Rawat Inap

14 2 0
                                    

Pertama kalinya dirawat, aku susah tidur hingga pukul 1 pagi. Selain tak mengantuk, nyamuknya juga banyak sehingga mataku semakin terjaga. Aku bingung harus apa lagi, melihat status orang di sosial media sudah puas. Bahkan hampir semua instagram story sudah aku lihat, sampai tak tersisa, dari banyaknya orang yang aku ikuti. Hingga akhirnya aku membuka youtube dan memilih untuk nonton orang mengaji. Perlahan mataku terpejam, masuk ke alam mimpi.

🌼🌼🌼

Pukul 5 pagi aku terbangun karena getaran alarm di hpku. Tak lama kemudian ada seorang wanita masuk dengan membawa nampan yang terdapat semangkok bubur dan teh manis hangat. Diletakkanlah di atas lemari, kemudian dia keluar. Aku membuka aplikasi yang bergambar logo telepon warna hijau, melakukan hal yang sama seperti beberapa hari kemarin di grup kerja. Ada beberapa yang membalas dan mendoakanku supaya cepat sehat.

Beranjak dari ranjang menuju toilet, letaknya tak jauh dari ruang rawatku. Berjalan seraya membawa infus, entah mengapa aku merasa sedih melihat kondisiku saat ini. Kembali ke ruangan, menghabiskan sarapan yang sudah disediakan. Bagaimana rasa makanannya? Rasanya hambar karena keadaan lidahku yang kurang baik. Seenak apa pun masakannya, masakan Mama tetap yang nomor 1 dan selalu dirindukan.

Wanita tadi kembali ke ruanganku, tetapi kali ini dia membawa sapu dan melakukan pekerjaannya. Setelah dia keluar, selang beberapa menit suster datang mengecek kondisi badanku serta membawa obat dan sirup. Aku akan minum obatnya setelah suster keluar, karena malu. Aku malu jika semisalnya muntah pas minum obat di depan suster.

Walau sejak umur 7 tahun aku minum obat sampai beberapa bulan, tetap saja aku sangat membencinya. Apalagi rasanya yang begitu pahit dan ukurannya besar, membuat tenggorokanku enggan menelannya. Tetapi orang tua memaksa untuk meminumnya demi kesembuhanku.

Waktu kelas 1 sekolah dasar aku menderita sakit hidung dan juga telinga. Awalnya hidung, berdarah dan mengeluarkan bau tak sedap. Bukan mimisan, seperti ingus tapi dia berwarna merah. Entah apa namanya, aku pun tak tahu. Setelah sembuh, beberapa bulan kemudian ganti telingaku.

Ketika aku membersihkan telinga kanan dengan cotton bud, yang didapat justru darah segar. Aku pun teriak karena ketakutan dan rasanya sangat sakit sehingga aku dibawa ke dokter yang kemarin menanganiku. Bapak membawaku ke dokter khusus THT (telinga, hidung, tenggorokan). Ternyata rumah siput di telingaku terluka, itu yang menyebabkan darah keluar. Untung saja tidak parah, karena aku bisa menderita tuli. Lagi dan lagi aku harus menghabiskan obat berbentuk kapsul dalam waktu beberapa bulan.

🌼🌼🌼

Yang pahit tak selalu menyakitkan, karena terkadang rasa pahit itu justru menyembuhkan.

🌼🌼🌼

Jangan lupa jejaknya, teman! 🤗
Suara dan komenmu ditunggu 😊.

Follow juga, ya! 😉
Terima kasih 😍.

29 Juli 2019

Muslimah Is DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang