15. Haikal

7.8K 506 19
                                    

"Aku sudah bersusah payah, tapi kamu tak ada gairah."

Aliya Maharani ~ si Jomblo yang kadang sok kuat.

***

Kok bisa sih Angga sudah bilang kuenya enak? Padahal kan dia belum ada sepuluh menit yang lalu meninggalkan aku. Apa mungkin dia sudah membuka kuenya sebelum sampai di tempat seharusnya dia berada?

Aku sadar ini sebenarnya adalah kesempatan yang bagus untuk dekat dengan Angga. Atau lebih tepatnya mengenal Angga lebih dekat. Siapa tahu kan sebenarnya dibalik sikapnya yang cuek itu, Angga peduli padaku. Siapa tahu kan, dia itu tsundere. Ya sudah lah, akan aku balas saja chat di DM ini agar semakin intens.

Aliya Maharani: Terus kalau enak apa dong balasannya buat aku?

Sudah ku kirim begitu saja. Kemudian aku memasukkan ponsel ke dalam tas. Aku beranjak dari tempatku, hendak kembali menuju kosan.

"Aliya?" seseorang menyebut namaku untuk memastikan, apakah benar itu aku atau bukan. Aku menoleh. Haikal rupanya.

"Eh, kamu Kal," aku tersenyum.

"Ngapain di sini?" tanya Haikal sambil turun dari motornya.

"Eh, oh, aku tadi habis ada perlu. Ini mau balik ke kosan," jawabku.

"Terus sekarang?" tanya Haikal.

"Ya mau balik," jawabku sambil mengibaskan rambut.

"Yaudah ayo, aku anterin," Haikal menawarkan jasa ojek gratis.

"Yah, kan deket, nggak usah dianter," aku menolaknya hanya untuk basa basi. Aslinya sih mau saja. Lumayan kan, nggak pegel di kaki.

"Udah, naik aja," kata Haikal lalu kembali ke motornya. Akhirnya aku memutuskan untuk diantar oleh Haikal. Kami menuju gerbang yang berada di jalan Semarang.

"Tadi ngapain ke lapangan basket?" tanyaku pada Haikal.

"Ah, tadi nggak ke lapangan kok. Tadi habis dari atm, ngambil duit. Eh, kosan kamu ke mana nih?"

"Di terusan Surabaya," jawabku. Haikal tertawa.

"Kan aku udah bilang, jalan kaki aja deket. Nggak usah dianterin. Kamu sih, ngeyel," kataku sambil mencolek pundak Haikal. Dia kembali tertawa.

"Eh, aku haus nih Al, beli minum dulu ya," kata Haikal lalu menepikan motornya di salah satu Indomaret. Aku sebagai penumpang ya ikut saja.

Aku menunggu Haikal di kursi yang berada di teras. Sementara Haikal masuk ke dalam indomaret. Sekarang indomaret sudah macam kafe, sudah ada tempat nongkrongnya.

"Nih Al," Haikal menyodorkan sebotol teh padaku.

"Makasih," aku menerima minuman yang diberikan Haikal padaku. Lalu Haikal duduk di kursi kosong sebelahku.

"Udah berapa hari di Malang?" tanya Haikal.

"Baru beberapa jam yang lalu," jawabku sambil membuka botol. Haikal manggut-manggut.

"Kamu nggak ada acara jalan ke mana gitu?" tanya Haikal lagi.

"Yah, mau jalan ke mana? Lagian jomblo ya diem aja di kosan kan?" kataku setelah meneguk teh botol.

"Jomblo?" yaelah dipertegas sama Haikal. Aku mengangguk.

"Pacaran aja yuk, Al," kata Haikal.

Eh? Gimana?

"Ha?" aku bingung.

"Ya pacaran, aku sama kamu," jawab Haikal enteng.

Ini dia nembak, atau asal nyeplos aja sih?

Untouchable [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang