya.

"Aku bersungguh-sungguh akan membunuhmu kelak, kau sangat mengesalkan!" Ucap Naru.

"Akan kutunggu saat itu, Tuanku! Haha, aku pamit." Rexa berdiri dan meninggalkan ruangan itu.

"Kawan sialan! Aku lupa sejak kapan mengangkatnya sebagai orang yang dapat kupercaya. Astaga.." Naru bergumam sambil menggelengkan kepalanya.

####

TBC

⬇ KLIK THE STARS;)

ATHENA - the protector Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang