12. Direct Message

8K 532 28
                                    

"Kalau kamu mundur hanya karena ditolak setelah sekali nembak, berarti kamu belum benar-benar jatuh cinta."

Aliya Maharani - si Pejuang Cinta

***

Mas Bara tertawa mendengar teriakanku. Kemudian disusul teriakan "sukurin," dari luar kamarku.

Kalian mau tahu, mas Bara ngirim apa ke Angga?

Aliya Maharani: Hai Angga, akhirnya aku di follback juga.

Anggara Mahardika: Ya

Aliya Maharani: Aku boleh jujur nggak sama kamu?

Anggara Mahardika: Apa?

Aliya Maharani: Sebenarnya aku suka sama kamu.

Anggara Mahardika: Suka gimana?

Sekarang gara-gara mas Bara, gagal sudah pedekateku yang anggun. Sudah kemarin digagalkan oleh Yudha, sekarang ditambah mas Bara. Jadi apa aku dihadapan Angga?

Aku bingung harus menjelaskan bagaimana pada Angga bahwa yang mengirim pesan tadi mas Bara. Tapi apa nggak aku mainkan saja dulu ya, barangkali dia juga sebenarnya suka aku. Hehehe, ngarep.

Tapi keburu malu! Duh, harus bagaimana ini aku?

Setelah bermenit-menit melongo bagai sapi ompong tak tahu malu, aku menelepon Sindi. Dia biasanya waras kalau diajak ngobrol beginian.

"Hallo, apaan?" tanya Sindi.

"Sin, mas Bara bajak akun IG aku,"

"Ngebajak gimana?"

"Dia nge-DM Angga, bilang kalau aku suka kamu, kan tai banget," kataku sambil meremas bantal.

"Ya bagus dong," balas Sindi. Aku bingung, bangkit dari rebahan menye-menyeku.

"Bagus gimana? Petaka ini," tukasku.

"Ya bagus lah, Neng, dengan begitu lo bisa chat sama Angga lewat DM. Dari pada selama ini lo bingung harus DM dia gimana. Bersyukur lo punya kakak kayak mas Bara. Kapan dikenalin sama gue? Hahaha," balas Sindi yang ternyata sama tidak jelasnya dengan mas Bara.

" Terus aku harus bilang apa dong? Maafin ya Angga, tadi kakakku iseng, gitu?"

" Terserah lo sih. Tapi ya nggak apa apa lah. Buat pembukaan percakapan."

Pembukaan percakapan macam apa coba yang seperti itu? Orang Bekasi sengklek kayak Sindi semua nggak sih?

"Nelpon kamu nggak nyelesaikan masalah Sin," balasku kesal. Aku menutup sambungan, lalu kembali merebahkan tubuh di kasur, berguling-guling sambil memegang ponsel di tangan kiriku.

"Dek," suara mas Bara dari luar kamarku. Kemudian pintu terbuka. Aku meringkuk membelakangi pintu, sok ngambek.

"Elah, gitu doang ngambek," kata mas Bara kemudian berbaring di belakangku.

"Temen kamu nggak ada yang minta dikenalin ke mas, gitu?" aku diam, pura-pura budeg. Mas Bara menghela napas.

"Ya udah, padahal mas mau ngasih tips dan trik buat dapet cowok," kata mas Bara memancingku, dan tentu saja aku yang polos dan naif ini terpancing. Aku membalik badanku perlahan. Kudapati mas Bara tersenyum geli melihat tingkahku.

"Sesuka itu?" tanya mas Bara. Aku mengangguk.

"Udah tiga bulanan Mas, aku pedekate. Tapi dia bener-bener nggak peka," aku mulai bercerita. Sebenarnya aku dan mas Bara sangat dekat sih, tapi karena dia kuliah di Bandung, pulang satu semester sekali, jadi sejak kelas dua SMA aku dan mas Bara agak berjarak.

"Emang dia kayak gimana sih?" tanya mas Bara dengan wajah serius. Aku menunjukkan ponselku pada mas Bara, memperlihatkan instagram Angga.

"Ini sih tadi Mas udah lihat. Maksudnya, dia itu kayak gimana?" mas Bara mengulang pertanyaan.

"Diem, cuek, bego, ngeselin," aku teringat kejadian di pantai.

"Gitu kenapa masih suka?"

"Dia pinter sih, jago basket, pinter ngewasitin juga. Oh iya, dia juga jago main mobile legend," kataku membanggakan Angga. Yang dibanggakan mana tahu.

"Gitu doang sih, Mas juga pinter, jago main mobile legend. Ya basket bisa lah," mas Bara mulai membandingkan dirinya dengan Angga.

"Dia shooting guard, Mas Bara apaan? Penjaga ring doang paling," aku tidak terima.

"Tapi dia nggak seperhatian Mas kan?"

Ya tolong lah ya, ente itu kakak ane, mana mungkin nggak perhatian? Terus ini mana tipsnya, elah, dasar mas Bara.

"Yaudah iya, terus apa tips dan trik dari masku yang perhatian ini?"

"Jangan dikejar, cari cowok lain aja. Kamu lebih berharga dari pada ngejar-ngejar cowok cuek kayak gitu. Mau Mas kenalin temen Mas? Cowok Bandung ganteng-ganteng, Dek. Siapa tadi cowokmu?Angga? Lewat," kata mas Bara sambil mengayunkan tangannya.

Ah, mas Bara tidak tahu betapa hatiku sudah terpaut pada Angga.

" Udah cari yang lain aja," kata mas Bara sambil bangkit dari tempat tidurku.

"Tapi aku sukanya sama dia, Mas. Gimana dong?"

"Ya udah, terserah kamu aja kalau kayak gitu," jawab Mas Bara sambil berjalan menuju pintu.

"Terus aku ini harus gimanain malapetaka yang udah Mas Bara bikin?"

"Hm?" mas Bara menoleh. Aku bangkit dari tempat tidur.

"Ya udah, lanjutin aja. Katanya suka," kemudian mas Bara ngeloyor pergi begitu saja. Meninggalkan aku yang masih dipenuhi rasa bimbang.

Aku kembali merebahkan tubuhku. Kemudian menatap layar ponselku. Kembali melihat DM dari Angga.

Anggara Mahardika: Suka gimana?

Aku mulai mengetikkan sesuatu.

Aliya Maharani: Duh, sorry Ngga, tadi dibajak kakakku.

Sudah, kukirim. Sudahlah mau bagaimana lagi? Harus jujur kan kita ini? Ya sudah, aku meletakkan ponselku sembarangan, lalu menutup muka dengan bantal.

Ting!
Notifikasi masuk ke ponselku.

Anggara Mahardika: Oh
Anggara Mahardika: Jadi nggak suka?

Aku melompat dari tempat tidur.
He? Kok dibalasnya gini?

"Mas Baraaaa!" aku memanggil mas Bara sambil menaiki tangga. Kamar Mas Bara ada di atas.

"Mas! Duh kan, gara gara Mas Bara nih," protesku.

"Apa sih?" tanya mas Bara sambil melepas headphone dari kepalanya. Dia sedang main game rupanya.

"Nih lihat," kataku sambil menunjukkan chat DM ku dengan Angga.  Mas Bara mendecak, meremehkan.

"Halah, bales aja enggak."

"Tapi aku suka," rengekku.

"Yaudah bales suka. Repot banget sih? Kenapa sih cewek selalu gitu?"

"Ya karena aku bukan mas Bara!" jawabku sambil duduk di kasur mas Bara. Mas Bara kembali memakai headphonenya, dan melanjutkan gamenya.

Ck! Dasar mas Bara. Ini aku harus balas apa coba?

Ah, bodo amat lah. Kepalang tanggung. Sudah basah, mandi saja sekalian. Iya kan? Dari pada basah tapi dibiarkan saja, masuk angin dong nanti.

Aliya Maharani: Ya suka.

***

Hallo! Maafkan ya lama updatenya. Akhir-akhir ini gak bisa konsen nulis wp. Huhuhu

Doakan semoga setelah ini lancar lagi nulisnya.

Jangn lupa vote, komen, dan share. Oh ya boleh banget kalau kalian mau saranin aku baca cerita kalian.

Untouchable [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang