20. Tukang Bikin Galau

7.6K 475 24
                                    

"Kamu, terjebak dalam kepalaku. Aku, terjebak dalam khayalanku."

Aliya Maharani ~ penjebak yang terjebak


*****

Kuliah sudah usai. Aku keluar dari ruang kelas. Aku berniat pulang ke kosan. Karena hari sudah sore, matahari sudah makin redup. Hari yang melelahkan dan tentu saja ini jadi pekan yang membosankan.

"Langsung balik?" tanya Sindi. Aku mengangguk. Rara yang berjalan di samping Sindi nampak gelisah.

"Rara kenapa?" tanyaku. Sebagai sahabat yang baik, harus perhatian kan?

"Aku ada janji ketemu dokter. Sin, temenin yuk. Kamu nggak apa-apa kan Al kalau aku sama Sindi duluan?" tanya Rara.

"He? Yaudah sana berangkat. Motor cuma cukup buat bonceng dua," balasku santai. Kemudian mereka berdua pergi. Berjalan cepat menuju tempat parkir.

Begitu sampai di pintu fakultas aku langsung disambut oleh pemandangan indah, anak-anak UABB latihan basket. Tapi dari sekian banyak anak, aku tidak menemukan sosok Angga. Hanya ada Via, Yudha, mbak Laras, dan Nabila. Sisanya aku tidak kenal.

"Nyari siapa, Mbak?" suara seorang laki-laki mengejutkanku. Aku menoleh ke samping kanan. Tampak Haikal dan Angga tertawa melihatku. Mereka masih memakai baju basket dan sedang selonjoran di teras fakultas.

"Ya ampun aku kira siapa," aku langsung mendekat dan menepuk punggung Haikal keras-keras. Dia mengaduh. Angga menahan tawa. Duh, manisnya.

"Kalian ngapain di sini?" tanyaku.

"Istirahat dong, ngadem, sambil ngecengin anak psikologi. Kali aja ada yang seru. Ya nggak, Ngga?" kata Haikal meminta dukungan. Angga mengiyakan.

Lah, kok Angga mengiyakan sih? Terus nasib kisah cintaku ini bagaimana? Duh, Haikal ini sebenarnya teman apa haters sih, kok nggak mendukung amat.

"Terus udah nemu?" tanyaku sok penasaran. Tapi aku memang penasaran. Penasaran dengan responnya Angga.

"Nemunya kamu, pacaran aja yuk, Al?" kata Haikal.

Memang gila dia ini. Sudah tahu aku naksir Angga, tapi masih saja bilang begitu padaku. Di depannya Angga lagi. Ini dia mau merusak hubungan atau mau apa sih sebenarnya?

"Ogah ah kalau sama kamu," jawabku sambal mengibaskan rambut.

"Yaudah kalau sama Angga?" tanya Haikal.Aku mendelik menatap Haikal, sedangkan dia sibuk menaik turunkan alisnya, menggodaku. Ingin sekali kucabut saja alisnya Haikal itu, biar dia tidak iseng.

Aku beralih menatap Angga. Kami sempat bertatapan sebentar, kemudian Angga mengalihkan pandangannya. Canggung.

"Helah, nggak jawab. Mau nggak?" tanya Haikal sekali lagi. Aku menatap Angga. Dia bangkit dari duduknya, kemudian menatapku sebentar, lalu mengajak Haikal kembali ke lapangan. Sementara aku masih berdiri di tempatku.

Itu maksudnya apa, Ngga? Kamu nggak mau sama aku? Kamu nggak tertarik sama aku? Kamu homo?

Aaarrgh! Tiba-tiba kurasakan nyeri di dadaku. Jangan-jangan benar yang dikatakan oleh Sindi tempo hari, jangan-jangan selama ini hanya aku yang jatuh cinta. Jangan-jangan selama berbulan-bulan perjuanganku tiada berarti.

****

"Ndut, aku mau beli makan, kamu titip nggak?" tanya Via. Aku diam dan masih meringkuk di balik selimutku.

"Ndut, woooeeyy! Nitip nggak?" tanya Via sambil mengguncang-guncangkan tubuhku.

"Dia nggak suka aku ya, Vi?" tanyaku dengan rasa sedih yang tak karu-karuan.

Untouchable [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang