Karena Mama

16 1 0
                                    

Aku terpaksa melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan di daerah Kedungwuni, tapi swasta. Aku ingin masuk ke SMA kalau nggak SMK negeri Kedungwuni, sekolah favorit. Lagi dan lagi karena masalah biayanya yang terlalu mahal sehingga aku tidak dibolehkan sekolah di sana. Awal masuk aku nggak betah, tapi berjalannya waktu aku menjadi terbiasa. Beradaptasi lingkungan baru lagi, teman baru, guru baru dan sahabat baru.

Prestasiku tak hanya sampai di SMP, tapi sampai SMK pun aku juga masuk 3 besar. Awal semester kelas 10 mendapat peringkat 2, tapi ketika semester akhir peringkatku naik, menjadi peringkat 1. Betapa senangnya aku, seumur hidup baru kali ini aku mendapatkan peringkat satu, mendapat gelar juara kelas. Tapi aku tak menyerah begitu saja, aku harus mempertahankan prestasi itu. Ini semua berkat Mama, aku menjadi berprestasi seperti sekarang karenanya. Karena Mama yang tiap hari selalu menyuruhku untuk belajar bahkan di hari libur. Dan aku bisa merasakan sendiri hasilnya. Terima kasih Mama, walau aku tak mengucapkannya langsung, Allah selalu mendengar do'aku.

🌼🌼🌼

Adik pertamaku yang bernama Nisa, ketika lulus SD dia melanjutkan belajar di pondok pesantren terpadu yang baru saja diresmikan, lokasinya dekat karena masih 1 desa. Itu kemauannya sendiri yang ingin sekolah dan belajar agama lebih dalam di sana. Dengan senang hati orang tua langsung setuju. 6 tahun Nisa belajar di sana, sampai lulus SMK. Ternyata tinggal di pesantren banyak ujian dan cobaannya. Mulai dari penyakit gatal, jemuran hilang, uang hilang, ketika sakit, dan masih banyak lainnya. Maka dari itu Bapak sangat sayang dan bangga kepada Nisa. Aku sempat cemburu, tapi aku akui memang dia hebat.

Walau aku tidak pernah tinggal di pesantren, tapi aku menjadi tahu bagaimana kehidupan di sana berkat Nisa. Waktu yang ditunggu-tunggu Nisa adalah ketika sambangan. Sambangan itu ialah waktu yang sudah ditentukan untuk menjenguk santri dan santriwati. Nisa pasti sudah menunggu kedatangan kami sejak pagi hari. Hal yang paling sedih ialah ketika aku harus mengantarkan Nisa ke pesantren setelah liburan selesai. Nisa selalu menangis ketika kami pamit pulang. Sedangkan aku bisa dibilang orang yang mudah empati. Jadi ketika melihat Nisa menangis, aku pun ikut menangis, akhirnya kita menangis bersama. Sejak kejadian itu aku nggak mau kalau disuruh nganterin Nisa balik lagi ke pesantren kalau sendirian. Jadi aku selalu meminta Mama juga ikut.

🌼🌼🌼

Hal yang menyedihkan adalah perpisahan. Entah dalam waktu cepat maupun lama. Karena perpisahan meninggalkan kerinduan yang begitu dalam.

🌼🌼🌼

Bagaimana bagian ini?
Semoga kamu suka, ya! 🤗

Terima kasih sudah meluangkan waktunya 😍.
Jangan lupa vote and comment! 😊

18 Agustus 2019

Muslimah Is DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang