6. Basket UABB

9.5K 573 23
                                    

"Demi kamu, jangankan duduk berlama-lama di tepi lapangan basket. Berjalan berkilo-kilo meter pun aku siap. Asalkan aku melihatmu."

Aliya Maharani ~ Jomblo yang usahanya maksimal.

***
Aku duduk di dekat lapangan basket. Di dekat lapangan tidak ada kursi atau bangku, adanya pot kotak besar yang ditanami pohon kecil. Pohon ya, bukan bunga. Kebetulan potnya agak tebal, jadi tinggal di kibas-kibas sedikit saja bisa dipakai duduk.

Beberapa anak UKM UABB sudah hadir. Mereka sedang melakukan pemanasan. Tapi tidak ada yang aku kenal sama sekali. Via belum datang. Angga juga belum datang.

Sepuluh menit berlalu, Via sudah datang. Ia memakai baju basket warna putih dengan inner warna hitam. Ia segera bergabung dengan teman-temannya setelah menyapaku sesaat.

Lima menit kemudian orang yang aku tunggu-tunggu muncul juga. Anggara Mahardika. Ah, tetap tampan seperti minggu lalu. Ia memakai baju basket warna abu-abu, sepatu merah, dan wajah ganteng. Susah sekali aku mengalihkan pandangan darinya. Padahal baru pemanasan saja, tapi kenapa tingkat kegantengannya bertambah? Kenapa? Apa semesta sedang bekerja sama membuatku makin jatuh hati kepadanya?

Setelah selesai pemanasan, mereka bermain. Via beristirahat, sedangkan Angga bermain dengan cowok-cowok. Di sela-sela istirahatnya, Via menghampiriku.

"Duh, seneng dong nih bisa lihat dengan jarak segini," goda Via padaku. Aku hanya tersenyum menahan malu. Sebenarnya tidak perlu malu pada Via, tapi tetap saja, muncul juga perasaan seperti itu.

"Nanti mau kenalan?" tanya Via.

"Eh? Emang dia mau?"

Via mengendikan bahu. Tidak yakin.

"Tapi mau sih," celetukku. Via tertawa.

"Ya udah nanti pikirin bikin first impression yang bagus," kata Via.

First impression apa? Harus gimana? Mencep-mencep kemayu begitu? Aku nggak bisa. Aku bukan tuan putri dari keraton Jogja.

Via kembali ke tepi lapangan. Kulihat ia mengobrol sedikit dengan teman-temannya. Beberapa teman lelakinya melihat ke arahku. Aduh, Via bilang apa ke teman-temannya? Biasanya dia nggak ember lho.

Aku kembali mengarahkan pandanganku pada Angga. Ia sedang mendrible bola, kemudian memasukkan bola ke dalam ring. Three point coy! Ah gila, keren sekali dia. Berkali-kali dia memasukkan bola, dan berkali-kali pula ia membuat senyum terkembang di wajahku.

"Aliya!" Via berteriak manggilku, kemudian melambaikan tangan padaku.

"Apa?" kataku tanpa suara.

"Sini!" kata Via sambil tetap melambaikan tangan.

Bocah ini kenapa sih harus teriak-teriak begitu? Malah beberapa temannya menatapiku, aku jadi bingung harus ke sana atau tidak.

"Sini, buruan!" perintahnya.

Akhirnya aku memutuskan untuk datang memenuhi panggilan dari teman sekamarku itu.

"Nah, ini rek, temen sekamarku. Namanya Aliya," kata Via memperkenalkan aku pada teman-temannya. Aku menyalami mereka satu persatu sambil menyebutkan namaku.Kebanyakan perempuan, yang laki-laki hanya empat orang, karena yang lain sedang berada di lapangan.

"Asli mana, Aliya?" tanya salah seorang teman Via yang namanya Erin.

"Tulungagung," jawabku.

"Wah, tetanggan dong sama Haikal," balasnya.

"Haikal?" tanyaku sambil menoleh di antara keempat laki-laki yang duduk di situ.

"Haikal lagi main. Itu, yang pakai kaos hijau. Dia juga asli Tulungagung," kata Erin. Aku manggut-manggut.

Untouchable [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang